Kota Bandung Terapkan Pengelolaan Sampah Berbasis RT

1 hour ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kota Bandung tengah mencari jalan keluar dari krisis sampah yang kian mendesak. Setiap hari, lebih dari 1.500 ton sampah dihasilkan, sebagian besar masih tercampur tanpa pemilahan, sehingga Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarimukti terus menanggung beban berlebih.

Untuk mengatasi masalah sampah, Pemerintah Kota Bandung bersama Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) mulai membangun model pengelolaan sampah berbasis RT. Empat RT dipilih menjadi laboratorium sosial untuk pemilahan dari sumber, dengan harapan bisa direplikasi ke seluruh wilayah kota.

Empat RT itu berada di Cigondewah Kaler (Bandung Kulon), Rancanumpang (Gedebage), Nyengseret (Astana Anyar), dan Kujangsari (Bandung Kidul). Pemilihan lokasi mempertimbangkan kesiapan warga, dukungan RT/RW, serta keberadaan offtaker seperti bank sampah dan TPS3R.

Hasil awal menunjukkan perubahan signifikan. Di Cigondewah Kaler dan Rancanumpang, seluruh rumah tangga sudah memilah sampah. Sampah organik diolah jadi kompos atau pakan maggot, anorganik disalurkan ke bank sampah, dan residu diangkut sesuai jadwal musyawarah warga. Stiker “Saya Sudah Pilah Sampah” menjadi penanda komitmen sekaligus tekanan sosial bagi yang belum berpartisipasi.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bandung Barat, Enung Masruroh, menilai pendekatan rumah tangga sejalan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). “Pendekatan dari hulu, khususnya di level rumah tangga, sangat sejalan dengan pilar keempat dalam pendekatan STBM,” ujarnya dalam siaran pers ISWMP, Selasa (23/9/2025).

Meski belum semua lokasi mencapai 100 persen partisipasi, tren di Nyengseret dan Kujangsari terus meningkat. Tantangan tetap ada, mulai dari minimnya pemahaman manfaat pemilahan, keterbatasan mitra offtaker, hingga kurangnya fasilitator. Namun, pendampingan intensif dan edukasi tatap muka terbukti paling efektif dalam mendorong perubahan perilaku warga.

Sekretaris Daerah Kota Bandung, Iskandar Zulkarnain, yang mewakili Wali Kota Muhammad Farhan dalam acara serah terima TPST dari Kementerian PUPR, menegaskan pentingnya fasilitas baru. “Dengan diberikan atau diserahkan TPST ini, Nyengseret dan Holis 2, mudah-mudahan ini bisa mengurangi terkait dengan sampah yang akan dikirimkan terutama ke TPA Sarimukti. Karena sekarang kami agak kesulitan, kondisinya kiriman di Sarimukti juga dibatasi 140 rit sehari. Padahal dalam sehari kita bisa di 154 rit. Jadi masih ada belasan rit lagi yang harus kita atur,” jelasnya.

Bandung menargetkan praktik baik dari empat RT percontohan ini menjadi fondasi perluasan Kawasan Bebas Sampah (KBS). Rencana strategis sedang disusun untuk memperkuat kapasitas kader lingkungan, menetapkan SOP teknis, dan merancang skema insentif agar warga terus konsisten memilah.

Empat RT itu membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari lingkup kecil. Jika diperluas, Bandung bukan hanya bisa lebih bersih, tetapi juga berpeluang menjadi rujukan pengelolaan sampah berkelanjutan di tingkat nasional.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |