Alya Shava Zulaykha
Eduaksi | 2025-10-18 17:43:58

Musik merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia modern. Saat ini musik menjadi pendamping dalam berbagai aktivitas seperti berolahraga, belajar, bekerja, hingga bersantai. Dengan melodi dan lirik yang sesuai dengan suasana hati, musik mampu menemani serta memengaruhi keadaan emosional seseorang. Lebih dari sekadar hiburan, musik juga memiliki peran signifikan terhadap kesehatan mental manusia. Beberapa terapis bahkan menggunakan musik sebagai bagian dari proses penyembuhan atau terapi psikologis. Menurut biopsikologi, cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara proses biologis dan perilaku, musik dapat memengaruhi suasana hati dan perilaku manusia melalui sistem hormonal, saraf, otak, dan emosi.
Ketika seseorang mendengarkan musik, terjadi berbagai reaksi kimia dalam tubuh. Salah satu mekanisme yang sering dikaji adalah pengaruh musik terhadap hormon kortisol. Kortisol merupakan hormon stres yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal di atas ginjal dan berfungsi membantu tubuh merespons tekanan atau ketegangan. Kadar kortisol yang berlebihan dapat menyebabkan ketegangan fisik, gangguan konsentrasi, dan ketidakstabilan emosi. Penelitian yang dilakukan oleh Najma Zulfatus Izza dari Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2024, berjudul “Peran Musik untuk Mengatasi Stres dan Krisis Mental Gen Z di Era Digital”, menjelaskan bahwa musik berpotensi menurunkan kadar kortisol berlebih. Ketika mendengarkan musik lembut, tubuh menjadi rileks dan kadar kortisol menurun, sehingga perasaan yang semula tegang menjadi tenang.
Selain menurunkan kadar kortisol, musik juga dapat merangsang pelepasan dopamin. Dopamin merupakan neurotransmiter di otak yang berperan dalam mengatur motivasi, suasana hati, dan rasa senang. Ketika seseorang mendengarkan lagu favorit, otak melepaskan dopamin yang memberikan sensasi kepuasan dan kebahagiaan. Dalam jurnal yang sama, Najma Zulfatus Izza menjelaskan bahwa dopamin berkaitan erat dengan sistem penghargaan (reward system), yang berarti tubuh secara alami memberi respons positif setiap kali seseorang mendengarkan musik yang disukai.
Musik juga berpengaruh terhadap sistem saraf manusia. Menurut artikel “Anatomy, Autonomic Nervous System” oleh Joshua A. Waxenbaum dkk., yang diterbitkan oleh StatPearls Publishing, Amerika Serikat, sistem saraf otonom terdiri dari tiga divisi utama: simpatis, parasimpatis, dan enterik. Sistem saraf simpatis berfungsi meningkatkan aktivitas tubuh, seperti mempercepat detak jantung dan tekanan darah saat stres, sedangkan sistem saraf parasimpatis berperan menurunkan aktivitas tubuh ke kondisi normal setelah situasi menegangkan. Adapun sistem saraf enterik mengatur aktivitas pencernaan seperti pergerakan usus dan sekresi enzim. Ketiga sistem ini bekerja sinergis dalam menjaga keseimbangan tubuh. Saat mendengarkan musik, rangsangan suara diterima oleh sistem saraf pusat dan memengaruhi sistem saraf otonom. Musik bertempo cepat dapat mengaktifkan sistem simpatis sehingga meningkatkan detak jantung, sedangkan musik bertempo lambat mengaktifkan sistem parasimpatis yang menimbulkan rasa tenang dan rileks.
Dari perspektif psikologis, musik memiliki peran penting dalam memengaruhi suasana hati dan emosi manusia. Banyak individu mengaitkan musik dengan pengalaman pribadi, baik kenangan menyenangkan maupun menyedihkan. Saat mendengarkan lagu yang penuh makna emosional, memori masa lalu dapat muncul dan memengaruhi suasana hati. Proses ini berkaitan dengan kerja hipokampus, bagian otak yang berperan dalam pembentukan dan penyimpanan memori jangka pendek maupun panjang. Penelitian oleh Namira Assyafira Setiade dan Yulianti dari Universitas Muhammadiyah Magelang dalam artikel “Dampak Musik Pada Perubahan Suasana Hati” menunjukkan bahwa musik memiliki pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan emosional, serta efektif dalam membantu individu mengatur suasana hati dan memperkuat ikatan sosial.
Musik juga digunakan secara sadar untuk mengatur emosi (emotion regulation). Banyak orang memilih mendengarkan musik untuk menenangkan diri, memperbaiki suasana hati, atau mengalihkan pikiran dari hal yang mengganggu. Musik dengan tempo lambat dapat menurunkan gejala stres dan depresi karena memberikan efek relaksasi bagi pendengarnya. Namun demikian, musik yang menenangkan bagi satu orang belum tentu memiliki efek yang sama bagi orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan selera musik, kepribadian, latar belakang budaya, dan pengalaman emosional masing-masing individu. Dengan demikian, efektivitas musik dalam meningkatkan suasana hati sangat bergantung pada kesesuaian antara jenis musik dan karakteristik pribadi pendengarnya.
Berdasarkan berbagai kajian dan penelitian, dapat disimpulkan bahwa musik memiliki pengaruh besar terhadap suasana hati dan kesehatan mental manusia. Melalui mekanisme biologis seperti pengaturan hormon dan sistem saraf, serta mekanisme psikologis seperti pengelolaan memori dan emosi, musik dapat membantu seseorang mencapai keadaan emosional yang stabil dan positif. Efektivitas musik sangat bergantung pada preferensi individu, konteks budaya, dan kondisi psikologis pendengar. Oleh karena itu, mendengarkan musik yang sesuai dengan kepribadian dan suasana hati dapat menjadi kebiasaan sederhana namun efektif dalam menjaga keseimbangan mental.
Daftar Pustaka
• Izza, N. Z. (2024). Peran Musik untuk Mengatasi Stres dan Krisis Mental Gen Z di Era Digital. Universitas Pendidikan Indonesia.
• Waxenbaum, J. A., Varacallo, M., & StatPearls Publishing. (2023). Anatomy, Autonomic Nervous System. StatPearls Publishing, Florida, United States.
• Setiade, N. A., & Yulianti. (2023). Dampak Musik Pada Perubahan Suasana Hati. Universitas Muhammadiyah Magelang.
• Rezamuamar. (2024). Pengaruh Musik Sebagai Moodbooster Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Konseling, Universitas Pahlawan.
• AKPER Insada. (2024). Terapi Musik Terhadap Stres Mahasiswa. Jurnal AKPER Insada.
• Universitas Kristen Indonesia. (2018). Sistem Saraf Otonom. Repository UKI.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.