Pembredelan Karya: Pameran Lukisan Yos Suprapto, Teater Wawancara dengan Mulyono, hingga Band Sukatani

11 hours ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - Kisah tak enak kembali terjadi. Publik disuguhkan kabar upaya pembungkaman band asal Purbalingga, Sukatani dengan lagunya Bayar Bayar Bayar.

Di tengah aksi-aksi demonstrasi beberapa hari belakangan yang menuntut soal efisiensi anggaran dengan tema Indonesia Gelap, masyarakat semakin dibuat geram karena pembungkaman karya seni kembali terjadi. Kali ini, duo punk asal Purbalingga dari Band Sukatani secara tiba-tiba mengunggah video klarifikasi dan permintaan maaf pada Kamis, 20 Februari 2025 atas lagu mereka yang berjudul Bayar, Bayar, Bayar yang viral di media sosial karena liriknya berisi kritikan tajam untuk polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melalui unggahan di akun Instagram @sukatani.band, duo musisi yang terdiri atas Muhammad Syifa Al Lufti (gitaris) dan Novi Citra Indriyati (vokalis) menyatakan permintaan maafnya kepada Kapolri dan institusi kepolisian. Mereka tampil tanpa topeng, hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Diketahui, kedua personil Sukatani memang memilih untuk jadi anonim di depan publik.

“Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul Bayar Bayar Bayar, yang dalam liriknya (ada kata) bayar polisi yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial,” kata Lutfi. 

Mereka berdua juga meminta agar pengguna yang telah menaikkan dan menyebarkan lagu mereka di media sosial untuk dapat menghapusnya atau melakukan take down konten. Di akhir pernyataan tersebut, mereka mengakui permintaan maaf dan penarikan lagu itu tanpa paksaan dari siapa pun. 

Berdasarkan pantauan Tempo.co Jumat pagi, video permintaan maaf tersebut telah ditonton lebih dari 8 juta pengguna dengan mendapat 300 ribu suka serta 71 ribu komentar yang terus bertambah. Selain itu, jumlah followers akun Instagram @sukatani.band juga meningkat secara pesat dan saat ini kian mendekati 100 ribu pengikut. 

Setelah mendapat sorotan tajam dari publik, Kabid Humas Polda Jateng Komisaris Besar Artanto menjawab pertanyaan ihwal boleh kah Sukatani manggung dengan lagu Bayar Bayar Bayar. "Ya, monggo (silakan) aja," ujarnya dalam keterangan video yang diterima Tempo pada Jumat, 21 Februari 2025.

Artanto mengatakan band Sukatani bisa mengedarkan lagunya kembali. "Monggo aja, bebas, tidak ada masalah." Dia menuturkan, Polri menghargai kritik dalam lagu tersebut. Bahkan, lanjutnya, yang memberikan kritik membangun kepada Kepolisian merupakan teman Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Peristiwa pembredelan karya ini terjadi dalam beberapa bulan terakhir. 

Pembatalan Pentas Teater

Beberapa hari yang lalu, pemberangusan karya seni terjadi pada pementasan kelompok Teater Payung Hitam yang berjudul "Wawancara dengan Mulyono" yang batal digelar setelah menemui sejumlah hambatan, mulai dari baliho dicopot hingga pintu ruang pertunjukan digembok pihak kampus.

Mulanya, pertunjukan yang ditujukan untuk memperingati eksistensi kelompok Teater Payung Hitam selama 43 tahun itu, dijadwalkan pada Sabtu dan Ahad, 15-16 Februari 2025 mulai pukul 20.00 WIB di Studio Teater Institut Seni Budaya Indonesia atau ISBI Bandung. “Tadi pagi saya ke sini itu pintu Studio Teater sudah digembok,” kata sutradara sekaligus pemain kelompok Teater Payung Hitam Rachman Sabur kepada Tempo, Sabtu 15 Februari 2025.

Padahal sebelumnya, Rachman dan pemain lain yaitu Tony Broer sempat berlatih di studio itu pada Jumat malam, 14 Februari 2025 hingga sekitar pukul 23.00 WIB. Selain itu, pemasangan baliho acara juga sempat dicopot sebelumnya oleh lembaga kampus. Kelompok Teater Payung Hitam memasang baliho berukuran 3 x 4 meter di depan Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung pada Rabu, 12 Februari 2025. Namun keesokan harinya, baliho itu lenyap setelah dicopot pihak kampus. “Alasannya untuk dokumentasi,” kata Rachman.

Pembatalan Pameran Lukisan

Sekitar dua bulan lalu, karya seni pelukis asal Yogyakarta, Yos Suprapto, juga mengalami pembredelan yang membuatnya gagal dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran lukisan ini mulanya dijawalkan akan dipamerkan pada 20 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025.

Yos mengaku mendapat larangan untuk masuk Gedung A Galeri Nasional tempat sekitar 30 karya lukisnya dipajang. “Saya senimannya saja tidak bisa masuk ke dalam ruang di mana saya menaruh karya-karya saya,” kata Yos di Gedung YLBHI-LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 Desember 2024.

Menurut penuturan Yos, pameran tunggal bertajuk “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan” ini sedianya bakal digelar pada 3 Desember 2024. Namun, mengalami penundaan yang ia nilai karena kelalaian dan kesengajaan Galeri Nasional sebelum akhirnya batal digelar.

Selain itu, kurator pameran yakni Suwarno Wisetrotomo memutuskan untuk mundur dari posisinya. Suwarno mengatakan keputusannya karena tidak sepakat dengan karya-karya Yos.
“Menurut pendapat saya, ada dua karya yang terdengar seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektif,” kata Suwarno melalui pernyataan resminya, Jumat, 20 Desember 2024. Setelah beberapa hari terpajang di Galeri Nasional namun tidak bisa diakses pengunjung, Yos akhirnya memilih untuk menurunkan karya seninya pada Senin petang, 23 Desember 2024. 

Pembakaran Buku

Pada Oktober 2024, presenter dan jurnalis, Najwa Shihab mengalami kejadian yang tidak mengenakkan di mana buku yang ia tulis yang seharusnya dapat membuka jalan pemikiran kritis dan bentuk kebebasan ekspresi justru dibakar oleh seorang warganet. Saat itu, putri dari Quraish Shihab ini mendapat gelombang hujatan dari sejumlah warganet setelah mengomentari kepulangan Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi ke Solo, Jawa Tengah, pada Ahad, 20 Oktober 2024.

Dalam siaran langsung prosesi pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 pekan lalu, Najwa menyinggung bahwa Jokowi menggunakan pesawat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) untuk kembali ke Solo setelah purnatugas sebagai kepala negara. “Nggak jadi komersil, sekarang nebeng TNI AU,” ujarnya dalam potongan video yang beredar di dunia maya. Pernyataan ini kemudian memicu kritik tajam di media sosial, terutama di TikTok, di mana berbagai hujatan diarahkan kepadanya.

Hal itu mendorong aksi tidak terpuji dari seorang warganet yang menunjukkan ketidaksukaannya kepada Najwa Shihab dengan membakar buku karya Najwa Shihab yang berjudul Catatan Najwa. "Efek cuaca panas, bisa keluar api gini. Menyala Mbak Nana," demikian tulisan dari video yang ditangkap layar dan disebarkan di X.

Hal ini pun menjadi perbincangan di kalangan warganet lain dan banyak yang merasa miris karena kejadian itu mencerminkan gejala anti-intelektualitas di tanah air semakin mengkhawatirkan.  

Alif Fajar Fajriadi, Advist Khoriunikmah, Hammam Izzuddin, Anwar Siswadi, Nandito Putra, dan Raden Putri Alpadillah Ginanjar berkontribusi pada artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |