Trump Serang Houthi, Sedikitnya 24 Warga Yaman Tewas

3 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 24 orang tewas ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump meluncurkan serangan militer besar-besaran terhadap Houthi Yaman pada Sabtu. Seperti dilansir Reuters, ini sebagai balasan atas serangan kelompok itu terhadap pelayaran di Laut Merah. Trump, memperingatkan "neraka akan menghujani" mereka jika tidak berhenti.

Trump juga memperingatkan Iran, pendukung utama Houthi, bahwa mereka harus segera menghentikan dukungan untuk kelompok itu. Dia mengatakan jika Iran mengancam Amerika Serikat, "Amerika akan meminta pertanggungjawaban Anda sepenuhnya dan, kami tidak akan bersikap baik tentang hal itu!"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Serangan yang sedang berlangsung - yang menurut seorang pejabat akan berlangsung berhari-hari dan mungkin berminggu-minggu - merupakan operasi militer AS terbesar di Timur Tengah sejak Trump menjabat pada Januari.

Sedikitnya 13 warga sipil tewas dan sembilan terluka dalam serangan AS di ibu kota Yaman, Sanaa, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Houthi.

Enam lainnya, termasuk empat anak-anak dan satu wanita, tewas dan 11 terluka dalam serangan AS di provinsi utara Saada, TV Al-Masirah yang dikelola Houthi melaporkan.

Biro politik Houthi menggambarkan serangan itu sebagai "kejahatan perang."

"Angkatan bersenjata Yaman kami sepenuhnya siap untuk menanggapi eskalasi dengan eskalasi," katanya dalam sebuah pernyataan.

Penduduk di Sanaa mengatakan serangan itu menghantam sebuah bangunan di kubu Houthi.

"Ledakan itu dahsyat dan mengguncang lingkungan seperti gempa bumi. Mereka menakut-nakuti wanita dan anak-anak kami," kata salah satu warga, yang menyebutkan namanya sebagai Abdullah Yahia, kepada Reuters.

Houthi, sebuah gerakan bersenjata yang menguasai sebagian besar Yaman selama dekade terakhir, telah meluncurkan lebih dari 100 serangan yang menargetkan pelayaran di Laut Merah sejak November 2023. Serangan ini mengganggu perdagangan global dan membuat militer AS melakukan kampanye mahal untuk mencegat rudal dan drone yang membakar stok pertahanan udara AS.

Houthi mengatakan serangan itu merupakan solidaritas terhadap warga Palestina atas yang dibantai dalam genosida Israel di Gaza. Mereka terutama membidik kapal-kapal Israel yang akan keluar atau berlabuh. Kapal-kapal negara lain yang diduga membawa senjata atau pasokan apa pun untuk Israel juga menjadi target.

Sekutu Iran lainnya, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, telah sangat dilemahkan oleh Israel sejak dimulainya genosida Gaza. Bashar al-Assad dari Suriah, yang bersekutu erat dengan Teheran, digulingkan oleh pemberontak pada Desember.

Namun, Houthi Yaman tetap tangguh dan sering menyerang, menenggelamkan dua kapal, merebut satu lagi dan menewaskan setidaknya empat pelaut dalam serangan yang mengganggu pelayaran global. Hal ini memaksa perusahaan pelayaran untuk mengalihkan rute ke perjalanan yang lebih panjang dan lebih mahal di sekitar Afrika selatan.

Pemerintahan mantan Presiden Joe Biden telah berusaha untuk menurunkan kemampuan Houthi untuk menyerang kapal di lepas pantainya tetapi membatasi tindakan AS. Pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Trump telah mengizinkan pendekatan yang lebih agresif.

SERANGAN DI SELURUH YAMAN

Serangan pada Sabtu dilakukan sebagian oleh pesawat tempur dari kapal induk Harry S. Truman, yang berada di Laut Merah, kata para pejabat.

Komando Pusat militer AS, yang mengawasi pasukan di Timur Tengah, menggambarkan serangan Sabtu sebagai awal dari operasi skala besar di seluruh Yaman.

"Serangan Houthi terhadap kapal dan pesawat Amerika (dan pasukan kami!) tidak akan ditoleransi; dan Iran, pendukung mereka, sedang diberitahukan," tulis Menteri Pertahanan Pete Hegseth di X. "Kebebasan Navigasi akan dipulihkan."

Trump mengulurkan prospek aksi militer yang jauh lebih menghancurkan terhadap Yaman.

"Serangan Houthi terhadap kapal-kapal Amerika tidak akan ditoleransi. Kami akan menggunakan kekuatan mematikan yang luar biasa sampai kami mencapai tujuan kami," tulis Trump.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |