TEMPO.CO, Jakarta - Kanker menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia, dan pria memiliki risiko lebih tinggi terkena beberapa jenis kanker dibandingkan wanita. Berbagai faktor seperti genetika, gaya hidup, serta paparan zat karsinogenik berkontribusi terhadap peningkatan risiko kanker pada pria.
Dilansir dari Cancer Center, Cancer, dan Roswell Park, berikut tujuh jenis kanker yang paling sering menyerang pria berdasarkan data epidemiologis dan penelitian medis:
1. Kanker Prostat
Kanker prostat merupakan jenis kanker yang paling umum pada pria, terutama mereka yang berusia di atas 50 tahun. Kanker ini berkembang di kelenjar prostat, organ yang berperan dalam produksi semen. Faktor risiko utama meliputi usia, riwayat keluarga, dan kadar hormon testosteron yang tinggi.
Gejala kanker prostat pada stadium awal sering kali tidak terlihat, namun pada tahap lanjut dapat menyebabkan disuria (kesulitan buang air kecil), nyeri panggul, dan hematuria (darah dalam urin). Deteksi dini melalui pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA) dan Digital Rectal Exam (DRE) sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
2. Kanker Paru-Paru
Kanker paru-paru menjadi penyebab kematian akibat kanker tertinggi pada pria, terutama akibat kebiasaan merokok. Paparan zat karsinogen seperti asbestos dan polusi udara juga dapat meningkatkan risiko.
Kanker ini sering berkembang tanpa gejala pada tahap awal, namun dapat menimbulkan batuk kronis, hemoptisis (batuk berdarah), dispnea (sesak napas), dan nyeri dada seiring dengan perkembangan penyakit. Diagnosis dilakukan melalui CT scan toraks dan biopsi jaringan paru-paru.
3. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal terjadi pada usus besar dan rektum, sering kali dipicu oleh pola makan tinggi lemak dan rendah serat. Faktor risiko lainnya meliputi obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dan riwayat keluarga dengan kanker kolorektal.
Gejalanya meliputi perubahan pola defekasi, hematochezia (darah dalam feses), serta penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Deteksi dini melalui kolonoskopi dapat membantu mencegah perkembangan kanker melalui pengangkatan polip pra-kanker.
4. Kanker Hati
Pria memiliki risiko lebih tinggi mengalami karsinoma hepatoseluler (HCC), jenis kanker hati primer yang sering dikaitkan dengan infeksi hepatitis B dan C, sirosis hati akibat konsumsi alkohol, serta penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD).
Gejala kanker hati meliputi hepatomegali (pembesaran hati), ikterus (kulit dan mata menguning), serta ascites (penumpukan cairan di perut). Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan Alfa-Fetoprotein (AFP) dan pencitraan MRI atau CT scan dengan kontras.
5. Kanker Kandung Kemih
Paparan zat karsinogen seperti rokok dan bahan kimia industri meningkatkan risiko kanker kandung kemih pada pria. Penyakit ini lebih sering menyerang pria dibandingkan wanita dengan gejala utama berupa hematuria tanpa nyeri, disuria, dan nyeri suprapubik.
Pemeriksaan sitologi urin dan sistoskopi menjadi metode utama dalam mendeteksi kanker kandung kemih. Pengobatan tergantung pada stadium penyakit, mulai dari reseksi tumor transuretral hingga sistektomi (pengangkatan kandung kemih).
6. Kanker Melanoma
Kanker kulit jenis melanoma lebih sering terjadi pada pria, terutama yang memiliki riwayat paparan sinar ultraviolet (UV) berlebih tanpa perlindungan. Faktor genetik juga berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini.
Melanoma dapat dikenali dari perubahan warna, bentuk, dan ukuran nevus (tahi lalat), serta munculnya luka yang sulit sembuh. Dermatoskopi dan biopsi kulit digunakan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan pengobatan dapat mencakup eksisi bedah hingga terapi imunologi.
7. Kanker Testis
Meskipun jarang, kanker testis lebih sering menyerang pria muda berusia 15 hingga 40 tahun. Faktor risiko utama meliputi kriptorkismus (testis yang tidak turun sempurna), riwayat keluarga, dan sindrom Klinefelter.
Kanker ini biasanya ditandai dengan adanya massa atau pembengkakan pada testis, nyeri tumpul di perut bagian bawah, serta ginekomastia (pembesaran payudara akibat gangguan hormon). Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi skrotum dan penanda tumor seperti Alfa-Fetoprotein (AFP) serta Beta-Human Chorionic Gonadotropin.
Pilihan Editor: 8 Mitos Tentang Kanker