Mengenang 45 Tahun Wafatnya Bung Hatta, Wakil Ketua MUI: Sulit Cari Pemimpin Seperti Dia Saat Ini

5 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas mengenang wafatnya Bung Hatta pada 14 Maret 1980 lalu dalam usia 78 tahun. Ia menekankan bahwa Bung Hatta telah menetapkan prinsip-prinsip penting dalam pengelolaan ekonomi negara, sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945, sehingga sulit mencari sosok pemimpin seperti Mohammad Hatta saat ini.

"Sosok Bung Hatta bagi bangsa Indonesia adalah sosok yang sulit untuk dilupakan karena besarnya peran dan jasa yang telah beliau torehkan untuk kebaikan perjalanan bangsa dan negara ini," kata Anwar dalam keterangan resminya pada Jumat, 14 Maret 2025.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kini, 45 tahun telah berlalu sejak wafatnya Wakil Presiden pertama Indonesia itu. Sistem ekonomi yang diletakkan Bung Hatta, kata Anwar, adalah jika masih ada fakir miskin dan anak telantar di negeri ini, maka sudah menjadi kewajiban negara untuk melindungi dan membantu mereka.  

"Jadi, sistem ekonomi yang diletakkan oleh Bung Hatta bukanlah sistem ekonomi liberalisme, kapitalisme, dan juga bukan sistem ekonomi sosialisme-Marxisme yang ateistik, tetapi adalah sistem ekonomi sosialisme versi Indonesia yang dijiwai oleh nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila yang ada dalam Pancasila," kata Anwar.  

Selain itu, menurut Anwar Abbas, Bung Hatta adalah sosok teladan, terutama di tengah maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme di negeri ini. Bung Hatta, kata Anwar, memang seorang politisi dan seorang negarawan sejati yang tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompoknya, melainkan selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.  

"Saat ini mencari sosok pemimpin seperti Bung Hatta jelas tidak mudah. Tapi bukan tidak bisa. Mudah-mudahan saja kita sebagai bangsa akan bisa mendapatkan pemimpin seperti beliau," ujarnya.  

Dalam arsip Tempo yang terbit pada 12 Agustus 2001, Bung Hatta memang selalu dikenang sebagai seorang pemimpin yang langka. Dia jujur, antikorupsi, hidup serba pas-pasan demi prinsip, tegas, terampil, dan dia adalah pemegang paham sosialisme yang setia.  

Tiga jurus ekonominya untuk membendung ketidakadilan ekonomi yaitu penguasaan aset oleh negara, kontrol terhadap swasta, dan menumbuhkan perekonomian rakyat yang mandiri. Selain dikenal sebagai tokoh proklamator, Bung Hatta juga dikenal dengan julukan Bapak Koperasi Indonesia ketika menyampaikan pidatonya saat Hari Koperasi di Indonesia pada 12 Juli 1951.  

Mohammad Hatta memiliki nama lahir Mohammad Athar. Ia lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 12 Agustus 1902 dan wafat di Jakarta pada 14 Maret 1980.  

Ayah dari Mohammad Hatta adalah Haji Muhammad Jamil, seorang keturunan ulama Tariqat Naqsyabandiyah di Payakumbuh. Datuk (kakek) dari Mohammad Hatta, Syaikh Abdurrahman, adalah seorang ulama besar di surau Batuhampar, sekitar 9 kilometer dari Payakumbuh. Hatta memanggil kakeknya "Ayah Gaek." Ketika Hatta berumur 8 bulan, Muhammad Jamil wafat. Hatta memiliki seorang kakak perempuan, Rafi’ah, yang usianya terpaut sekitar dua tahun.  

Siti Saleha, ibu dari Hatta, berasal dari kalangan pedagang. Ayah dari Siti Saleha adalah Ilyas Bagindo Marah, salah seorang pedagang kaya di Bukittinggi. "Pak Gaek" adalah panggilan Hatta untuk Ilyas Gelar Bagindo Marah. Setelah ayah Mohammad Hatta wafat, ibunya menikah lagi dengan Mas Agus Haji Ning, seorang saudagar asal Palembang. Hatta memiliki empat orang adik yang semuanya perempuan.  

Linda Lestari berkontribusi dalam tulisan ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |