TEMPO.CO, Jakarta - International Media Support (IMS) melatih puluhan jurnalis dari seantero Asia Tenggara untuk menerapkan jurnalisme konstruktif atau constructive journalism dalam peliputan isu iklim dan lingkungan. Dalam pelatihan pelatih atau training of trainers (ToT) di Pulau Boracay, Filipina, pada 22-26 Februari 2025 tersebut, Tempo sempat membagikan pengalaman soal penerapan jurnalisme konstruktif selama delapan bulan terakhir.
Melalui rangkaian pelatihan alias bootcamp, IMS berupaya meningkatkan kapasitas para jurnalis dalam membuat konten dan melawan misinformasi, terutama yang menyangkut perubahan iklim. Selain dilatih soal konsep konstruktif dalam peliputan dan penulisan, para peserta juga dibekali materi antisipasi risiko ancaman dan keselamatan, penerapan teknologi AI dalam bekerja, serta simulasi newsroom. IMS menargetkan hasil bootcamp bisa diadopsi oleh newsroom para peserta ToT yang berasal dari Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Kamboja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelatihan serupa sempat dibesut IMS di Bogor, Indonesia, pada 2023. Beberapa peserta dari bootcamp tersebut kembali hadir di Boracay. Sebelum pelatihan tatap muka, para jurnalis Asia Tenggara sempat mengikuti kelas pembuka melalui zoom pada 19 Februari lalu. Wakil Pemimpin Redaksi Tempo Bagja Hidayat dan jurnalis desk lingkungan Tempo Yohanes Paskalis turut serta dalam ToT ini. Ada juga perwakilan dari beberapa media di Indonesia, seperti Narasi, Suara.com, dan CNN Indonesia.
Henrik Grunnet, penasihat senior IMS dari Denmark yang menjadi pengajar jurnalisme konstruktif, juga pernah melatih 21 jurnalis senior Tempo pada akhir April 2024. Di Indonesia, Tempo menjadi media pertama yang menerapkan konsep jurnalistik dengan solusi aplikatif tersebut. Konsep baru ini diterapkan seiring program Single Brand, penyatuan tiga produk utama Tempo menjadi sebuah platform tunggal.
Berbeda dengan pelatihan di Indonesia, kali ini Hendrik melatih peserta ToT bersama Ralf Andersson, konsultan senior IMS wilayah Asia dan Timur Tengah. Pelatihan di Boracay disokong juga oleh Fyt Meda, Uni Eropa, Kementerian Luar Negeri Denmark, serta Norwegia di bawah prakarsa ‘Demokrasi Digital’.
Jurnalisme Konstruktif di Tempo
Di tengah maraknya bias negatif mengenai pemberitaan, Tempo ikut menerapkan jurnalisme konstruktif yang berfokus pada pengungkapan dan penyelesaian masalah. Penulisan konstruktif memakai tiga pilar utama, yaitu pencarian solusi, penguatan sudut pandang atau yang disebut nuance, serta percakapan demokratis.
Dalam bootcamp IMS di Filipina, Wakil Pemimpin Redaksi Tempo Bagja Hidayat menyebut jurnalisme konstruktif sebagai wajah baru Tempo setelah Single Brand. Berita investigasi yang selama ini menjadi citra Tempo, kini diperkuat dengan peliputan yang lebih bersifat konstruktif.
“Konsepnya investigasi dulu, berikan solusi kemudian,” katanya dalam salah satu sesi pelatihan tersebut, Ahad, 23 Februari 2025
Wakil Pemimpin Redaksi Tempo Bagja Hidayat berbagi cerita soal penerapan jurnalisme konstruktif kepada peserta Bootcamp IMS di Hotel Belmont, Pulau Boracay, Fiipina pada Ahad, 23 Februari 2025. (Yohanes Paskalis/TEMPO)
Setelah mendapat reaksi positif dari pembaca yang disurvei, redaksi Tempo mulai mengembangkan prosedur standar (SOP) penerapan jurnalisme konstruktif. Sejak pertengahan 2024 hingga saat ini, Tempo menggarap 51 artikel jurnalisme konstruktif mengenai 12 topik besar. Produk jurnalisme konstruktif tersebut dibaca oleh 1,5 juta pembaca, belum termasuk 1,1 juta penonton program-program visual Tempo yang mengangkat topik serupa.
Bagja mengatakan hasil penerapan jurnalisme konstruktif itu juga mendatangkan 400 langganan berbayar baru bagi Tempo. Padahal, sebagian besar artikel konstruktif disediakan secara gratis atau open access. Gaya jurnalistik konstruksi dianggap bisa mengubah pandangan media terhadap sebuah topik, dari yang berbasis click-bait dan sensasi menjadi diskusi yang berbuah solusi.
“Jurnalisme konstruktif bukan hanya tentang perangkat jurnalistik, tapi juga soal pola pikir,” tutur Bagja.