Polda Sumut soal Ketua DPD NasDem Sumut: Hanya Pengecekan, Minta Maaf

3 hours ago 16

Medan, CNN Indonesia --

Polda Sumatera Utara (Sumut) menepis kabar Ketua DPD NasDem Sumut, Iskandar ST jadi korban salah tangkap polisi di pesawat Garuda Indonesia.

Polda Sumut menegaskan tindakan Polrestabes Medan yang berkoordinasi dengan otoritas bandara Kualanamu adalah hanya sebatas pengecekan identitas.

Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Ferry Walintukan, menjelaskan bahwa peristiwa tersebut berawal saat personel Polrestabes Medan tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus scamming dan judi online.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan informasi yang diterima, tambahnya, terdapat nama seorang terduga pelaku bernama Iskandar yang diduga terlibat dalam kasus tersebut dan terdeteksi berada di Bandara Kualanamu.

Setelah dilakukan pengecekan, kata Ferry, personel mendapati nama Iskandar dalam daftar manifes penumpang pesawat terkait.

"Mengingat kasus judi online ini membutuhkan kecepatan dalam proses penyelidikan, personel langsung berkoordinasi dengan pihak bandara untuk melakukan pemeriksaan," ujar Kombes Ferry, Jumat (17/10).

Petugas kemudian melakukan pemeriksaan identitas dan kecocokannya atau profiling. Namun, sambungnya, dari  hasil pengecekan menunjukkan bahwa nama Iskandar tersebut ternyata merupakan Ketua Partai NasDem Sumut, bukan terduga pelaku scamming dan judi online yang tengah diburu.

"Dalam hal ini memang terjadi kesamaan nama. Setelah dilakukan pendalaman, dipastikan Ketua NasDem Sumut itu tidak terlibat dalam kasus judi online," jelasnya.

Ferry menegaskan, tindakan yang dilakukan personel tersebut bukan merupakan penangkapan, melainkan pengecekan identitas untuk memastikan kesesuaian data.

"Personel hanya melakukan pengecekan untuk memastikan apakah nama Iskandar yang diduga terlibat kasus scamming dan judi online itu sama dengan Iskandar yang berada di dalam pesawat. Setelah dicocokkan, ternyata bukan orang yang sama," ujar Ferry.

Polda minta maaf

Lebih lanjut, Ferry menyampaikan permohonan maaf dari pihak kepolisian atas ketidaknyamanan yang mungkin timbul akibat peristiwa tersebut.

"Kami dari pihak kepolisian meminta maaf apabila terdapat ketidaknyamanan atau ketersinggungan dari yang bersangkutan (Iskandar) maupun pihak lain. Kami mohon maaf atas kejadian ini,"katanya.

Sebelumnya, Iskandar yang juga Ketua DPD Partai NasDem Sumut mengaku merasa dipermalukan setelah menjadi korban salah tangkap yang dilakukan aparat Polrestabes Medan, petugas Avsec dan kru pesawat di dalam pesawat Garuda Indonesia karena dituduh sebagai tersangka kasus judi online.

Iskandar menceritakan peristiwa itu terjadi pada Rabu (15/10/2025) sekitar pukul 19.25 WIB. Saat itu dirinya menumpang pesawat nomor penerbangan GA 193 rute Bandara Kualanamu - Soekarno Hatta sebelum pesawat lepas landas.

"Saya sudah masuk dalam pesawat. Sudah duduk dan pesawat siap siap mau terbang. Tiba tiba masuk lima orang. Avsec, kru pesawat Garuda dan polisi berpakaian preman," paparnya.

Petugas tersebut memaksa Iskandar untuk turun dari pesawat. Petugas itu menyebut ada surat penangkapan atas nama Iskandar terkait dugaan kasus judi online dan ITE. Surat penangkapan itu sendiri ditandatangani oleh Kasat Reskrim Polrestabes Medan AKBP Bayu Putro Wijayanto.

"Jadi mereka memaksa saya turun. Saya tanya apa masalahnya. Alasannya ada penangkapan. Saya dibawa ke Galbarata. Di sana sudah ada polisi berpakaian preman. Dan mereka ada surat penangkapan atas nama Iskandar. Di surat itu saya baca ditangkap atas kasus judi online dan ITE. Saya tanya, ini Iskandar yang mana kalian tangkap," ucap Iskandar.

Belakangan Iskandar menduga ada pihak kepolisian yang mengenal dirinya dan kemudian menyadari bahwa mereka salah orang. Kemudian satu persatu petugas yang menangkapnya tadi meninggalkannya.

"Pesawat mau tutup pintunya, saya gak ngasi. Saya bilang jangan tutup dulu. Kemudian dari jauh ada yang teriak 'salah, salah'. Saya duga itu polisi juga. Tapi setelah saya tanya, yang mendampingi Avsec tadi malah tidak mengaku polisi. Mereka semua pakai baju preman, satu-satu pergi," ungkapnya.

Iskandar menyebut tindakan polisi, petugas Avsec dan kru pesawat tu telah mempermalukan dirinya di depan publik dan melanggar prosedur hukum. Ia menegaskan akan melaporkan peristiwa itu ke Propam Polda Sumut, Komisi III DPR RI, Kapolri dan Komnas HAM.

"Saya merasa dipermalukan, saya merasa harga diri saya diinjak injak. Saya merasa terteror. Ini pelanggaran HAM, penangkapan sewenang-wenang. Masak polisi salah tangkap, padahal mereka penegak hukum," kata dia.

(fnr/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |