Setelah Tiga Tahun, Bagaimana Perkembangan Perang Rusia Ukraina?

3 hours ago 5

PADA 24 Februari 2022, Rusia menginvasi Ukraina dan memulai perang panjang dengan negara tetangganya itu. Tuntutan utama Rusia adalah mencegah Ukraina bergabung dengan NATO, sebuah aliansi militer antara 30 negara Eropa dan dua negara Amerika Utara untuk menjaga perdamaian dan keamanan di wilayah Atlantik Utara.

Ukraina adalah salah satu dari sedikit negara di Eropa Timur yang belum menjadi anggota aliansi ini. Kremlin secara umum memandang ekspansi NATO sebagai "kekhawatiran mendasar". Menurut William Pomeranz, seorang peneliti dan mantan direktur Kennan Institute di Wilson Center kepada U.S News, NATO kemungkinan besar tidak berniat mengundang Ukraina ke dalam organisasi tersebut menjelang invasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain kekhawatiran seputar NATO, invasi juga didasari keinginan Putin untuk merebut wilayah-wilayah yang dulu di bawah kekuasaan Uni Soviet. Rusia berekspansi dengan keyakinan memiliki klaim atas bekas Soviet.

"Kebijakan imperialis Federasi Rusia menuntut dari kami dan semua sekutu kegiatan yang kompleks serta penangkalan dan pertahanan yang kompleks," ungkap mantan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dalam konferensi pers pada 18 Februari 2022.

“Ukraina, khususnya, adalah ‘elemen penting’ dari ambisi ini,” kata Bradley Bowman, direktur senior Center on Military and Political Power di Foundation for Defense of Democracies, sebuah lembaga penelitian nonpartisan yang berfokus pada keamanan nasional dan kebijakan luar negeri. Ia menambahkan Putin memiliki sejarah menginvasi dan menduduki negara-negara yang mendekati keanggotaan NATO.

Tentara Rusia menyerbu bekas negara Soviet Georgia pada 2008 ketika negara itu sedang mengejar keanggotaan dalam aliansi tersebut. Mereka sempat menekan ibu kota Tbilisi sebelum menarik diri ke wilayah-wilayah separatis yang masih mereka duduki hingga saat ini. Aneksasi Krimea pada 2014 adalah contoh lain, kata Bowman. Pada 22 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia ingin dunia mengakui wilayah itu sebagai milik Rusia.

Namun, Kremlin gagal meraih kemenangan cepat, dan perang menjadi salah satu gesekan tanpa ada pihak yang membuat terobosan yang dramatis di medan perang. Setelah tiga tahun berlalu, bagaimana perkembangan perang disebut-sebut sebagai konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II?

Seluas Apa Wilayah Ukraina yang Telah Diklaim Rusia?

Al Jazeera melaporkan, pasukan Rusia menguasai 4.168 km persegi wilayah Ukraina pada 2024, menurut bukti geolokasi yang dikumpulkan oleh Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Washington, DC. Luasnya dua kali lebih besar dari negara Mauritius di Samudra Hindia dan lima kali lipat dari luas Kota New York.

Perolehan teritorial Rusia pada 2024 sebagian besar terdiri dari ladang dan permukiman kecil di Ukraina, selain dari wilayah yang diperolehnya kembali dari Ukraina di Kursk, demikian menurut ISW.

Selain itu, Rusia juga mendapatkan Avdiivka, Selydove, Vuhledar, dan Kurakhove, empat permukiman berukuran sedang, demikian yang dilaporkan ISW.

Berapa Banyak Tentara Rusia dan Ukraina yang Tewas?

Menurut situs web independen Rusia, Mediazona, setidaknya 31.481 tentara Rusia dipastikan tewas antara 1 Januari 2024 dan 17 Desember 2024.

Mediazona menggunakan penelitian open source untuk mengumpulkan nama-nama tentara Rusia yang terbunuh, memverifikasi informasi melalui berita kematian, unggahan dari kerabat, pernyataan dari pemerintah setempat, dan laporan publik lainnya.

Mediazona mengatakan bahwa angka-angka untuk 2024 adalah "kesimpulan awal". Situs tersebut menyebutkan bahwa: "Tahun 2024 tampaknya akan menjadi tahun paling mematikan dalam perang, meskipun belum dapat dibuktikan secara meyakinkan, karena data korban muncul dengan penundaan yang cukup lama."

"Sepertinya kematian di Rusia berada di kisaran 100.000 orang," kata Timothy Ash, seorang rekan di program Rusia dan Eurasia di Chatham House, sebuah lembaga think tank yang berbasis di London, kepada Al Jazeera.

Sementara itu, Ukraina kehilangan 45.100 tentara dalam pertempuran sejak Rusia memulai invasi. Angka ini diungkap Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Piers Morgan, yang diterbitkan 4 Februari, seperti dikutip Kyiv Independent.

Zelensky menambahkan bahwa ada sekitar 390.000 kasus tentara yang terluka di pertempuran. Dalam pernyataan sebelumnya mengenai jumlah total korban, Zelensky mengatakan bahwa sekitar setengah dari tentara yang terluka dalam aksi kemudian kembali ke medan perang.

Komentar dari Zelensky ini merupakan pengakuan yang langka dari seorang pejabat Ukraina tentang jumlah korban di garis depan.

Namun sulit untuk memverifikasi jumlah korban tewas dalam perang ini. Sebagian karena angka-angka tersebut memiliki nilai propaganda yang sangat besar bagi kedua belah pihak.

"Ada perang narasi dari kedua belah pihak. Keduanya menggunakan angka-angka untuk menunjukkan keberhasilannya di lapangan dan untuk melemahkan pihak lain. Narasi-narasi ini adalah bagian dari perang," kata Ignatov kepada Al Jazeera.

Bagaimana Kekuatan Persenjataan Rusia dan Ukraina?

Saat ini, Rusia masih berada dalam posisi yang lebih kuat daripada Ukraina di medan perang meskipun Kyiv secara serius mengurangi ruang gerak Armada Laut Hitam Rusia yang dulunya sangat tangguh, demikian ungkap para ahli di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London, Reuters melaporkan.

"(Dengan) gesekan yang menjadi faktor penting di darat, Rusia memiliki inisiatif dan Ukraina bertempur dalam pertempuran darat yang defensif," kata analis perang darat senior IISS, Ben Barry.

Jumlah tank dan kendaraan lapis baja yang dimiliki Rusia kurang dari 7.000 - berkurang 20 kali lipat dibandingkan dengan 140.000 yang dimiliki Uni Soviet pada 1990, demikian menurut The Insider, media independen yang berfokus pada Rusia.

Sejak Februari 2022, menurut SIPRI, Ukraina sangat bergantung pada bantuan militer asing untuk pertahanannya melawan Rusia. Namun, industri persenjataan domestiknya juga telah mampu meningkatkan produksi dan mengembangkan kemampuannya secara signifikan.

Pada 2023, produsen persenjataan terbesar di Ukraina, Joint-Stock Company Ukrainian Defense Industry (sebelumnya bernama UkrOboronProm), mencapai peningkatan pendapatan persenjataan sebesar 69 persen dari tahun ke tahun menjadi 2,2 miliar dolar AS.

Ketika Ukraina berusaha untuk dengan cepat memperkuat dan memodernisasi kemampuan militernya di tengah konflik, banyak produsen yang lebih kecil telah muncul, bersama dengan usaha patungan yang muncul dengan perusahaan asing, menciptakan sektor yang lebih hidup, beragam, dan inovatif.

Meski begitu, Ukraina tetap bergantung pada bantuan asing. Pengabaian oleh AS di bawah pemerintahan Donald Trump membuat Ukraina khawatir akan nasibnya ke depan.

"[Kami] akan memiliki kesempatan yang kecil – kesempatan yang kecil untuk bertahan tanpa dukungan dari Amerika Serikat," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam sebuah wawancara di program berita NBC, Meet the Press.

Ben Berry mengatakan tanpa gencatan senjata, kemungkinan besar kontur perang selama beberapa bulan ke depan akan tetap sama. “Pertempuran yang lebih berdarah di darat dengan korban yang sangat banyak di kedua belah pihak. Jika Rusia ingin memperpanjang perang, saya berasumsi Rusia memiliki sumber daya manusia, peralatan, dan logistik yang potensial untuk terus melakukannya selama sisa tahun ini," katanya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |