Wawancara: Dampak tarif Trump terhadap perdagangan

2 hours ago 6

Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memaksa Benny Soetrisno bekerja pada akhir pekan. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengundang Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia itu untuk membahas tarif Trump di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, pada Ahad, 6 April 2025. “Pemerintah membutuhkan masukan dari pelaku di lapangan,” ujarnya.

Pembaca, Trump menerapkan tarif timbal balik untuk semua negara yang menjadi mitra dagang Amerika Serikat. Selain tarif pokok sebesar 10 persen untuk semua negara, politikus Partai Republik itu menambahkan tarif resiprokal bagi negara yang menikmati surplus transaksi perdagangan dengan Negeri Abang Sam. Indonesia terkena tarif sebesar 32 persen. Kebijakan Trump itu berdampak terhadap para eksportir seperti Benny karena harga produk Indonesia akan melonjak di pasar Amerika Serikat sehingga bisa menurunkan permintaan konsumen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengusaha 74 tahun itu pun wira-wiri menghadiri pelbagai rapat dengan kementerian dan organisasi bisnis setelah kebijakan tarif impor Amerika Serikat diumumkan. Sebelum wawancara selama 1 jam 30 menit dengan wartawan Tempo, Raymundus Rikang, Sunudyantoro, dan Yosea Arga Pramudita, pada Kamis, 10 April 2025, ia mengikuti rapat dengan Kementerian Perdagangan dan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Lembaga-lembaga itu meminta advis Benny, pebisnis yang menggeluti kegiatan ekspor selama lebih dari empat dasawarsa.

Menurut Benny, pemerintah mesti menawarkan paket kebijakan yang menarik saat bernegosiasi dengan utusan Trump. Ia menyarankan petinggi Kementerian Perdagangan menyelesaikan sejumlah persoalan yang disorot dalam dokumen United States Trade Representative (USTR). Salah satunya izin impor yang kusut. “Kita yang di dalam negeri saja mengeluhkan, apalagi Amerika Serikat,” katanya dalam sesi tanya-jawab di Hotel Pullman, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat.

Sebagai pengusaha yang punya mitra di mancanegara, Benny masih lincah berpelesir. Ia tersenyum ketika ditanyai tujuan perjalanan bisnisnya. “Lebih sering untuk memotret,” ucapnya. Benny pernah berpesiar hingga ke Antarktika untuk menjepret anjing laut dan penguin. Dia berharap suatu ketika punya pengalaman memotret alam liar di Afrika—kawasan yang ia sebut sebagai potensi ekspor bagi pengusaha Indonesia jika perdagangan dengan Amerika Serikat anyep.

Pada edisi ini kami juga mewawancarai Gerry Utama yang meneliti hingga ke Antarktika. Tak banyak peneliti Indonesia yang pernah menginjakkan kaki di benua es ini. Hingga saat ini setidaknya baru tiga ilmuwan asal Tanah Air yang pernah mencapai benua paling selatan itu.

Mereka adalah Agus Supangat, ahli oseanografi lulusan Institut Teknologi Bandung yang ikut dalam ekspedisi penelitian Australian Antarctic Division (AAD) pada 2002; Nugroho Imam Setiawan, geolog alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dengan tim Japanese Antarctic Research Expedition ke-58 (JARE58) pada 2016; dan terbaru adalah Gerry Utama, peneliti paleogeografi yang juga lulusan UGM, yang tergabung dengan tim Russian Antarctica Expedition (RAE) pada tahun lalu.

Gerry berangkat ke Antarktika pada 29 Februari 2024. Saat itu ia sedang merampungkan studinya di program magister paleogeografi di Saint Petersburg State University, Rusia. "Saya ditawari bergabung dengan tim RAE," kata Gerry saat ditemui Tempo di sebuah kafe di Blok M, Jakarta Selatan, Selasa, 8 April 2025. Tawaran itu tak ia sia-siakan, terlebih ia mendapat tugas yang memang menjadi keahliannya: menyusun peta.

Baca lengkap liputan darurat wawancara Benny Soetrisno: Teori Tarif Trump Tak Ada di Buku Ekonomi

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |