TEMPO.CO, Jakarta - Wakil komandan Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon yang akan segera berakhir masa tugasnya terluka pada Jumat, 14 Februari 2025, setelah konvoi yang membawa pasukan penjaga perdamaian ke bandara Beirut "diserang dengan kekerasan", kata UNIFIL, seperti dikutip Reuters.
Mayor Jenderal Chok Bahadur Dhakal sedang dalam perjalanan meninggalkan negara itu menuju Nepal pada Jumat malam setelah menyelesaikan misinya, ketika konvoi UNIFIL yang membawa pasukan penjaga perdamaian ke bandara diserang oleh para pengunjuk rasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentara Lebanon turun tangan, tetapi tidak sebelum pasukan penjaga perdamaian PBB mengalami luka-luka. Pasukan penjaga perdamaian kedua yang terluka tidak diidentifikasi.
UNIFIL mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran "mencolok" terhadap hukum internasional dan "dapat dianggap sebagai kejahatan perang".
Misi tersebut menuntut penyelidikan penuh dan segera oleh pihak berwenang Lebanon dan agar semua pelaku diadili, katanya dalam sebuah pernyataan.
Presiden Lebanon Joseph Aoun mengutuk serangan tersebut pada Sabtu, dan mengatakan bahwa pasukan keamanan tidak akan mentolerir siapa pun yang mencoba mengacaukan negara, menurut sebuah pernyataan dari kantornya.
Amerika Serikat mengutuk serangan yang dikatakannya melukai pasukan penjaga perdamaian PBB. Pernyataan Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan "dilaporkan oleh sekelompok pendukung Hizbullah", merujuk pada kelompok militan yang didukung Iran di Lebanon.
Menteri Dalam Negeri Ahmad al-Hajjar menyerukan pertemuan darurat sebelum tengah hari pada Sabtu untuk membahas situasi keamanan, kantor berita pemerintah Lebanon NNA melaporkan.
"Dia menegaskan penolakan pemerintah Lebanon terhadap serangan yang dianggap sebagai kejahatan terhadap pasukan UNIFIL ini," lapor NNA, mengutip pernyataan menteri.
Dia juga memberikan instruksi untuk bekerja mengidentifikasi para pelaku dan merujuk mereka ke otoritas peradilan yang relevan.
Menteri tersebut mengatakan kepada wartawan pada Sabtu bahwa lebih dari 25 orang telah ditahan untuk diselidiki terkait serangan tersebut.
"Lebih dari 25 orang telah ditangkap oleh intelijen militer Lebanon", dengan satu orang lainnya ditahan oleh dinas keamanan, kata Hajjar kepada para wartawan setelah pertemuan keamanan darurat pada hari Sabtu.
"Ini tidak berarti para tahanan ini melakukan serangan tersebut... tetapi penyelidikan akan menunjukkan siapa yang bertanggung jawab," katanya menambahkan.
Para pengunjuk rasa yang mengaku sebagai pendukung Hizbullah memblokir jalan menuju bandara satu-satunya di negara itu untuk hari kedua pada Jumat. Mereka memprotes keputusan pihak berwenang Lebanon untuk menghentikan pendaratan pesawat-pesawat Iran di ibu kota Beirut karena tuduhan militer Israel bahwa Teheran berusaha menyelundupkan dana ke Hizbullah dengan menggunakan penerbangan sipil, Al Jazeera melaporkan.
Keputusan ini menimbulkan klaim bahwa pemerintah Lebanon telah menyerah pada tekanan dari Israel.
Tentara Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan, komandan sementara Mayor Jenderal Hassan Odeh telah menghubungi UNIFIL dan berjanji untuk "bekerja untuk menangkap warga yang menyerang anggotanya dan membawa mereka ke pengadilan".
Hizbullah menampik disebut terlibat
Hizbullah tampaknya berusaha menjauhkan diri dari serangan tersebut dengan sebuah pernyataan yang disebarkan di media sosial oleh al-Manar TV yang menyalahkan "elemen-elemen yang tidak bisa diatur" karena telah "menyebabkan kekacauan dengan tujuan yang mencurigakan di jalan bandara Beirut".
Gerakan Amal, partai politik Ketua Parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "serangan terhadap UNIFIL merupakan serangan terhadap Lebanon selatan" dan menyerukan agar tentara dan pasukan keamanan mengejar para pelaku.
UNIFIL dibentuk untuk mengawasi penarikan militer Israel dari Lebanon selatan setelah invasi Israel pada 1978.
PBB memperluas misinya setelah perang 2006 antara Israel dan Hizbullah, yang memungkinkan pasukan penjaga perdamaian untuk ditempatkan di sepanjang perbatasan Israel untuk membantu militer Lebanon memperluas otoritasnya ke wilayah selatan negara itu untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Baik Hizbullah maupun Israel kerap menuduh UNIFIL melakukan kolusi, dan pasukan penjaga perdamaian sebelumnya telah mendapat serangan dari pasukan Israel.
Selama perang Israel baru-baru ini di Lebanon, Israel menuntut UNIFIL untuk meninggalkan posisinya di bagian selatan negara itu dan tank-tank Israel menembakkan senjatanya ke arah pasukan penjaga perdamaian, menghancurkan gerbang di pangkalan UNIFIL dan menembaki menara pengawas UNIFIL.
Pilihan Editor: