TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Donald Trump dikabarkan memecat sekitar 800 pegawai di Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) Amerika Serikat.
Pemecatan ini terutama menargetkan pegawai masa percobaan yang telah bekerja selama satu tahun hingga dua tahun, serta pekerja federal jangka panjang yang baru saja beralih ke posisi baru. Sebab, perlindungan sipil mereka terbatas, sehingga lebih mudah untuk dipecat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Badan ini menemukan bahwa Anda tidak layak untuk melanjutkan pekerjaan karena kemampuan, pengetahuan, dan atau keterampilan Anda tidak sesuai dengan kebutuhan badan saat ini,” demikian bunyi surat pemberhentian yang diterima pekerja NOAA, dikutip dari Yahoo News, Sabtu, 1 Maret 2025
Pemecatan ini terjadi pada Kamis sore waktu setempat, 27 Februari 2025, di mana Departemen Perdagangan mengirim email kepada pegawai yang terkena dampak, memberi tahu bahwa pekerjaan mereka akan berakhir pada akhir hari itu.
“Sebagian besar pegawai masa percobaan di kantor saya telah bekerja di lembaga ini selama lebih dari 10 tahun dan baru saja mendapatkan posisi baru,” kata seorang pegawai yang masih bertahan kepada The Guardian. “Jika kami kehilangan mereka, itu berarti bukan hanya kehilangan pekerjaan kelas dunia yang mereka lakukan setiap hari, tapi juga kehilangan puluhan tahun keahlian dan pengetahuan institusional.”
Pemecatan ini berdampak pada berbagai divisi NOAA, termasuk National Weather Service, Hurricane Research Division, dan Pacific Tsunami Warning Center.
Yahoo News, yang mengutip CNN, melaporkan bahwa beberapa pegawai yang terkena dampak bekerja dalam bidang prakiraan cuaca ekstrem dan pemodelan iklim, termasuk Andrew Hazelton, seorang peneliti dengan gelar PhD dalam meteorologi. Ia menulis di media sosial bahwa perannya adalah mengevaluasi prakiraan badai dan meningkatkan model fisika yang digunakan oleh National Hurricane Center.
“Saya menikmati meteorologi karena cuaca memengaruhi semua orang, dan selalu ada banyak hal untuk dipelajari,” tulis Hazelton dalam profilnya di NOAA. “Tumbuh besar di Florida, saya mengalami beberapa badai, dan saya merasa senang bisa mempelajari serta menganalisisnya dalam karier saya.”
Langkah pemerintah Trump ini memicu kritik dari berbagai pihak. Andrew Rosenberg, mantan wakil direktur NOAA’s National Marine Fisheries Service menyebut Kamis sebagai hari yang menyedihkan. “Tidak ada rencana atau pemikiran tentang bagaimana melanjutkan penyampaian ilmu dan layanan terkait cuaca, badai parah, konservasi, serta pengelolaan pesisir dan kehidupan laut. Jangan berpura-pura ini tentang efisiensi, kualitas pekerjaan, atau penghematan biaya, karena tidak satu pun dari alasan tersebut benar.”
Sejumlah politisi juga mengecam kebijakan ini. “Dengan memecat staf penting yang bekerja tanpa lelah demi rakyat Amerika, Presiden Trump dan Elon Musk memainkan politik dengan keamanan nasional dan keselamatan publik kita,” kata anggota kongres Gabe Amo. “Membiarkan NOAA kekurangan staf pada akhirnya akan menyebabkan kekacauan dan kebingungan tambahan, saya menyerukan agar mereka segera mempekerjakan kembali pegawai-pegawai ini sebelum tragedi, yang dapat dicegah, terjadi.”
Hingga berita ini ditulis, pemerintahan Trump belum memberikan pernyataan terkait pemecatan ini.