5 Drakor dengan Biaya Produksi Mahal Tapi Rating Rendah

1 day ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Dengan produksi yang semakin mewah, banyak drama Korea (drakor) yang digarap dengan anggaran fantastis demi menghadirkan visual memukau dan jalan cerita yang menarik. Namun tak semua drama mahal berakhir sukses. Beberapa justru gagal memenuhi ekspektasi dan meraih rating yang mengecewakan. Berikut drakor dengan biaya produksi selangit tapi kurang diminati penonton.

1. Arthdal Chronicles

Dilansir dari Korea Times, Arthdal Chronicles adalah salah satu drama Korea dengan anggaran produksi fantastis, mencapai 54 miliar won (41,7 juta USD). Dengan deretan aktor ternama seperti Jang Dong-gun dan Song Joong-ki, serta ambisi besar dalam membangun dunia fantasi, drama ini sempat menjadi salah satu yang paling dinantikan. Namun ekspektasi tinggi itu tidak sejalan dengan hasil akhirnya dimana rating pemirsa hanya bertahan di kisaran 4 persen.

Salah satu kritik terbesar datang dari kesan bahwa drama ini terlalu banyak mengambil inspirasi dari serial barat seperti Game of Thrones dan film Apocalypto (2006). Penonton menilai desain karakter, latar, dan kostumnya kurang orisinal. Selain itu, meskipun memiliki anggaran besar, efek visual dan properti dalam beberapa adegan dianggap kurang rapi, sehingga mengurangi imersi dalam dunia fantasi yang coba dibangun.   

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kegagalan Arthdal Chronicles tidak hanya mengecewakan para penggemar, tetapi juga investor. Bahkan setelah episode kedua tayang, harga saham Studio Dragon Corp, rumah produksi di balik drama ini, turun hampir 10 persen—menunjukkan dampak langsung dari kegagalan proyek mahal ini.

2. When The Stars Gossip

When the Stars Gossip adalah salah satu K-Drama yang paling dinantikan tahun ini karena menghadirkan tema unik tentang stasiun luar angkasa, yang dibintangi oleh aktor ternama seperti Lee Min Ho dan Gong Hyo Jin. Dikutip dari Allkpop, drama ini menelan biaya produksi yang mencapai 50 miliar won (34,9 juta USD) dan diharapkan meraih kesuksesan tinggi. 

Namun kenyataannya jauh dari ekspektasi. Sejak penayangan perdananya pada 4 Januari 2025 dengan rating 3,3 persen, angka tersebut justru terus menurun drastis, hingga hanya mencapai 1,8 persen secara nasional di episode kelima. Drama ini sempat mencapai rating tertinggi di 3,9 persen pada episode kedua, tetapi mulai merosot di episode ketiga dan terus sulit untuk naik kembali. Ini menjadikannya drama tvN pertama dalam slot akhir pekan yang jatuh ke angka 1 persen sejak Melting Me Softly pada 2019.

Meski memiliki tim kreatif berpengalaman—termasuk penulis Pasta, Seo Sook Hyang, dan sutradara It’s Okay to Not Be Okay, Park Shin Woo—drama ini dinilai kurang menarik. Banyak penonton mengkritik alurnya yang dianggap terlalu lambat dan kurang orisinal. Bahkan, drama dengan anggaran lebih kecil seperti The Tale of Lady Ok dan Motel California justru memiliki rating yang lebih stabil karena alur cerita yang memikat. Setelah episode kelima, drama ini menerima respons negatif yang semakin banyak di media sosial. 

3. Bulgasal: Immortal Souls 

Merujuk pada laman IMDb, Bulgasal: Immortal Souls adalah drama fantasi beranggaran tinggi yang menelan biaya produksi hingga 40 miliar won. Drama ini mengangkat kisah seorang pria yang berubah menjadi makhluk abadi dan berusaha membalas dendam kepada seorang wanita yang ia yakini sebagai penyebab penderitaannya selama 600 tahun terakhir. Dengan konsep unik, efek visual yang memukau, serta jajaran aktor ternama seperti Lee Jin-wook dan Lee Joon, drama ini diharapkan menjadi salah satu tontonan epik.  

Namun, meskipun memiliki skala produksi yang besar, Bulgasal gagal menarik perhatian penonton secara luas. Sepanjang 16 episode, drama ini hanya meraih rating rata-rata 4,3 persen, angka yang tergolong rendah untuk proyek dengan investasi sebesar ini.

4. The King Eternal Monarch

Dikutip dari Yonhap News Agency, The King: Eternal Monarch  juga memiliki anggaran besar, yang diperkirakan mencapai 30 miliar won. Ditulis oleh Kim Eun-sook, yang sebelumnya sukses dengan Descendants of the Sun, Guardian: The Lonely and Great God, dan Mr. Sunshine, drama ini awalnya sangat dinantikan. Apalagi, dibintangi oleh Lee Min-ho dan Kim Go-eun serta didanai oleh Netflix, ekspektasi penonton sangat tinggi.  

Namun, meskipun memiliki produksi yang megah, drama ini justru mengalami penurunan rating yang signifikan. Setelah tayang perdana dengan rating kisaran 11 persen di dua episode pertama, angka tersebut terus merosot. Pada episode kesembilan, ratingnya bahkan mencapai titik terendah 6,3 persen. Angka ini jauh di bawah standar kesuksesan drama Kim Eun-sook sebelumnya, yang mampu mencetak rating tinggi hingga 38,8 persen.  

Salah satu faktor utama yang membuat drama ini gagal mempertahankan minat penonton adalah eksekusi konsep dunia paralel yang membingungkan. Penonton merasa dua dunia yang berbeda—Kekaisaran Korea dan Republik Korea—terlalu mirip, sehingga sulit membedakannya.

Selain itu, kisah romansa yang seharusnya menjadi inti cerita justru kurang menonjol, sementara alur cerita dinilai terlalu lambat.  Penonton juga mengkritik penempatan produk iklan yang berlebihan di beberapa adegan. 

5. Sisyphus: The Myth

Sisyphus: The Myth adalah drama beranggaran besar dari JTBC yang diproduksi sebagai proyek peringatan 10 tahun jaringan tersebut, dengan anggaran lebih dari 20 miliar won (18 juta USD). Drama ini mengusung genre fantasi misteri, mengisahkan seorang insinyur jenius, Han Tae-sul (Cho Seung-woo), yang bertemu dengan Gang Seo-hae (Park Shin-hye), seorang wanita dari masa depan. Konsep perjalanan waktu serta elemen aksi dan teknologi membuat drama ini sempat menjadi salah satu yang paling dinantikan.  

Drama ini memulai debutnya dengan rating cukup baik, mencapai 5,6 persen dan sempat naik hingga 6,67 persen dalam dua episode pertama. Namun, banyak penonton mengkritik eksekusi cerita yang dianggap rumit dan kurang memikat, membuat Sisyphus: The Myth gagal mempertahankan daya tariknya. Menjelang episode terakhir, ratingnya bahkan mencapai titik terendah 3,39 persen, sebelum sedikit naik menjadi 4,36 persen di episode penutup. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |