RSUP Dr Sardjito Buka Suara soal Mahasiswa Amikom Tewas Penuh Luka

4 hours ago 6

Yogyakarta, CNN Indonesia --

RSUP Dr Sardjito menyebut kondisi mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama sudah dalam kategori buruk ketika tiba di rumah sakit.

Rheza merupakan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Amikom Yogya yang meninggal dengan kondisi penuh luka, Minggu (31/8) pagi. Ia laporkan sempat terkena gas air mata saat mengikut aksi demonstrasi hingga dilarikan ke RS. Kini mendiang Rheza telah dimakamkan di tempat pemakaman dekat kediamannya, Mlati, Sleman, DIY.

Manajer Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan menuturkan, Rheza tiba di rumah sakitnya diantar petugas unit kesehatan Polda DIY pada Minggu kemarin sekitar pukul 06.30 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banu bilang, Rheza saat itu diantar dalam kondisi sudah tak sadarkan diri. Tanda-tanda kehidupan masih ada, tapi lemah.

"Tim medis kami melakukan resusitasi jantung secara maraton sekitar 30 menit, namun demikian jam 07.06 (WIB) kami menyatakan beliau meninggal dunia," kata Banu di RSUP Dr Sardjito, Sleman, DIY, Senin (1/9).

Menurut Banu, petugas dari unit kesehatan Polda DIY juga melakukan sebuah prosedur pertolongan darurat sepanjang perjalanan mengantar Rheza menuju RSUP Dr Sardjito.

Rumah sakit sejauh ini masih menegakkan diagnosa cardiac arrest alias henti jantung sebagai penyebab kematian Rheza. Pasalnya, di satu sisi pihak keluarga pasien juga tak menghendaki proses visum lebih lanjut.

"Ya, hasil pemeriksaan yang kita lakukan, sudah kita lakukan dan itu sesuai dengan mekanisme hukum acara dan lain sebagainya, kami belum bisa membuka kondisi fisik. Hasil pemeriksaan yang ada di kami, masih kami simpan," ungkap Banu.

"Jadi artinya ini memang ranah-ranah hukum inilah yang harus kita hormati pula. Itu kan, itu mekanisme yang kita jalankan," sambungnya.

Yoyon Surono, ayahanda Rheza sebelumnya juga menyebut bahwa pihaknya telah menerima kejadian ini dan menganggapnya sebagai musibah. Keluarga tak menghendaki proses otopsi jenazah.

Sebelum mengetahui putranya wafat, Yoyon mengaku awalnya menerima kabar dari tetangga mengenai Rheza masuk RSUP Dr. Sardjito pada Minggu pagi. Kala itu disampaikan jika anaknya masuk rumah sakit akibat terkena gas air mata.

Namun demikian, ketika Yoyon tiba di rumah sakit, putranya itu sudah dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 07.00 WIB. "Saya ke sana anaknya sudah terbujur kayak gitu," kata Yoyon ditemui di rumah duka, Minggu kemarin.

Informasi yang diperoleh Yoyon, Rheza diantar ke rumah sakit oleh dua orang anggota unit kesehatan Polda DIY. Malam sebelumnya, putranya itu padahal pergi untuk pamit ngopi.

Dengan pertimbangan keluarga, jenazah Rheza tidak diotopsi. Hanya saja, Yoyon menemukan sejumlah luka kala ikut memandikan jenazah anaknya tersebut. Antar lain, macam patah pada leher kiri serta jejak sepatu di perut.

"Tadi ikut mandiin, sini (menunjuk leher kiri) itu kayak patah apa gimana, terus sini (menunjuk bagian perut kanan) itu bekas pijakan kaki-kaki bekas PDL sepatu," beber Yoyon dengan suara bergetar.

Selain itu, masih ada pula luka lecet di kaki-tangan serta punggung, kepala bocor, dan luka sayat seperti habis kena gebuk. Sampai sekarang tak ada yang menginformasikan kepada Yoyon dari mana luka-luka ini didapat.

Dia cuma sebatas menerima informasi jika sebuah kejadian menimpa putranya di depan Mapolda DIY. "(Kejadian) di depan polda kayaknya," ujar Yoyon.

Sejauh saat ini, Yoyon belum bisa memastikan jika Rheza pergi untuk ikut aksi unjuk rasa di depan Mapolda DIY sebagaimana informasi beredar di media sosial. Pihak rektorat dan BEM Amikom juga masih akan melakukan investigasi agar peristiwa ini menjadi terang.

Kapolda DIY, Irjen Pol Anggoro Sukartono menyebut kepolisian belum akan melakukan ekshumasi terhadap makam Rheza atas permintaan keluarga almarhum.

Anggoro datang melayat ke rumah duka pada Minggu malam. Selain mengucapkan ungkapan belasungkawa, pihaknya turut menyampaikan jika kepolisian siap melakukan penyelidikan apabila keluarga menghendakinya.

"Kami juga sudah menyampaikan maksud kedatangan apabila keluarga akan mempertanyakan sampai kepada proses hukum dari meninggalnya kami siapkan semuanya proses itu. Mulai dari penyelidikan, penyidikan. Namun proses awal keluarga menolak untuk melakukan ekshumasi," kata Anggoro.

Keluarga, kata Anggoro, pada kesempatan itu hanya memberi masukan kepada Polri agar jangan lagi membuat kesalahan dalam menjalankan tugas-tugas pengamanan.

Menurut Anggoro, keluarga telah menerima secara ikhlas kepergian Rheza. Kendati, polisi tetap siap memulai proses hukum bilamana keluarga berubah pikiran.

Anggoro bilang pihaknya juga sangat terbuka menerima informasi atau keterangan saksi yang dapat membantu kepolisian.

"Sementara ini yang kami lihat hanya dari media, kami coba lihat berita media-media sosial apakah benar korban yang diperlakukan seperti itu. Ini penting jadi kalau masyarakat memang menemukan kasih ke saya supaya saya mudah melakukan penyelidikan. Pada tingkatan apabila keluarga menghendaki dilakukan penyelidikan kami siap," pungkasnya.

(kum/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |