Unud Bantah Timothy Tewas karena Tekanan Skripsi

3 hours ago 7

Bali, CNN Indonesia --

Universitas Udayana (Unud) Bali membantah isu kematian mahasiswa Timothy Anugerah Saputra (21) karena tekanan penyusunan skripsi.

"Kami ingin mengklarifikasi isu lain, di mana ada percakapan di sosial media atau komentar-komentar yang menyatakan bahwa almarhum meninggal karena tekanan dalam penyusunan skripsi," kata Ketua Unit Komunikasi Publik Universitas Udayana, Dewi Pascarani, saat konferensi pers di Gedung Pascasarjana Kampus Sudirman Unud, di Denpasar, Bali, Senin (20/10) sore.

Ia mengaku telah mengklarifikasi langsung kepada dosen pembimbing skripsi Timothy dan selama ini pembimbingan skripsi berjalan dengan baik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahwa kami telah melakukan klarifikasi langsung kepada dosen pembimbing skripsi almarhum. Berdasarkan keterangan yang kami terima, proses pembimbingan skripsi secara formal baru berjalan sekitar 20 hari. Dan telah dilakukan pembimbingan sebanyak dua kali," ujarnya.

"Proses pembimbingan berjalan dengan baik, sangat komunikatif dan dosen pembimbing selalu mengakomodir topik yang diajukan almarhum," lanjutnya.

Berdasarkan keterangan dosen pembimbing yang sudah diperiksa, kata Dewi, tidak ada catatan ataupun keluhan Timothy selama proses pembimbingan kepada pembimbing skripsinya.

"Jadi sekali lagi kami mohon rekan-rekan memberikan ruang dan waktu untuk menunggu hasil kerja dari tim Satgas PPKPT," ujarnya.

Dewi juga memastikan CCTV di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Kampus Sudirman, saat peristiwa meninggalnya Timothy masih berfungsi dengan baik.

"CCTV kami bisa berfungsi dengan baik. Namun ada blind spot yang tidak bisa menangkap kejadian secara utuh. Bahwa almarhum tertangkap kamera CCTV, berjalan di lorong, itu ada. Tapi setelah itu tidak tertangkap lagi CCTV, dan ini sudah dilakukan pengecekan juga dengan pihak kepolisian. Kami tadi baru saja juga sudah membuka rekaman CCTV-nya. Jadi tidak ada yang merusak," jelasnya.

Ia juga mengatakan pihak Unud belum bisa memastikan dugaan korban melompat dari lantai berapa lantaran tidak adanya saksi yang melihat kejadian tersebut.

"Kami tidak bisa mengonfirmasi, apakah itu lompat dari lantai dua atau empat, karena tidak ada bukti, tidak ada saksi yang melihat itu dari lantai berapa persisnya. Jadi di awal kami menemukan satu saksi yang melihat dari luar gedung, itu sudah almarhum posisinya sudah di lantai dua mau turun ke bawah," ujarnya.

"Tapi pastinya dari lantai berapa, itu kami tidak bisa pastikan. Tapi sandal dan tasnya di lantai satu. Kami belum bisa juga mengonfirmasi hal itu," ungkapnya.

Dewi menyebut pihaknya masih menunggu hasil dari penyelidikan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dan Perundungan (PPKPT) yang dibentuk Unud Bali dan juga dari pihak kepolisian yang menangani.

"Tapi memang saat ini kami sedang melakukan pendalaman, tentu saja pasti akan ada hal-hal yang informasi-informasi tambahan yang nanti disampaikan oleh universitas. Makanya sekali lagi, kami mohon menahan diri, kita bersama-sama menahan diri untuk memberikan dugaan-dugaan, spekulasi-spekulasi yang bisa mengaburkan kejelasan informasi mengenai kejadian ini," ujarnya.

"Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian, tadi baru sudah ada juga pihak kepolisian yang datang ke kampus untuk masalah penyelidikan, tentu saja kami akan mendukung dan akan memberikan akses seluas-luasnya kepada kepolisian untuk melanjutkan investigasi," ujarnya.

Sebelumnya, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan, terkait tewasnya mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Timothy Anugerah Saputra (21).

Kapolsek Denpasar Barat Kompol Laksmi Trisnadewi mengatakan telah bertemu dengan orang tua korban dan menyejelaskan rangkaian proses penyelidikan terkait kematian Timothy.

"Jadi kami sudah jelaskan juga, korban itu jatuh dari lantai empat. Kemudian, apakah benar tidak ada CCTV yang merekam kejadian tersebut?. Itu pertanyaan dari ayah korban. Kami jelaskan juga kalau CCTV di lobi pada saat korban itu datang, kemudian pada saat korban terjatuh, itu ada," ujarnya.

"Jadi, terekam oleh CCTV pada saat korban masuk ke gedung, itu di lobi depan. Di CCTV yang sama juga merekam pada saat korban terjatuh. Namun memang di lantai empat itu ada CCTV tetapi CCTV-nya rusak. Kami sudah koordinasi dengan pihak kampus juga, rusaknya CCTV di lantai empat itu diperkirakan dari sekitaran tahun 2023," lanjutnya.

Ia juga menyampaikan, apakah benar tidak ada saksi yang melihat, pihaknya telah menyampaikan saksi ada yang melihat pada saat korban itu keluar dari lift di lantai empat itu ada.

"Keluar dari lift, datang di lantai empat itu, kemudian berjalan. Dan kemudian korban duduk di lokasi di mana terakhir ditemukan ada tas dan sepatu milik korban. Jadi, ada tiga orang saksi yang melihat itu karena tidak saling kenal, jadi dibiarkan saja atau tidak terlalu menghiraukan kegiatan dari korban pada saat itu," ungkapnya.

Mengenai korban melakukan dugaan bunuh diri, kata Laksmi, ada saksi yang melihat korban datang sendiri, kemudian ada saksi yang melihat korban duduk di situ dan melepas sepatu.

"Walaupun pada saat korban terjatuh atau melompat di situ, tidak ada saksi yang melihat. Itu yang pertama. Kemudian terkait masalah pembuktian apakah ada mungkin unsur perundungan atau pembullyan terhadap korban sehingga mengakibatkan (dugaan) korban bunuh diri, itu masih dalam proses penyelidikan dari kami," ujarnya.

(kdf/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |