Psikolog Jelaskan Cara Ampuh Redam Kecemasan di Tengah Banjir Berita

2 hours ago 6

Wanita melihat berita di gawai (ilustrasi). Paparan informasi yang terlalu intens justru bisa menambah kecemasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya informasi yang berseliweran di media sosial (medsos) terkadang terasa melelahkan. Informasi yang datang tanpa henti, membuat kecemasan seolah menjadi teman akrab yang sulit dihindari.

Psikolog klinis Teresa Indira Andani, M.Psi., lulusan Universitas Indonesia, menawarkan sebuah solusi yang sederhana namun powerful untuk mengatasi kecemasan tersebut yaitu memberi jeda bagi diri sendiri dari derasnya arus informasi. Memantau informasi dari saluran berita maupun media sosial kadang memang perlu dilakukan untuk memahami kondisi dan perkembangan terkini, tetapi paparan informasi yang terlalu intens justru bisa menambah kecemasan.

"Kita bisa memilih sumber berita yang kredibel, membatasi waktu untuk mengakses informasi, misalnya hanya pada jam-jam tertentu, serta memberi jeda bagi diri sendiri dari terpaan informasi. Dengan begitu, kita tetap terinformasi tapi tidak didominasi oleh kecemasan," kata Teresa pada Senin (1/9/2025).

Menurut dia, perlu bagi kita untuk menyadari bahwa tidak semua informasi yang beredar di platform media sosial adalah fakta. Oleh karena itu, pengguna media sosial perlu secara cermat memilah dan memilih informasi yang akan dibaca maupun dibagikan.

"Memilah informasi bukan hanya soal ketenangan psikologis, tapi juga bentuk tanggung jawab sosial agar kita tidak ikut menyebarkan kabar yang tidak sesuai kenyataan," kata Teresa.

Teresa mengatakan, emosi seperti kecewa, sedih, dan cemas bisa muncul setelah terpapar informasi tentang situasi yang kurang baik menyusul demonstrasi-demonstrasi yang diwarnai kekerasan, penjarahan, dan perusakan belakangan ini.

Menurut dia, hal yang demikian manusiawi, menandakan masih adanya perhatian dan kepedulian terhadap apa yang sedang terjadi dalam masyarakat. Teresa mengatakan emosi tidak hanya muncul karena masalah individu, tetapi juga karena pengaruh lingkungan, mulai dari keluarga, komunitas, hingga negara. Ia menyampaikan pentingnya menyadari dan mengakui luapan perasaan dalam upaya mengelola emosi, misalnya dengan menerapkan teknik pernapasan dalam agar menyadari kondisi tubuh dan lingkungan sekitar atau berbicara dengan orang yang dipercaya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |