TEMPO.CO, Singapura - Festival dan bazar Ramadan Gemilang Kampong Gelam, Singapura, digelar selama 35 hari sejak 18 Februari hingga 25 Maret 2025. Pada acara serupa tahun sebelumnya, festival dan bazar ini telah menarik lebih dari 1,1 juta orang selama acara digelar. Pengelola festival menargetkan minimal mencapai angka yang sama pada helatan kali ini
“Pada 2024 target kami 700 ribu orang tapi ternyata tak kurang dari 1,1 juta pengunjung datang. Harapannya target kali ini juga minimal sama. Saya masih ingin mempertahankan minimal jumlah itu,” ujar Ketua One Kampong Gelam Zaki Ma’arof pada Jumat, 21 Februari 2025 kepada sejumlah media termasuk Tempo di Kampong Gelam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zaki menyebutkan, dari perkiraan angka 1,1 juta itu setidaknya 30 persennya adalah para wisatawan dari mancanegara.
“Termasuk dari Indonesia, banyak yang pada saat Ramadan berkunjung, ikut menikmati makanan dan minuman di bazar ini,” ujarnya.
120 Tenant Makanan dan Minuman
Untuk meraih angka sebanyak itu, pengelola acara Gemilang Kampong Gelam ini menghadirkan 120 tenant aneka makanan dan minuman tradisional dan yang sedang tren saat ini di Singapura. Zaki mengatakan tiga-empat bulan sebelum acara, mereka membuka kesempatan kepada para pedagang makanan dan minuman untuk ikut serta, menyewa lapak melalui event organizer.
Selain kedai makanan dan minuman, ada pula stan tenant busana. Mereka memenuhi beberapa ruas jalan di sekitar Masjid Sultan yakni di Jalan Muscat, Jalan Kandahar dan Jalan Baghdad.
Aneka makanan dan minuman di stan-stan ini dijual mulai 4 dolar-16 dolar Singapura (Rp 49.000 hingga Rp 195.000). Pengunjung bisa membeli minuman boba, es teh, es teh tarik, dan aneka jus. Ada pula makanan mulai dari kue pastel, otak-otak, nasi mandi, nasi ayam geprek, kebab, sate, burger, lemang, topoki, martabak, tacos, es krim, roti daging goreng dan masih banyak lagi.
Gemerlap Kampong Gelam
Keramaian pengunjung mulai terlihat sejak siang hingga beranjak sore dan malam hari. Ratusan mungkin ribuan orang memadati jalan-jalan di mana tenda-tenda berdiri. Sepanjang jalan dihiasi gemerlap lampu-lampu yang terpasang di antara tenda, mempercantik suasana malam.
Setidaknya hal ini terlihat ketika Tempo atas undangan One Kampong Gelam ke salah satu kawasan wisata budaya dan religi ini pada 19-22 Februari lalu. Tak kurang dari 120 pedagang makanan dan minuman menyewa lapak berupa tenda menyajikan makanan-makanan dan minuman tradisional hingga makanan-minuman kekinian yang sedang menjadi tren di Singapura. Beberapa pedagang ini telah ikut berpartisipasi dalam acara serupa pada festival dan bazar tahun lalu, seperti House of Lemang, Satay Ummi, Picahans dan Smashed Burger.
Pengelola juga menyediakan sebuah ruang tenda yang digelari karpet untuk tempat para pengunjung makan atau buka puasa. “Untuk kali ini kami gelar tempat makan lesehan,” ujar Zaki.
Lokakarya untuk Pengunjung
Hal yang menarik ketika Zaki menjawab pertanyaan mengapa bazar makanan dan minuman dimulai lebih dari sepekan sebelum Ramadan. “Kami ingin memberikan kesempatan untuk bisa menikmati makanan ini di siang hari sampai malam. Jika saat Ramadan baru bisa dinikmati saat berbuka,” ujarnya.
Sebelum waktu berbuka pengunjung bisa mengisi waktu dengan sejumlah lokakarya yang digelar panitia, seperti empat lokakarya khusus yang merayakan warisan masa lalu dan masa kini kawasan tersebut. Jika ingin mengikuti lokakarya, pengunjung bisa menyiapkan 20 dolar atau sekitar Rp 244 ribu. Lokakarya yang digelar mulai dari Kaligrafi Arab oleh Erwan Bar, lokakarya Seni oleh Hanisa M, Coffee Revive. Ada juga lokakarya untuk membatik dan melukis. Seni Sini juga akan menggelar serangkaian lokakarya gratis, termasuk instalasi seni komunal.
Para pengunjug juga bisa ikut serta dengan sejumlah permainan seperti Stamp Rally dan Mystery Treasure Hunt. Mereka menempatkan sejumlah kotak untuk Stamp Rally di mana pengunjung dapat mencetak kartu pos dengan mencap stempel pada tinta di beberapa titik rally. Demikian juga dengan Mystery Treasure Hunt berhadiah 8 ribuan dolar Singapura per minggunya.
Ada pula acara yang digelar seperti Kampong Charity Run 2025 yang bekerja sama dengan Drugfree SG, dan Kampong Tour di kawasan Kampong Glam ini. Rencananya, jelang akhir Ramadan, Kampong Gelam juga akan menggelar acara buka bersama tahunan di kawasan itu yang mendatangkan tak kurang dari 1.000 pengunjung atau peserta. Perayaan ini juga mendapat dukungan dari Singapore Tourism Board (STB) dan Urban Redevelopment Authority (URA).
Tradisi Buka Puasa di Masjid Sultan
Zaki juga menjelaskan tradisi berbuka puasa di sekitar Masjid Sultan ini sudah berlangsung turun temurun. Keberadaan Masjid Sultan, masjid terbesar di Singapura ini memberi pengaruh kepada masyarakat sekitar dan para muslim di Singapura. Masjid tertua di Singapura dan bersejarah ini, kata dia, biasanya juga menjadi tempat berkumpulnya para calon jamaah haji.
Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hussain Shah dari Kesultanan Johor pada 1824, sultan pertama di Singapura. Sir Stamford Raffles, pendiri Singapura, memberikan $3.000 untuk konstruksi gedung satu lantai dengan atap dua lapis.