Sosok CEO NVIDIA Jensen Huang dan Perjalanan Sebuah Raksasa Chip

4 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah ketatnya pembatasan ekspor dari Washington, perusahaan chip asal Amerika Serikat, NVIDIA, berencana membangun pusat penelitian dan pengembangan (R&D) di Shanghai, dilansir dari laporan Financial Times pada Jumat, 16 Mei 2025.

Beberapa tahun terakhir, aturan ekspor dari AS telah melarang Nvidia yang berbasis di California menjual chip AI tertentu ke Cina. Dilansir dari Channel News Asia pada Jumat, 16 Mei 2025, chip ini dikenal sebagai yang paling canggih di dunia. Kebijakan ini membuat Nvidia menghadapi persaingan yang lebih sengit dari perusahaan lokal seperti Huawei. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, pembahasan rencana pembangunan pusat R&D di Shanghai ini telah dilakukan oleh CEO Nvidia, Jensen Huang dengan wali kota setempat saat kunjungannya bulan lalu, menurut laporan FT. Adapun, lokasi ini akan meneliti kebutuhan khusus pelanggan Tiongkok dan persyaratan teknis kompleks untuk mematuhi pembatasan dari Washington.

Selain itu, merujuk laporan kantor berita Xinhua, saat berkunjung ke Beijing pada April lalu, Huang bertemu dengan Wakil Perdana Menteri He Lifeng, dan menyampaikan bahwa dirinya melihat potensi besar dalam ekonomi Tiongkok. Huang juga menyatakan kesediaannya untuk terus mengembangkan pasar Tiongkok dan berperan positif dalam mendorong kerja sama perdagangan AS-Tiongkok.

Profil Jensen Huang

Dilansir dari forbes.com, Jensen Huang  menduduki opisis ke-11 orang terkaya di dunia. Kekayaan ini sebagian besar diperoleh dari perannya yang krusial sebagai pendiri sekaligus pemimpin Nvidia, perusahaan chip grafis yang didirikannya pada 1993. Di bawah kepemimpinannya, Nvidia telah berkembang pesat. Dari yang awalnya hanya mendominasi pasar GPU hingga kini menjadi salah satu pionir dalam teknologi kecerdasan buatan (AI). 

Di bawah kepemimpinan Huang, NVIDIA menjadi perusahaan dengan nilai pasar yang melampaui 3 triliun dolar AS pada 2024, serta dalam beberapa tahun terakhir, Nvidia tidak hanya terkenal dalam bidang gaming tetapi juga dalam industri kesehatan, otomotif, dan pusat data melalui inovasi GPU mereka yang digunakan untuk pengembangan kecerdasan buatan.

Huang sendiri lahir di Taiwan dengan masa kecil yang penuh tantangan. Saat masih muda, keluarganya memutuskan untuk mengirimnya bersama sang kakak ke Amerika Serikat karena meningkatnya ketidakstabilan politik di Asia. 

Namun, setibanya di Amerika, Huang menghadapi kesulitan lain ketika ia ditempatkan di sebuah sekolah asrama di pedesaan Kentucky yang secara keliru dianggap sebagai sekolah persiapan oleh bibi dan pamannya. Di sekolah asrama tersebut, Huang diberikan tugas membersihkan kamar mandi setiap hari setelah kelas selesai, sementara kakaknya bekerja di sebuah ladang tembakau.

Huang bahkan sempat bekerja sebagai pelayan di Denny's, yang pada akhirnya membantu Huang mengatasi sifat pemalunya. Karena tekadnya, Huang berhasil melanjutkan pendidikan di Oregon State University dan kemudian menyelesaikan gelar master di Stanford University, dua institusi yang nantinya akan menerima donasi besar dari Huang. 

Adapun, komitmennya terhadap pendidikan terlihat nyata ketika ia menyumbangkan 30 juta dolar AS untuk mendirikan pusat teknik di Stanford dan donasi sebesar 50 juta dolar AS pada 2022 untuk membangun pusat riset atas namanya di Oregon State University. 

Donasi ini tidak hanya mencerminkan kecintaan dan komitmen Huang terhadap pendidikan, tetapi juga menjadi bukti dedikasinya untuk mendorong penelitian dan inovasi di bidang teknologi, sesuatu yang selalu ia anggap penting sepanjang kariernya.

Michelle Gabriela turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Alasan NVIDIA Berencana Bangun Pusat Riset di Shanghai

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |