Seperti Apa Proses Pemilihan Paus Baru yang Dimulai Hari Ini?

3 hours ago 6

PROSES pemilihan paus baru setelah wafatnya Paus Fransiskus akan dimulai, Selasa, 7 Mei 2025. Pemungutan suara akan dilakukan secara tertutup di Kapel Sistina. Memilih kepala Gereja Katolik berikutnya adalah peristiwa penting, karena lembaga ini mewakili sekitar 1,4 miliar umat Katolik yang telah dibaptis di seluruh dunia.

Vatican News melaporkan bahwa pada 5 Mei 2025, di dalam Kapel Paulus di Istana Apostolik, semua pejabat dan personel yang berpartisipasi dalam Konklaf yang akan datang dengan khidmat mengambil sumpah kerahasiaan. Persyaratan ini diamanatkan oleh konstitusi apostolik Universi Dominici Gregis, yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 22 Februari 1996.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut adalah paparan proses pemilihan berlangsung dan siapa saja yang menjadi kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus:

Ritual Pengambilan Sumpah Kerahasiaan

Sumpah ini yang diberikan oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell, Camerlengo dari Gereja Roma Suci diambil oleh sekelompok individu yang beragam, baik rohaniwan maupun awam, yang disetujui oleh Camerlengo dan tiga asisten kardinalnya. Ritual awal ini penting untuk memastikan bahwa semua personel pendukung secara ketat menjaga integritas Konklaf.

Sebelum mengambil sumpah, setiap peserta menerima instruksi mengenai pentingnya sumpah tersebut. Mereka kemudian secara individu membacakan dan menandatangani formula yang telah ditentukan di hadapan Kardinal Farrel, disaksikan oleh dua protonotaris apostolik.

Sumpah ini mensyaratkan komitmen yang sungguh-sungguh untuk menjaga kerahasiaan mutlak terkait semua aspek, langsung atau tidak langsung, dari proses pemungutan suara dan pengawasan yang terlibat dalam pemilihan Paus Tertinggi.

Kewajiban ini berlaku selamanya kecuali jika secara tegas dicabut oleh Paus yang baru terpilih atau penggantinya. Selain itu, sumpah ini menegaskan kembali larangan keras terhadap penggunaan alat perekam audio atau video selama Konklaf berlangsung, dan pelanggaran terhadapnya akan dikenakan ekskomunikasi latae sententiae yang menjadi hak Takhta Apostolik.

Proses dan Jadwal Pemilihan

Kolese Kardinal bertanggung jawab untuk memilih paus yang baru. Saat ini, terdapat 252 kardinal, tetapi hanya 135 yang berhak memilih karena mereka berusia di bawah 80 tahun, yang merupakan batas usia untuk berpartisipasi dalam pemilihan pavus, seperti dilansir Al Jazeera.

Para kardinal terpilih ini akan dikurung di dalam Kapel Sistina Vatikan untuk konklaf yang dimulai pada 7 Mei. Selama periode ini, mereka akan terputus dari semua komunikasi dengan dunia luar -- tidak ada telepon, internet, atau pengunjung yang diizinkan. Para kardinal tidak dapat keluar sampai paus baru terpilih, kecuali dalam keadaan luar biasa.

Pemilihan dilakukan melalui pemungutan suara secara rahasia, dan seorang kandidat harus mendapatkan dua pertiga suara mayoritas untuk dinyatakan sebagai paus. Para pengamat di luar Vatikan akan mengamati asap cerobong asap: asap hitam menandakan belum ada keputusan, sementara asap putih mengumumkan pemilihan paus baru.

Konklaf dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu; Paus Fransiskus terpilih hanya dalam waktu dua hari.

Para Kardinal Pemilih dan Keragamannya

Reformasi yang dilakukan Paus Fransiskus telah membentuk kembali Kolese Kardinal, dengan sekitar 80 persennya ditunjuk olehnya. Hal ini telah meningkatkan representasi dari Global South, termasuk negara-negara seperti Mongolia, Iran, dan Timor Leste untuk pertama kalinya. Para kardinal mencakup spektrum pandangan ideologis yang luas – dari sikap konservatif terhadap isu-isu seperti pernikahan sesama jenis dan perceraian hingga posisi yang lebih progresif. Keragaman ini membuat pemungutan suara yang akan datang menjadi tidak dapat diprediksi.

Kualitas yang Dicari pada Paus Berikutnya

Sebelum Konklaf, para kardinal akan berunding apakah akan memilih pemimpin yang melanjutkan pendekatan liberal dan pastoral Paus Fransiskus, seseorang yang lebih tradisional seperti Paus Benediktus XVI, atau sosok yang moderat.

Kemampuan diplomasi sangat dihargai, terutama mengingat konflik global saat ini dan pergeseran lanskap geopolitik. Gereja juga cenderung lebih memilih seorang paus yang tidak terlalu muda, untuk mengantisipasi masa jabatan kepausan yang lebih pendek.

Ideologi dan asal geografis akan mempengaruhi keputusan. Dengan populasi Katolik yang berkembang pesat di Asia dan Afrika, memilih seorang paus dari benua-benua ini mungkin akan lebih mencerminkan realitas demografis Gereja.

Karisma pribadi juga sangat penting, karena banyak kardinal yang tidak saling mengenal satu sama lain. Kandidat yang berhasil adalah orang yang dapat secara halus meyakinkan rekan-rekannya bahwa ia dapat secara efektif mewakili Gereja di seluruh dunia dan mengatasi tantangan-tantangan mendesak seperti sekularisasi, skandal-skandal baru-baru ini, dan menurunnya keanggotaan Gereja di Barat.

Secara keseluruhan, para kardinal tampaknya menginginkan sosok pemersatu yang mantap yang dapat membawa stabilitas pada pemerintahan pusat Gereja setelah kepemimpinan transformatif Paus Fransiskus.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |