Penetrasi Visa dan Mastercard Vs QRIS di Indonesia

4 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menilai penggunaan kartu kredit Visa dan Mastercard di Indonesia masih tinggi. Pernyataan itu disampaikannya ketika diminta menanggapi keluhan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) terhadap penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

“Sampai sekarang, kartu kredit yang selalu direbutin Visa dan Mastercard kan masih dominan. Jadi, itu tidak ada masalah sebenarnya,” kata Destry dalam acara Edukasi Keuangan bagi Pekerja Migran Indonesia di Gedung Dhanapala, Jakarta, pada Senin, 21 April 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, USTR menerbitkan National Trade Estimate (NTE) Report on Foreign Trade Barriers 2025 pada Senin, 31 Maret 2025. Dalam laporannya, USTR menyoroti QRIS yang diatur dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur BI Nomor 21/18/PADG/2019 tentang Implementasi Standar Nasional Quick Response Code untuk Pembayaran. 

Lantas, bagaimana pertumbuhan Visa, Mastercard, dan QRIS di Indonesia? 

Visa dan Mastercard

Melansir laman Bank DBS Indonesia, kartu kredit mulai masuk ke dalam negeri pada 1980-an. Kala itu, Bank Duta bekerja sama dengan Visa dan Mastercard untuk mengenalkan kartu kredit pertama kali di Indonesia. 

BI menyebut nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu anjungan tunai mandiri (ATM), kartu debit, dan kartu kredit pada Mei 2022 meningkat 5,43 persen secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp 630,9 triliun. Dua tahun berikutnya, pada Juli 2024, BI melaporkan transaksi kartu kredit masih tumbuh di angka 20,92 persen secara tahunan mencapai 114,31 juta transaksi. 

Adapun Visa kini membukukan pendapatan bersih secara global sebesar US$ 35,9 miliar atau sekitar Rp 574 triliun (asumsi kurs Rp 16.000) pada 2024, meningkat 10 persen dari tahun sebelumnya. Selain itu, total transaksi yang berhasil diproses di jaringan Visa mencapai 233 miliar transaksi, naik 10 persen dari periode sebelumnya 

Sementara itu, pada kuartal pertama 2025, Mastercard mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$ 7,3 miliar, naik 14 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Kemudian, laba bersih pada kuartal I 2025 berada di level US$ 3,3 miliar, bertambah 9 persen. 

Di Indonesia, kartu kredit Visa hadir melalui lembaga pengakuisisi (acquirer) yang terdiri dari Bank Bukopin, Bank Central Asia (BCA), Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Mega, Bank MNC, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Panin, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Bank Sumsel Babel), Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Sinarmas, serta Bank Tabungan Negara (BTN). 

Sedangkan lembaga penerbit (issuer) kartu kredit Mastercard meliputi ANZ Indonesia, Bank Danamon, Bank Mandiri, BNI, Bank of China, Bank Permata, BRI, Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank Bukopin, Citibank, HSBC, Maybank, Bank MNC, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank Nationalnobu, Bank Sinarmas, BCA, Bank CIMB Niaga, Rabobank, Bank Standard Chartered Bank, dan Bank UOB Indonesia. 

Berdasarkan Laporan Tahunan 2024 Bank Mandiri, hingga Desember 2024, pengguna aktif Mandiri Kartu Kredit (Visa, Mastercard, dan JCB) mencapai 2,2 juta kartu atau tumbuh 8 persen secara tahunan. Sedangkan outstanding Mandiri Kartu Kredit sebesar Rp 19,3 triliun atau naik 15,4 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu Rp 16,7 triliun. 

QRIS

Sementara itu, QRIS pertama kali diluncurkan oleh BI bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 RI pada Sabtu, 17 Agustus 2019. Selanjutnya, QRIS mulai diterapkan secara luas di Indonesia pada Rabu, 1 Januari 2020. 

Tiga bulan pertama sejak diimplementasikan secara nasional pada 2020, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) menyebut total volume transaksi QRIS telah menyentuh angka 124,11 juta dengan nominal transaksi mencapai Rp 8,21 triliun. 

Setahun berikutnya pada kuartal I 2021, jumlah volume transaksi QRIS telah menembus 374,69 juta, atau tumbuh 201,9 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, Lalu, pertumbuhan juga tercermin dalam total nominal transaksi yang mencapai Rp 27,63 triliun atau meningkat 236,72 persen. 

Terbaru, transaksi QRIS secara nasional hingga triwulan I 2025 sudah menjangkau 56,28 juta pengguna dan 38,1 juta gerai/usaha, di mana 93 persen di antaranya merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sedangkan total transaksinya mencapai 2,62 miliar transaksi dengan nominal Rp 262 triliun. 

Tak berhenti berinovasi, pada Jumat, 14 Maret 2025, BI meluncurkan QRIS Tap. QRIS Tap sendiri adalah layanan pembayaran berbasis near field communication (NFC) yang memungkinkan pengguna menempelkan ponsel pintar (smartphone) ke mesin pemindai ketika membayar belanjaan, KRL, dan MRT. 

Hingga 16 April 2025, QRIS Tap mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp 3,24 miliar. Lebih rinci, BI melaporkan volume transaksi QRIS Tap pada periode yang sama sebanyak 42,9 juta transaksi dengan 20,8 juta pengguna dan 1,44 juta gerai yang menggunakan. 

Anastasya Lavenia Y berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |