Mengenang Margaret Thatcher, PM Inggris yang Berjuluk The Iron Lady

1 week ago 37

TEMPO.CO, Jakarta - Dua belas tahun lalu, atau tepatnya pada 8 April 2013, dunia internasional kehilangan salah satu tokohnya yang paling berpengaruh. Margaret Thatcher, Perdana Menteri perempuan pertama sekaligus terlama dalam sejarah Inggris, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Julukan “The Iron Lady” melekat erat kepada PM Inggris ini yang mencerminkan gaya kepemimpinan yang keras, prinsipil, dan tanpa kompromi.

Thatcher menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris selama 11 tahun, dari 1979 hingga 1990. Di bawah kepemimpinannya, Inggris mengalami transformasi ekonomi dan sosial besar-besaran melalui kebijakan konservatif yang kemudian dikenal dengan nama Thatcherisme. Kebijakan ini mengedepankan pasar bebas, pengurangan peran negara dalam ekonomi, serta privatisasi berbagai badan usaha milik negara.

Pendidikan Margaret Thatcher

Margaret Thatcher lahir dengan nama Margaret Hilda Roberts pada 13 Oktober 1925 di kota kecil Grantham, Lincolnshire, Inggris. Ia merupakan anak dari Alfred Roberts, seorang politisi lokal, pengkhotbah, sekaligus pemilik toko kelontong. Latar belakang keluarga kelas menengah dan ayah yang disiplin membentuk karakter keras dan prinsip konservatif yang kelak mewarnai kepemimpinannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Thatcher menempuh pendidikan tinggi di Universitas Oxford dengan mengambil jurusan kimia. Setelah lulus pada 1947, ia bekerja sebagai peneliti di sebuah perusahaan kimia. Namun, minatnya terhadap dunia politik tak pernah surut. Saat masih bekerja sebagai ilmuwan, ia aktif menghadiri berbagai forum dan agenda Partai Konservatif, tempat ia mulai dikenal karena kecakapannya dalam berdebat.

Jalan Menuju Downing Street 10

Karier politik Margaret Thatcher dimulai pada awal 1950-an, ketika ia menjadi kandidat Partai Konservatif dalam pemilu lokal. Ia berhasil meraih kursi di parlemen pada awal 1960-an dan kemudian dipercaya sebagai Menteri Pendidikan dan Sains pada 1970.

Namun, puncak kariernya baru dimulai lima tahun kemudian. Pada 1975, ia menggantikan Edward Heath sebagai pemimpin Partai Konservatif. Dalam kapasitas itu, ia menjadi oposisi utama bagi Partai Buruh. Gaya bicaranya yang tajam dan kritiknya yang pedas terhadap kebijakan ekonomi dan sosial Partai Buruh membuatnya populer di kalangan konservatif, meski sangat dibenci oleh serikat buruh.

Kemenangan Partai Konservatif dalam pemilu 1979 membawanya ke kursi Perdana Menteri. Ia menjadi perempuan pertama yang memegang jabatan tersebut dalam sejarah Inggris.

Thatcherisme dan Warisan Kepemimpinan

Sebagai Perdana Menteri, Thatcher memulai reformasi ekonomi yang radikal. Ia memotong subsidi negara, memperketat kebijakan fiskal, dan membuka jalan bagi privatisasi besar-besaran. Di sisi lain, kebijakannya juga menuai kontroversi karena dianggap memperlebar jurang ketimpangan sosial dan melemahkan kekuatan buruh.

Thatcher juga dikenal karena sikap luar negerinya yang tegas, termasuk saat memimpin Inggris dalam Perang Falklands melawan Argentina pada 1982. Keberhasilannya dalam perang tersebut memperkuat posisinya di dalam negeri.

Namun, setelah lebih dari satu dekade menjabat, tekanan politik internal meningkat. Pada 1990, ia akhirnya mundur dari jabatannya setelah didesak oleh anggota partainya sendiri. Ia digantikan oleh John Major.

Kehidupan Pribadi

Pada 1951, Margaret Thatcher menikah dengan Denis Thatcher, seorang pengusaha. Pasangan ini dikaruniai dua anak kembar, Carol dan Mark. Denis meninggal lebih dulu pada tahun 2003. Setelah pensiun dari politik, Thatcher menulis memoar dan menjalani hidup yang relatif jauh dari sorotan publik. Ia meninggal dunia pada 8 April 2013 di London.

Margaret Thatcher tetap menjadi sosok yang membelah opini: dipuja sebagai reformis visioner sekaligus dikritik sebagai simbol ketimpangan ekonomi. Namun satu hal yang tak terbantahkan, mendiang PM Inggris ini telah meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah politik Inggris dan dunia.

Eiben Heizier turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: PM Inggris Minta Dukungan Trump untuk Pasukan Perdamaian Eropa di Ukraina

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |