TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 51 ribu rumah tidak mendapatkan pasokan gas dan 1.500 gedung apartemen tidak bisa menyalakan pemanas di tengah musim dingin di kawasan separatis pro-Rusia di Moldova. Dilansir dari Reuters pada Senin, 6 Januari 2025, pihak berwenang menyebut kondisi ini terjadi setelah Ukraina menolak untuk memperpanjang perjanjian transit gas dengan Rusia minggu lalu.
Transdniestria, wilayah separatis yang sebagian besar berbahasa Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina, telah menerima pasokan gas Rusia melalui Ukraina selama beberapa dekade. Wilayah itu menggunakan gas Rusia untuk menghasilkan listrik yang juga dijual ke seluruh Moldova. Kawasan itu menyediakan 80 persen listrik untuk warga Moldova.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suplai gas di sana terputus, bersama dengan aliran ke Eropa tengah dan timur yang terhenti, pada perayaan tahun baru. Pemutusan pasokan gas ini terjadi setelah Kyiv menolak memperpanjang perjanjian transit yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun berkecamuk perang Ukraina.
Pemerintah Transdniestria mengatakan di Telegram total 122 pemukiman telah diputus pasokan gasnya hingga Senin pagi, 6 Januari 2025, dan hanya sejumlah kecil yang dipasok ke beberapa apartemen untuk memasak.
Pihak berwenang memerintahkan sekolah untuk tidak dibuka kembali setelah liburan musim dingin, setelah sedikitnya 131 sekolah dan 147 TK tidak bisa menyalakan penghangat ruangan.
"Tidak ada seorang pun di Transdniestria yang bersalah atas situasi ini - semuanya adalah faktor eksternal," kata Presiden untuk pemerintahan wilayah tersebut, Vadim Krasnoselsky, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi.
Gas yang disalurkan melalui pipa di Ukraina telah lama menjadi cara utama Rusia mendukung wilayah separatis tersebut, yang lepas dari kendali pemerintah pusat Moldova dalam perang singkat pada 1992 dan masih menampung 1.500 tentara Rusia.
Moldova, yang memiliki pemerintahan pro-Barat yang mendorong Moldova menjadi anggota Uni Eropa dan NATO, menuduh Moskow mencoba merusak kemerdekaannya, termasuk dengan memanipulasi kaum separatis. Tuduhan ini dibantah Rusia.
Sejak gas Rusia dihentikan pada tahun baru, Moldova telah memenuhi kebutuhan listriknya dengan mengimpor sekitar 60 persen dari kebutuhan energinya dari negara tetangganya, Rumania. Ada laporan Moldova telah menawarkan bantuan kepada separatis dengan pasokan gas.
Krasnoselsky menyebut laporan tentang tawaran bantuan tersebut sebagai "kebohongan" dan mengatakan tujuan Moldova adalah "mencekik" kawasan tersebut.
"Tidak ada tawaran bantuan dari Moldova atau negara lain," ujarnya. Dia telah mendesak penduduk untuk menggunakan kayu bakar.
Pemerintah Moldova menyalahkan krisis energi pada raksasa ekspor gas Rusia Gazprom yang dikatakan menolak memasok gas yang dikontrak ke Moldova melalui rute alternatif. Gazprom mengatakan akan menangguhkan ekspor ke Moldova pada 1 Januari karena utang Moldova yang belum dibayar, yang menurut Moskow berjumlah total S$709 juta. Moldova membantah dan menyebut angkanya sebesar S$8,6 juta.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini