Peran 15 Tersangka Kasus Penculikan Kacab Bank

2 hours ago 7

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Polisi membeberkan 15 tersangka kasus penculikan dan pembunuhan M Ilham Pradipta (MIP) kepala cabang sebuah bank di Jakarta Pusat.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengatakan 15 tersangka itu terbagi dalam empat klaster. Yakni, klaster otak perencanaan, klaster eksekutor penculikan, klaster penganiayaan dan klaster surveillance.

Berikut peran 15 tersangka dari empat klaster dalam perkara ini

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Klaster otak penculikan

Dalam klaster otak perencanaan terdiri dari empat tersangka. Mereka yakni Candy alias Ken, Dwi Hartono (DH), C serta AAM.

Wira menyebut Candy memiliki peran bertemu dengan tersangka Dwi. Ia juga menyiapkan rencana dan tim IT untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan.

"Kemudian, mencari atau pelaku C ini memiliki informasi tentang rekening-rekening dormant yang ada di bank," kata Wira dalam konferensi pers, Selasa (16/9).

Lalu, tersangka Dwi Hartono (DH) berperan bertemu dengan Candy alias Ken. Dwi juga berperan menghubungi tersangka JP untuk mencari tim penculik.

"Kemudian, yang berikutnya, menyiapkan tim yang bertugas untuk membuntuti korban. Kemudian yang berikutnya lagi, saudara DH yang merencanakan penculikan terhadap korban. Lalu memberikan uang sebesar Rp60 juta kepada JP untuk operasional daripada penculikan," ucap Wira.

Selanjutnya, tersangka AAM yang berperan turut hadir dalam pertemuan dengan Candy serta Dwi. AAM juga berperan merencanakan penculikan terhadap korban dan menyiapkan tim yang bertugas untuk membuntuti korban.

Kemudian, tersangka JP yang berperan mempersiapkan tim eksekutor bersama dengan Serka N. JP juga ikut membuang korban di Cikarang bersama saudara Serka N.

Disampaikan Wira, JP juga berperan mengkoordinir dan mengawasi jalannya pembuntutan sampai dengan kegiatan penculikan terhadap korban. Tak hanya itu, JP pun berperan memberikan uang sebesar Rp150 juta kepada Serka N untuk operasional penculikan.

2. Klaster eksekutor penculikan

Dalam klaster penculikan ini terdiri dari lima tersangka, masing-masing berinisial E, REH, JRS, AT serta EWB.

Berdasarkan penyidikan, E berperan memasukkan korban secara paksa ke dalam mobil Avanza putih saat diculik di parkiran Lotte Mart Pasar Rebo, Jakarta Timur.

E juga berperan menganiaya korban. Termasuk, melilitkan lakban ke wajah korban dan mengikat tangan korban menggunakan tali rafia.

"E ini (juga berperan) menerima uang sebesar Rp45 juta dari saudara DH untuk operasional penculikan yang kemudian yang tersebut dibagikan kepada empat rekannya yang lain dengan masing-masing besaran Rp8 juta," ucap Wira.

Kemudian, tersangka REH berperan membantu E untuk memegang korban dari belakang dalam proses melilitkan lakban dan mengikat tangan korban.

Lalu, tersangka JRS berperan untuk membantu saudara E, memegangi tangan korban dari kanan dalam proses melilitkan lakban dan mengikat tangan korban.

Selanjutnya, AT ini berperan membantu saudara E untuk memasukkan korban secara paksa ke dalam mobil Avanza putih. Ia juga membantu saudara E memegangi korban dari kiri dalam proses melilitkan lakban dan mengikat tangan korban.

Terakhir adalah tersangka EWB. Ini berperan driver atau sopir mobil Avanza putih dalam aksi penculikan tersebut.

Pada klaster ini, juga terdapat keterlibatan anggota Kopassus berinisial Kopda F. Namun, penanganannya dilakukan oleh Pomdam Jaya.

3. Klaster penganiayaan

Dalam klaster penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia terdiri dari tiga tersangka. Yakni, JP, NU dan DSD. Tersangka JP juga masuk dalam klaster otak penculikan.

Dalam klaster ini, JP diketahui turut berada di dalam mobil Fortuner hitam bersama korban setelah proses penyerahan dari klaster penculikan.

"Adapun peran saudara JP yaitu menginjak kaki korban pada saat di mobil Fortuner dan membuang korban pada saat bersama Serka N," kata Wira.

Lalu, tersangka NU yang berperan sebagai sopir atau driver Fortuner hitam yang digunakan untuk membawa korban dari Kemayoran sampai dengan lokasi pembuangan di daerah Bekasi.

Kemudian, tersangka DSD juga berperan sebagai sopir. Ia bergantian dengan NU mengemudikan mobil Fortuner yang membawa korban.

"Jadi pada saat di dalam mobil tersebut kan terjadi penganiayaan, si NU tidak kuat karena sedikit oleng sehingga digantikan oleh DSD," ucap Wira.

Pada klaster ini juga terdapat keterlibatan anggota Kopassus berinisial Serka N. Namun, penanganannya oleh Pomdam Jaya.

4. Klalster Surveillance

Terakhir, dalam klaster surveillance ini terdapat empat orang tersangka. Masing-masing tersangka berinisial AW, EWH, RS serta AS.

"Klaster keempat merupakan klaster surveilance atau merupakan klaster yang bertugas membuntuti korban," kata Wira.

Pada klaster ini, polisi masih memburu satu tersangka lain yang masih buron berinisial EG.

"Inisial EG. Ini perannya sebagai tim masuk dalam kategori klaster empat yang dimana ikut membuntuti korban," ujarnya.

Ilham yang merupakan kepala kantor cabang pembantu (KCP) sebuah bank di Jakarta Pusat menjadi korban penculikan dan pembunuhan.

Jasad Ilham ditemukan di area persawahan di Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8) pagi. Sebelum ditemukan tewas, korban diculik di parkiran sebuah pusat perbelanjaan kawasan Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (20/8).

Berdasarkan penyidikan, terungkap motif di balik penculikan dan pembunuhan itu lantaran ingin memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan. Rekening dormant adalah rekening yang tidak aktif digunakan untuk transaksi selama setidaknya tiga bulan.

"Motif para pelaku melakukan perbuatannya yaitu para pelaku ataupun tersangka berencana untuk melakukan pemindahan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang telah dipersiapkan," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dalam konferensi pers.

(dis/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |