TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk memulai negosiasi teknis terkait tarif resiprokal atau tarif Trump dalam dua pekan ke depan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa perundingan ini merupakan lanjutan dari kesepakatan bilateral kedua negara untuk membahas substansi isu perdagangan secara lebih rinci.
“Kedua belah pihak sepakat untuk segera membahas isu-isu teknis dalam perundingan yang rencananya akan dimulai pembahasan substansi teknis dalam waktu dua pekan mendatang,” ujar Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis, 24 April 2025, dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Negosiasi ini akan menjadi fondasi bagi penyusunan framework agreement atau kerangka kerja sama yang memuat kesepakatan akhir kedua negara, termasuk akses pasar dan estimasi tarif nasional (National Tariff Estimate atau NTE). Proses negosiasi resmi ditandai dengan penandatanganan dokumen Agreement Between the Government of the United States of America and the Government of the Republic of Indonesia, yang mengatur perlakuan atas informasi bilateral terkait perdagangan, investasi, dan keamanan ekonomi.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan Airlangga dengan perwakilan dagang AS, Ambassador Jamieson Greer dan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, tim teknis dari kedua negara telah menggelar pertemuan lanjutan pada Rabu, 23 April 2025. Dalam pertemuan ini, kedua pihak menyepakati format, mekanisme, dan jadwal negosiasi dengan target waktu penyelesaian selama 60 hari. Hal ini masih berada dalam jangka waktu 90 hari masa penundaan (pause) yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 9 April 2025 lalu.
Negosiasi juga mencakup diskusi awal atas proposal penawaran dan permintaan dari Indonesia. Pihak USTR (United States Trade Representative) disebut menyambut baik usulan dari Indonesia dan telah menyusun working document sebagai acuan substansi pembahasan.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menambahkan bahwa tim Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian saat ini terus melakukan diskusi teknis intensif dengan USTR. Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), ia menggarisbawahi bahwa Indonesia juga menjalin komunikasi dengan para pelaku usaha AS, seperti USINDO dan US Chamber of Commerce.
“Mereka terus berupaya untuk memberikan timbal balik dan saran mengenai berbagai posisi Indonesia terhadap respons tarif resiprokal yang diterapkan Pemerintah AS,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani sebelumnya bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Jumat, 25 April 2025 serta menghadiri pertemuan bersama Gubernur Bank Sentral ASEAN dan Managing Director IMF guna membahas dampak kebijakan tarif AS secara lebih luas.
Di tengah ketidakpastian arah kebijakan dagang AS dan dinamika relasi AS-China, Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia tetap menjaga pendekatan negosiasi yang aktif dan adaptif. Ia menekankan bahwa kekuatan ekonomi domestik, reformasi struktural, serta ketahanan pangan nasional memperkuat posisi tawar Indonesia.
“Negosiasi memang untuk saling memberi dan menawarkan, kemudian saling kompromi. Tujuannya untuk win-win solution, dan itu yang disuarakan semua pihak sampai tadi malam,” katanya.
Pemerintah AS disebut tidak bermaksud menciptakan krisis, melainkan ingin mewujudkan sistem perdagangan global yang lebih adil. Oleh karena itu, arah perundingan kini berkembang menjadi pembahasan reformasi sistem perdagangan internasional, termasuk peran Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).