TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah teknologi kecerdasan buatan (AI) buatan Cina, DeepSeek, sedang menjadi perhatian dunia sebagai pesaing besar ChatGPT dari OpenAI.
Pengguna dapat memakai chatbot ini untuk menganalisis file, menjawab pertanyaan, dan mendapatkan informasi dari web. Aplikasi gratis ini juga memungkinkan pengguna mengunggah file dan menyinkronkan riwayat obrolan di seluruh perangkat.
DeepSeek dikatakan setara atau bahkan lebih baik daripada model-model AI terkemuka di industri Amerika Serikat, yang berpotensi mengganggu tatanan dunia teknologi.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta menarik tentang DeepSeek.
1. Model DeepSeek-R1
Pada pembukaan Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2025, DeepSeek, memperkenalkan model sumber terbuka terbarunya, yakni DeepSeek-R1. Model ini menandai terobosan besar dengan penggunaan pembelajaran mendalam (deep learning) murni. DeepSeek mengklaim bahwa dalam tugas matematika, pengodean, dan penalaran bahasa alami, performa DeepSeek-R1 sebanding dengan model-model terkemuka dari laboratorium riset AI global seperti OpenAI.
DeepSeek juga mengklaim bahwa model-model AI mereka, seperti DeepSeek-V3 dan DeepSeek-R1, setara dengan teknologi dari OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, dan Meta, induk dari Facebook. Sama seperti ChatGPT, DeepSeek dapat digunakan untuk keperluan percakapan, pembuatan konten, hingga analisis data. Namun, yang membedakan DeepSeek hanya menggunakan chip yang kurang canggih untuk menggerakkan model AI-nya.
2. Terkena Serangan Siber
Model AI asal Cina itu juga diduga mengalami serangan siber. Leonid Bezvershenko, peneliti keamanan dari Kaspersky GReAT, mengungkapkan bahwa tren pemanfaatan AI untuk aktivitas siber tidaklah baru. Menurutnya, alat-alat ini dapat digunakan sebagai umpan untuk menyebarkan penipuan dan aplikasi berbahaya.
“Kami telah melihat tren serupa dengan model AI populer lainnya, yang telah dimanfaatkan untuk tujuan seperti pembuatan email phishing, menerjemahkan teks, membuat skrip, dan melakukan penelitian sumber terbuka untuk menghasilkan konten yang lebih terarah dan meyakinkan,” kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis, 30 Januari 2025.
3. Aplikasi Nomor Satu
DeepSeek berhasil menjadi aplikasi nomor satu di App Store dan Play Store, menggeser popularitas ChatGPT. Berdasarkan data dari firma analitik Appfigures, aplikasi ini kini menempati posisi pertama di kategori aplikasi gratis di 51 negara, termasuk Amerika Serikat. Kenaikan popularitas DeepSeek terjadi setelah peluncuran serangkaian model AI yang dinilai mampu bersaing dengan OpenAI dan Google.
“DeepSeek mengklaim bahwa model mereka dilatih dengan biaya yang jauh lebih rendah menggunakan chip AI yang secara signifikan kurang canggih,” tulis laporan Appfigures pada, Selasa, 28 Januari 2025. Hal ini dianggap sebagai langkah efisiensi baru dalam pengembangan AI, yang bahkan menyebabkan harga saham Nvidia turun hingga 17 persen pada awal pekan ini.
4. Unduhan DeepSeek Melonjak Tajam
Pada Jumat pekan lalu, aplikasi ini mencatatkan 1 juta unduhan di App Store dan Google Play. Angka itu berlipat ganda menjadi 2,6 juta pada Senin, 27 Januari 2025 pagi. “Aplikasi ini saat ini berada di daftar Top 10 aplikasi gratis di 111 negara di App Store dan di 18 negara di Google Play,” tulis laporan Appfigures.
Menurut firma analitik Sensor Tower, lebih dari 80 persen total unduhan DeepSeek terjadi dalam tujuh hari terakhir. Selama periode tersebut, aplikasi ini mencatat unduhan hampir 300 persen lebih banyak dibandingkan Perplexity, salah satu pesaing kuat AI lainnya. Cina, negara asal AI tersebut hanya menyumbang 23 persen dari total unduhan. Pasar terbesar kedua DeepSeek adalah Amerika Serikat dengan 15 persen, diikuti Mesir yang menyumbang 6 persen.
5. Rilis Model Baru
DeepSeek baru saja merilis model AI multimodal baru bernama Janus-Pro. Generator imaji Janus-Pro ini dapat menganalisis gambar dan dapat diakses secara gratis. Model-model ini tersedia di platform pengembang AI Hugging Face dan memiliki ukuran antara 1 miliar hingga 7 miliar parameter. Model ini menggunakan lisensi MIT, memungkinkan penggunaannya secara komersial tanpa batasan.
DeepSeek menggambarkan Janus-Pro sebagai “kerangka autoregresif yang inovatif” yang dapat menganalisis serta menciptakan gambar baru. Berdasarkan dua tolok ukur evaluasi AI, GenEval dan DPG-Bench, model terbesar dalam keluarga ini, Janus-Pro-7B diklaim mengungguli DALL-E 3 milik OpenAI, serta model lain seperti PixArt-alpha, Emu3-Gen, dan Stable Diffusion XL. Meski demikian, sebagian besar model Janus-Pro hanya dapat menganalisis gambar kecil dengan resolusi maksimal 384 x 384 piksel.
6. Hasil Penelitian Liang Wenfeng
Dikutip dari Antara, DeepSeek merupakan laboratorium penelitian dari perusahaan rintisan asal Hangzhou, Cina, yang didirikan pada 2023. AI ini dibesut oleh Liang Wenfeng melalui perusahaan berbasis kecerdasan buatan, High-Flyer. Liang Wenfeng, pria kelahiran 1985, merupakan lulusan Zhejiang University di bidang teknik elektronik dan informasi.
High-Flyer, yang awalnya berdiri pada 2015, fokus pada pengembangan teknologi komputasi canggih untuk analisis data keuangan. Namun, pada 2023, Liang memutuskan untuk mengalihkan fokus perusahaannya guna menciptakan DeepSeek, dengan visi menghadirkan model AI yang lebih inovatif. DeepSeek meluncurkan model perdananya pada 2023, diikuti oleh peluncuran DeepSeek R1 pada November 2024. Model terbaru ini dirancang untuk meniru cara berpikir manusia dan mendukung pengoperasian chatbot pada perangkat seluler.
Mega Putri Mahadewi dan Defara Dhanya berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: AI: Pemerintah Jepang Berencana Membuat Undang-undang Penggunaan Kecerdasan Buatan