Tips Mengindari Penipuan Online saat Memesan Hotel

3 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Penipuan online semakin marak di era serba digital saat ini. Bisa menyerang siapa saja termasuk wisatawan yang sedang berlibur. Seperti yang dialami seorang wanita di India, yang tertipu karena memesan penginapan di hotel melalui listingan Google yang palsu.

Seperti dilansir dari Times of India, baru-baru ini, content creator Shreya Mitra, berbagi pengalaman menjadi korban penipuan online saat memesan hotel di Puri untuk Festival Holi. Saat mencari Mayfair Heritage Puri di Goole, dan langsung mengklik hasil pertama yang muncul. Karena percaya hasil pertama itu, dia melanjutkan proses pemesanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah menemukan informasi kontak hotel tersebut, Shreya, menghubungi perwakilan hotel tersebut dan berbicara dengan mereka tentang masa tinggalnya. Perwakilan hotel pun mengirim foto dan informasinya melalui email. Masih percaya bahwa hotel itu benar ada, dia mengkonfirmasi reservasi dan mentrasfer sejumah INR 93.600 atau sekitar Rp 17,6 juta.

Shreya mendapatkan faktur dari reservasi penginapan tersebut. Tapi ketika dia meminta konfirmasi email, dia diberitahu bahwa sistemnya sedang tidak aktif. Keesokan paginya, dia menerima telepon lagi dari penipu, yang memerintahkan dia untuk membuka aplikasi Google Pay, klik 'Bayar', dan masukkan ID pemesanan yang diberikan untuk menerima konfirmasi.

Karena merasa janggal, dia tidak mematuhinya dan kembali meminta email resmi. Namun penipu itu menutup teleponnya dan tidak pernah memberikan konfirmasi lewat email. Shreya baru menyadari tertipu dan mencari rincan kontak resmi dari Mayfair Heritage Puri. Setelah dihubungi, dia diberitahu bahwa lisitingan dari Google itu palsu.

Tips menghindari penipuan pemesanan online

Lantasi bagaimana menghindari penipuan pemesanan online? Steve Grobman, wakil presiden senior dan kepala bagian teknologi McAfee, mengatakan para pelancong harus waspada saat mencari penginapan atau persewaan liburan. Jika wisatawan melihat listingan melalui pihak ketiga, mereka perlu membaca ulasan-ulasannya. Kalau tidak melalui situs perjalanan terkenal, seperti Airbnb, mereka harus memperhatikan metode pembayaran yang diterima. Grobman memperingatkan untuk tidak pernah membayar melalui wite transfer, mata uang kripto, atau kartu hadiah.

Jika penawarannya terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kata Grobman, mungkin memang demikian. Situs penipuan terlihat “hampir identik” dengan situs sah, sehingga sangat sulit untuk membedakannya.  Mereka yang menjalankan situs palsu bahkan mungkin menambahkan peringkat palsu, dan memvariasikannya agar terlihat lebih nyata. “Mereka akan melakukan hal seperti itu untuk menambah kredibilitas, karena orang sudah terbiasa mencari hal-hal seperti rating atau mencari tanda-tanda tertentu yang kita lihat di situs sah,” kata Grobman, seperti dilansir dari USA Today.

Grobman menyarankan untuk mencoba memvalidasi keberadaan situs tersebut, seperti memeriksa apakah situs tersebut telah direferensikan di media yang sah. Situs pemesanan palsu juga dapat menggunakan beberapa teknik yang sama seperti bisnis biasa, seperti membeli kata kunci di Google dan melacak pengguna yang mungkin mencari situs tersebut.  

Sebaiknya selalu pesan melalui situs resmi hotel atau platform perjalanan terkenal. Periksa kembali detail kontak dari dari berbagai sumber, termasuk halaman media sosial resmi hotel. Hindari pembayaran di muka ke sumber yang tidak diketahui. Selain itu, minta konfirmasi tertulis secara resmi setelah pemesanan. Jika selama proses pemesanan tampak mencurigakan atau melibatkan metode pembayaran yang tidak konvensional, segera hentikan pemesanan. Plih kartu kredit atau layanan pembayaran online tepercaya yang menawarkan perlindungan penipuan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |