Tanpa Nutrisi Tepat, Pemulihan Strok Bisa Lambat

2 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan strok tidak hanya mengancam nyawa, tetapi juga meninggalkan dampak signifikan pada fungsi kognitif dan motorik. Proses pemulihan yang menyeluruh, terutama perhatian pada nutrisi otak, menjadi kunci utama dalam upaya pengembalian kualitas hidup pasien.

“Dalam tahap pemulihan, nutrisi berperan sebagai bahan dasar perbaikan sel otak yang rusak. Kalau otak diibaratkan rumah yang rusak diterpa badai, maka nutrisi adalah bahan bangunan untuk memperbaikinya. Tanpa nutrisi yang tepat, proses pemulihan akan lambat,” kata dokter spesialis neurologi lulusan Universitas Indonesia dr Zicky Yombana, Sp.N, AIFO-K, DAIFIDN, baru-baru ini.

Zicky mengatakan penerapan gaya hidup sehat memengaruhi proses pengelolaan strok, termasuk pola makan. Selain faktor genetik, dr Zicky menyoroti gaya hidup dan pola makan tinggi garam, lemak, serta kurang aktivitas fisik, turut memperbesar risiko strok.

Ia mengatakan kebiasaan merokok dan konsumsi makanan berlebihan berkontribusi terhadap sindrom metabolik yang meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah. Strok merupakan kondisi darurat medis yang terjadi akibat terganggunya aliran darah ke otak, menyebabkan kematian sel otak dalam hitungan menit. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, strok menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan salah satu penyebab utama kecacatan jangka panjang.

Strok menimbulkan gangguan neurologis mendadak bahkan kelumpuhan. Maka penting untuk mengenali tanda-tanda awal strok dengan metode SEGERA ke RS, yang berarti Senyum tidak simetris, Gerakan menurun, Bicara pelo, Rabun mendadak, Sakit kepala hebat, dan segera ke rumah sakit.

Zicky juga mengatakan strok sering dianggap sebagai penyakit orang tua, tetapi kini strok banyak menyerang usia produktif karena pola hidup yang tidak sehat. Maka, kesadaran pola hidup sehat menjadi langkah preventif paling efektif untuk menekan jumlah kasus stroke.

“Strok adalah kondisi darurat medis. Masyarakat harus segera membawa pasien ke rumah sakit, bukan memijat atau mengobati sendiri di rumah,” kata dia.

Menurut World Stroke Organization (WHO), setiap tahunnya terdapat lebih dari 12 juta orang di dunia yang terkena stroke. Lebih dari 16 persen di antaranya justru berusia muda yaitu usia 15-49 tahun.

Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi strok mencapai 8,3 per 1.000 penduduk dan menjadi penyebab kematian tertinggi sebesar 18,5 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa strok tidak hanya menyerang kelompok lanjut usia (lansia), tetapi juga usia produktif.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |