TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan pemimpin dan anggota Hamas dibunuh oleh rezim terguling Presiden Suriah Bashar Al-Assad, Al-Quds Al-Arabi melaporkan, mengutip sumber-sumber yang dekat dengan gerakan tersebut.
Sumber-sumber tersebut mengatakan kepada surat kabar yang berbasis di London itu bahwa 94 anggota Hamas dieksekusi di penjara-penjara Suriah tanpa pengadilan, seperti dilansir Middle East Monitor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka menambahkan bahwa dokumen-dokumen intelijen yang ditemukan di kantor-kantor badan keamanan Suriah setelah penggulingan rezim Bashar Al-Assad mengkonfirmasi adanya perintah yang terus berlanjut untuk menangkap siapa pun yang terkait dengan Hamas.
Meskipun telah terjadi rekonsiliasi antara Hamas dan rezim Assad dua tahun lalu, rezim Assad tetap mencap Hamas sebagai "organisasi pengkhianat".
Sumber-sumber tersebut juga membantah bahwa ada tahanan yang telah dibebaskan, termasuk komandan Brigade Al Qassam Mamoun Al-Jaloudi, yang dikenal sebagai Abu Judat.
Menurut sumber-sumber tersebut, Hamas telah menyerahkan daftar tahanan kepada mantan Sekretaris Jenderal Hizbullah, almarhum Hassan Nasrallah, setelah ia berjanji untuk menindaklanjuti masalah ini dengan para pejabat senior di rezim tersebut.
Namun, sumber-sumber tersebut mengindikasikan bahwa Nasrallah tidak memberikan informasi apa pun kepada Hamas.
Nasrallah diyakini telah mengetahui bahwa semua orang yang terdaftar telah dieksekusi, karena khawatir pengungkapan ini akan menggagalkan proses rekonsiliasi, yang menurut sumber-sumber tersebut, tidak pernah benar-benar maju. Rezim Assad, mereka menjelaskan, hanya menyetujui rekonsiliasi yang dangkal di bawah tekanan dari sekutunya, Iran dan Hizbullah.
Sumber-sumber tersebut lebih lanjut mencatat bahwa semua komunikasi antara rezim Assad dan Hamas berhenti pada Oktober 2023. Damaskus tidak mengeluarkan pernyataan belasungkawa apa pun setelah Israel menargetkan dan membunuh para pemimpin Hamas, termasuk Ismail Haniyeh, Yahya Sinwar, dan Saleh Al-Arouri.
Assad digulingkan, Hamas ucapkan selamat kepada rakyat Suriah
Dengan laporan tersebut, menjadi jelas mengapa Hamas malah mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah atas tercapainya "aspirasi mereka untuk kebebasan dan keadilan" saat Assad terguling. Padahal, Hizbullah dan Iran malah mengecam penggulingan tersebut.
"Kami berdiri teguh bersama rakyat Suriah... dan menghormati kehendak, kemerdekaan, dan pilihan politik rakyat Suriah," faksi Islamis yang telah memerintah Jalur Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.
Hamas mengatakan pihaknya berharap bahwa Suriah pasca-Assad akan melanjutkan "peran historis dan penting dalam mendukung rakyat Palestina".
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Ziad al-Nakhala, kepala Jihad Islam, sebuah kelompok yang didukung Iran dan sekutu Hamas, menggemakan sentimen tersebut.
"Jihad Islam berharap Suriah akan tetap menjadi dukungan nyata bagi rakyat Palestina, perjuangan mereka, seperti yang selalu terjadi," kata Nakhala.
Hamas secara terbuka mendukung pemberontakan jalanan Muslim Sunni 2011 melawan pemerintahan Assad dan mengosongkan markas besarnya di Damaskus pada 2012, sebuah langkah yang membuat Iran, sekutu Assad dan kelompok Palestina, marah.
Hamas, yang akar ideologinya berasal dari Ikhwanul Muslimin yang beraliran Islam Sunni, menjauhkan diri dari Assad - anggota sekte minoritas Alawite, sebuah cabang dari Islam Syiah - ketika ia menindak para pengunjuk rasa dan pemberontak yang sebagian besar beragama Islam Sunni.
Kelompok Palestina tersebut memutuskan pada 2022 untuk memulihkan hubungan dengan pemerintah Assad dan mengirim delegasi ke Damaskus, di mana para pemimpin Hamas bertemu dengan Assad dengan harapan dapat memperbaiki hubungan.
Suriah yang dipimpin Assad dan Iran membentuk "poros perlawanan" dengan gerakan Hizbullah Lebanon dan kelompok-kelompok militan Palestina untuk menentang Israel.