Serba-serbi Polemik Band Sukatani dan Lagu Bayar Bayar Bayar

9 hours ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - Saat masyarakat Indonesia tengah disibukkan belakangan ini untuk menuntut hak-haknya kepada Pemerintah lewat aksi bertema Indonesia Gelap, pembungkaman terhadap karya seni justru kembali terjadi. Kali ini band punk asal Purbalingga bernama Sukatani mendapat pembredelan lewat lagunya yang berjudul Bayar Bayar Bayar hingga membuat video permintaan maaf untuk Polri dan menarik lagunya dari seluruh platform streaming. 

Pengumuman tersebut disampaikan oleh personel band Sukatani di akun media sosial @sukatani.band pada Kamis, 20 Februari 2025. Dalam unggahan itu, dua personil Sukatani, Muhammad Syifa Al Lufti (gitaris) dan Novi Citra Indriyati (vokalis) menyatakan permintaan maafnya kepada Kapolri dan institusi kepolisian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul Bayar Bayar Bayar, yang dalam liriknya (ada kata) bayar polisi yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial,” kata Lutfi.

Berikut serba-serbi kasus Sukatani yang viral karna lagu Bayar Bayar Bayar  mengkritisi Polisi. 

Update Kondisi di Status WA

Pada hari ini, Sukatani memberi kabar terbaru soal kondisinya dan membantah isu soal penangkapan mereka gara-gara lagi berjudul Bayar Bayar Bayar. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Syifa Al Lufti, lewat story atau cerita WhatsApp (WA)-nya. Tempo menerima tangkapan layar status tersebut.

"Gaes kami berdua aman, sedang dalam perjalanan menuju rumah menggunakan kereta, terimakasih.," tulis Syifa dalam status WA-nya. Hal senada diungkapkan oleh salah satu kru Sukatani, Farhan (bukan nama sebenarnya). Dia mengatakan, Syifa dan Novi Citra Indriyati alias Citra—vokalis Sukatani— dalam perjalanan pulang ke Purbalingga, Jawa Tengah. 

Farhan menuturkan, Syifa dan Citra mengabarkan keadaan mereka lewat story WA. Sebab, banyak berita yang mengabarkan bahwa mereka ditangkap. "Saya cuma bisa mastiin kemaren enggak ada penangkapan," ujar Farhan kepada Tempo, Jumat, 21 Februari 2025. 

Kapolri Bantah Institusinya Antikritik

Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo buka suara terkait adanya permintaan maaf dari band Sukatani kepada Polri terkait lirik dalam lagu berjudul Bayar Bayar Bayar yang membahas mengenai oknum polisi.

Jenderal bintang empat itu menegaskan bahwa kepolisian tidak antikritik dan menerima kritik sebagai masukan untuk evaluasi. “Dalam menerima kritik, tentunya kami harus legawa dan yang penting ada perbaikan, dan kalau mungkin ada yang tidak sesuai dengan hal-hal yang disampaikan, bisa diberikan penjelasan,” ucapnya ketika dihubungi awak media di Jakarta, Jumat, 21 Februari 2025 dikutip dari Antaranews

Orang nomor satu di kepolisian Indonesia itu juga menegaskan bahwa kritik merupakan pemantik bagi pihaknya untuk memperbaiki institusi agar menjadi lebih baik lagi. Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Polri Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko juga menyatakan bahwa Polri bukanlah organisasi Antikritik. "Komitmen dan konsistensi, Polri terus berupaya menjadi organisasi yang modern, yaitu Polri tidak antikritik," kata dia pada Kamis, 20 Februari 2025.

Dugaan Intimidasi

Dalam video permintaan maaf yang diunggah di Instagram @suktani.band, kedua personil tampil tanpa topeng, hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Sebagai informasi, kedua personil Sukatani memang memilih untuk jadi anonim di depan publik.

Selain itu, mereka berdua juga meminta agar pengguna yang telah menyebarkan video atau lagu mereka di media sosial untuk dapat menghapusnya, karena mereka telah menarik lagu tersebut dari seluruh platform streaming. Di akhir pernyataan tersebut, mereka menyebut jika permintaan maaf dan penarikan lagu itu tanpa paksaan dari siapa pun. 

Hal ini pun memicu rasa marah sebagian besar warganet yang memenuhi kolom komentar postingan tersebut, dan banyak yang menilai bahwa mereka telah dibungkam secara paksa dan diintimidasi untuk melakukan hal tersebut. 

Di sisi lain, Ketua PBHI Julius Ibrani mengatakan, pihaknya mendapat informasi bahwa Sukatani sempat menghilang. Mereka tidak dapat dihubungi manajemen dalam perjalanannya dari Bali menuju Banyuwangi pascatampil. "Diduga kuat ada anggota Polri yang mengintimidasi dan memaksa untuk meminta maaf atas lagu 'bayar polisi'," ujarnya dalam keterangan resmi pada Jumat, 21 Februari 2025.

PBHI, kata dia, menilai intimidasi terhadap karya seni Sukatani itu adalah pelanggaran HAM yang sistematis dan terstruktur, mengingat adanya unsur negara sebagai pelaku, yakni Polri. Julius menuturkan, hak kebebasan berekspresi utamanya seni, merupakan bagian dari kebudayaan yang menjadi tonggak kemajuan peradaban bangsa.

Oleh karenanya, intimidasi dan tindakan represif yang diduga dilakukan anggota Polri terhadap Sukatani jelas melanggar jaminan hak kebebasan ekspresi seni dalam undang-undang khususnya Pasal 28E ayat (2) dan (3) UUD 1945, Pasal 23 ayat (2) UU HAM hingga DUHAM, dan Pasal 19 International Civil and Political Rights. 

Banjir Dukungan

Kejadian yang menimpa Sukatani memicu kemarahan dari masyarakat terutama para musisi dan pegiat seni. Mereka pun hadir memberi dukungan dalam berbagai bentuk mulai dari komentar, postingan, pembelian lagu Bayar Bayar Bayar, usaha penyebaran lagu yang masif salah satunya pemutaran di kegiatan aksi demonstrasi, dan tentunya menaikkan tagar di X. 

Berdasarkan pantauan Tempo.co hingga Jumat sore, tagar #Kamibersamasukatani di X masih bertengger di posisi 1 tren Indonesia dengan total lebih dari 200 ribu cuitan. Namun tagar ini juga sempat bertukar posisi dengan #IndonesiaGelap di bawahnya yang kini memiliki lebih dari 450 ribu cuitan. 

Sementara di Instagram, postingan reels yang telah ditonton lebih dari 10 juta pengguna itu dibanjiri komentar dukungan yang terus bertambah. Sederet musisi yang hadir memberi dukungan ialah Rebellion Rose, Superman Is Dead, Fstvlst, Navicula, Superiots, The Jansen, Morfem, Seringai, Kelelawar Malam, Tantri (Kotak), Iksan Skuter, Voice of Baceprot (VoB), Bisma SMASH, dan Hindia. 

Selain para musisi, sejumlah tokoh seperti selebriti, influencer, penulis, komedian, hingga politikus juga turut memberi dukungannya, mereka termasuk: Bintang Emon, Lutesha, Kevin Julio, Okky Madasari, Aya Canina, J.S. Khairen, Tere Liye, Pandji Pragiwaksono, Soleh Solihun,  Dandhy Laksono, dan Ni Luh Djelantik. 

Kritik Tajam untuk Polisi 

Dalam video permintaan maafnya, personil Sukatani, Lutfi mengatakan lagu Bayar Bayar Bayar diciptakan sebagai kritik terhadap anggota kepolisian yang melanggar aturan. “Lagu itu saya ciptakan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan,” ujarnya.

Tempo
  memilih album perdana grup musik Sukatani berjudul Gelap Gempita sebagai karya terbaik 2023. Memuat delapan lagu bercorak musik punk, salah satunya tembang “Bayar Bayar Bayar” yang liriknya soal pungutan uang oleh oknum polisi. Adapun salah satu penggalan lirik pada lagu tersebut adalah ‘mau bikin SIM, bayar polisi, ketilang di jalan, bayar polisi’.

Nandito Putra, Amelia Rahima Sari,  Jihan Ristiyanti, dan Yudono Yanuar berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |