TARIF impor AS yang baru sebesar 25persen untuk barang-barang dari Meksiko dan Kanada mulai berlaku pada Selasa, 4 Maret 2025, bersama dengan bea masuk baru 10 persen untuk barang-barang Cina. Pemberlakuan tarif impor baru ini termasuk yang dibanggakan Presiden AS Donald Trump saat untuk pertama kalinya berpidato di hadapan Kongres sejak pelantikannya.
Trump menegaskan kembali niatnya untuk memberlakukan tarif balasan tambahan pada 2 April, sebuah langkah yang kemungkinan besar akan semakin mengguncang pasar keuangan. "Negara-negara lain telah menggunakan tarif terhadap kita selama beberapa dekade, dan sekarang giliran kita untuk mulai menggunakannya terhadap negara-negara lain," katanya, seperti dikutip Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi pernyataannya ini, banyak anggota Partai Republik yang tetap duduk, sebuah sinyal bagaimana tarif Trump telah memecah belah partainya. Tarif Trump memperdalam kekhawatiran investor tentang ekonomi. Nasdaq Composite turun lebih dari 9 persen dari rekor penutupan tertingginya pada 16 Desember.
Trump, yang sering mendapat pujian atas kenaikan pasar, tidak menyinggung penurunan minggu ini. Dia juga hampir tidak menyinggung masalah biaya yang sangat tinggi, menyalahkan Biden atas harga telur dan mengatakan bahwa dia akan menurunkan inflasi melalui peningkatan produksi energi.
Pemberlakuan tarif ini dikhawatirkan memicu perang dagang yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan harga bagi warga AS yang masih terpukul oleh inflasi tinggi selama bertahun-tahun.
Berikut ini adalah bagaimana pergeseran kebijakan tersebut akan berdampak pada warga Amerika.
Gejolak Pasar Jangka Pendek
Kejatuhan saham berlanjut pada Selasa pagi, dengan Dow Jones Industrial Average dari perusahaan-perusahaan besar AS turun lebih dari 685 poin pada hari itu, turun 1,6 persen Indeks S&P 500 ditutup dengan penurunan 1,3 persen, dan Nasdaq Composite yang banyak sahamnya berbasis teknologi mengakhiri hari dengan penurunan 0,4 persen.
Bank investasi Goldman Sachs memperkirakan bahwa tarif 25 persen untuk Kanada dan Meksiko, bersama dengan tarif tambahan untuk Cina, akan mengurangi perkiraan laba per saham untuk S&P antara 2 persen dan 3 persen.
Harga-harga Bisa Menjadi Lebih Mahal
Banyak pelaku bisnis dan analis pasar telah memperingatkan bahwa pajak impor Trump dapat menyebabkan kenaikan harga konsumen. Menurut Asosiasi Distributor Grosir Nasional, gangguan yang disebabkan oleh tarif berisiko memperburuk inflasi, meningkatkan harga barang-barang kebutuhan pokok, dan menempatkan tekanan finansial pada bisnis dan konsumen.
Tarif tidak secara langsung diterjemahkan ke dalam kenaikan harga, dan perusahaan dapat meresponsnya dengan berbagai cara, termasuk hanya menanggung kenaikan biaya; tarif Trump pada 2018 tidak menyebabkan lonjakan inflasi yang besar seperti halnya pandemi virus corona pada 2020.
Namun, gangguan yang diakibatkan oleh perubahan rantai pasokan perusahaan-perusahaan pada jalur produksi Amerika Utara yang sangat terintegrasi dapat menyebabkan harga konsumen yang lebih tinggi. Salah satu perkiraan dari Anderson Economic Group menemukan bahwa biaya per kendaraan untuk mobil tertentu yang diproduksi di Amerika Utara dapat meningkat sebesar $12.000 pada tingkat tertinggi.
CEO Target Brian Cornell mengatakan kepada CNBC bahwa raksasa ritel ini akan menaikkan harga "selama beberapa hari ke depan" untuk beberapa produk bahan makanan musiman seperti alpukat dari Meksiko.
Peritel elektronik Best Buy juga memperingatkan potensi kenaikan harga. CEO perusahaan, Corie Barry, mengatakan kepada para analis dalam sebuah panggilan telepon bahwa Cina tetap menjadi sumber utama produk yang dijual oleh perusahaan, dengan Meksiko di tempat kedua.
Tarif 20 persen untuk impor Cina akan berlaku untuk beberapa kategori elektronik utama yang tidak tersentuh oleh bea masuk sebelumnya, termasuk ponsel pintar, laptop, konsol video game, jam tangan pintar dan speaker, serta perangkat Bluetooth.
Pajak Impor Bisa Menghambat Kinerja Ekonomi AS
Tarif akan dirasakan lebih parah oleh warga Amerika yang berada di ujung bawah spektrum pendapatan, menurut analis pasar. Kepala ekonom Nationwide Mutual Kathy Bostjancic memperkirakan tarif tersebut dapat menyebabkan kenaikan hampir US$1.000 (sekitar Rp16 juta) per rumah tangga per tahun untuk belanja barang-barang. "Penguatan dolar membantu mengurangi sebagian dampak inflasi, yang jika tidak, akan lebih besar," katanya, dikutip Reuters.
Meskipun ekonomi telah berkinerja baik dalam beberapa kuartal terakhir, perlambatan mungkin akan terjadi karena konsumen telah mengurangi pengeluaran mereka di tengah kekhawatiran akan peningkatan inflasi. The Fed Atlanta memprediksi kontraksi dalam ekonomi AS untuk kuartal pertama tahun ini.
Namun, Serikat buruh Teamsters yang berpengaruh mengatakan bahwa tarif bisa menjadi hal yang menguntungkan bagi perekonomian jika mereka membantu meningkatkan industri dalam negeri. "Kami mendukung solusi apa pun yang membawa pekerjaan kembali ke Amerika," kata juru bicara kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan kepada The Hill.
Tarif Balasan Dapat Mengganggu Ekspor AS
Kanada dan Cina dengan cepat merespons dengan tarif mereka sendiri atas ekspor AS. Meksiko berjanji untuk melakukan hal yang sama dalam beberapa hari mendatang. Tarif-tarif tersebut jelas merugikan produsen Amerika. Cina, misalnya, memberlakukan tarif pembalasan terhadap produk-produk termasuk jagung, kapas, kedelai, dan daging babi, NPR melaporkan.
Hal ini membuat Bob Hemesath, yang bertani jagung dan beternak babi di Decorah, Iowa, khawatir. Ia takut akan dampak yang mungkin terjadi pada masyarakat pedesaan di seluruh negeri. "Ada banyak pekerjaan yang terkait dengan pertanian dan perdagangan hasil pertanian," katanya. "Begitu Anda kehilangan pasar ekspor tersebut, akan sangat sulit untuk mendapatkannya kembali."