TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto terbang ke Bengkulu untuk menjemput asisten pribadinya (aspri), Agung Surahman. Gubernur Bengkulu Helmi Hasan membenarkan kabar Prabowo transit di Bengkulu dalam perjalanan kunjungan ke Malaysia menggunakan pesawat kepresidenan RI-1.
“Agung sempat pulang ke Bengkulu untuk bertemu keluarganya. Dan karena tiket dari Jakarta ke Malaysia penuh, Presiden akhirnya langsung datang menjemputnya,” kata Helmi di Bengkulu, Minggu, 6 April 2025, seperti dikutip dari Antara. Lantas, berapa biaya operasional pesawat kepresidenan RI-1?
Biaya Operasional Pesawat Kepresidenan
Sebagai informasi, pesawat kepresidenan dioperasikan oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Ketika tidak digunakan, burung besi tersebut akan ditempatkan di hanggar TNI AU.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara perawatan dan pemeliharaan pesawat kepresidenan dilakukan oleh PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF AeroAsia), anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di bidang pemeliharaan, perbaikan, dan pemeriksaan pesawat terbang. Lalu, biaya perawatan dan pemeliharaannya dikelola oleh Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg).
Mengacu pada laman Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SiRUP) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), pengadaan avtur untuk pemeliharaan pesawat kepresidenan VVIP (very very important person) dalam RUP Kemensetneg mencapai Rp 6,7 miliar pada tahun anggaran 2025.
Selain itu, terdapat beberapa biaya lain untuk pesawat kepresidenan, misalnya, pemeliharaan kebersihan hanggar pesawat Skuadron Udara 45 dan ruangan VVIP Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur sebesar Rp 2,49 miliar. Skuadron Udara 45 sendiri merupakan skuadron angkut khusus VIP/VVIP yang operasionalnya menggunakan helikopter atau rotary wing.
Kemudian, pemeliharaan mekanikal elektrikal Sasana Manggala Praja dan hanggar pesawat Skuadron Udara 45 Halim Perdanakusuma sebesar Rp 43,1 miliar. Anggaran untuk pemeliharaan dan pelatihan mekanik pesawat BBJ-2 VVIP (pesawat Boeing) sebesar Rp 4,05 miliar serta pelatihan kru pesawat BBJ-2 VVIP sebesar Rp 3,42 miliar.
Tak hanya itu, terdapat biaya untuk pengoperasian dan perawatan harian pesawat BAe RJ-85 VVIP (pesawat British Aerospace) sebesar Rp 4,87 miliar, anggaran untuk pemeliharaan pesawat BAe RJ-85 VVIP sebesar Rp 3,79 miliar, serta izin frekuensi pesawat repeater (3 unit) sebesar Rp 28 juta.
Spesifikasi Pesawat Kepresidenan
Melansir laman Kemensetneg, pesawat kepresidenan RI-1 merupakan varian dari Boeing 737 seri 800, pesawat yang memiliki varian dan seri yang sama dengan yang digunakan Garuda Indonesia untuk kegiatan bisnisnya. Gagasan pesawat kepresidenan sendiri diawali pada 2007 dan mendapat dukungan dari Komisi II DPR RI.
Proses pabrikasi dan modifikasi pesawat kepresidenan berlangsung hampir lima tahun, sebelum akhirnya tiba di Indonesia pada Kamis, 10 April 2014 di era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pesawat BBJ-2 tersebut dibeli dengan harga sekitar US$ 89,6 juta atau sekitar Rp 847 miliar. Harga itu sudah termasuk pabrikasi, serta modifikasi interior dan modifikasi lainnya.
Pembayaran pesawat kepresidenan RI-1 dilakukan melalui skema kontrak jamak dari 2010 hingga 2014. Selain itu, pesawat BBJ-2 dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk menunjang pelaksanaan tugas kenegaraan presiden.