Analis Israel: Hamas Tetap Berkuasa di Gaza setelah Perang

7 hours ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata Gaza berlaku pada Minggu, sejumlah besar pejuang Hamas muncul di Kota Gaza saat serah terima tiga wanita Israel yang ditawan di daerah kantong tersebut, lapor Anadolu Agency.

Pemandangan itu mengejutkan Israel, yang telah bersumpah untuk menghancurkan kelompok Perlawanan selama perang genosida 15 bulan yang telah menewaskan hampir 47.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 110.700 orang lainnya sejak 7 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bahkan setelah 15 bulan perang, Hamas tetap bertahan," analis Israel, Avi Issacharoff, menulis di surat kabar Yedioth Ahronoth.

"Meskipun pemerintah Benjamin Netanyahu mengatakan akan membasmi Hamas, kelompok ini tidak hanya bertahan secara militer tapi juga mempertahankan kekuasaannya secara utuh," tambahnya.

"Selama berbulan-bulan, Netanyahu dan para menterinya dengan tegas menolak untuk melakukan diskusi serius tentang mencari alternatif bagi pemerintahan Hamas, meskipun ada peringatan dari para pejabat keamanan bahwa perang ini pada akhirnya akan sia-sia."

Analis Israel tersebut menggambarkan kemunculan kembali Hamas sebagai 'kegagalan terbesar dalam perang ini'.

Dia menyebut kegagalan pemerintah untuk menyusun rencana "hari kemudian" untuk Gaza setelah perang sebagai "pengabaian yang disengaja dan kriminal".

"Kita telah mencapai hari kemudian, meskipun untuk sementara, dan Israel terbangun dari satu mimpi buruk ke mimpi buruk lainnya. Di sisi lain perbatasan, Hamas terus berkuasa, membangun terowongan dan merekrut lebih banyak orang," kata analis tersebut.

Kekuasaan yang berdaulat

Brigadir Jenderal Amir Avivi, kepala organisasi non-pemerintah, "Habithonistim" (The Securityists), mengatakan bahwa otoritas keamanan Israel berfokus untuk menghancurkan Hamas sebagai sebuah badan militer dan membunuh para pemimpinnya.

"Di samping melenyapkan sebagian kepemimpinan Hamas, Israel belum mengambil langkah konkret untuk menggulingkan gerakan itu sebagai sebuah otoritas pemerintahan," katanya kepada surat kabar Maariv.

"Meskipun kami menyebabkan kerusakan parah pada persediaan amunisi mereka, secara politis dan di mata penduduk (Palestina di Gaza), Hamas tetap menjadi kekuatan yang berdaulat," katanya.

Analis militer, Amos Harel, dari surat kabar Haaretz juga menyampaikan pendapat yang sama.

"Di pusat Kota Gaza, beberapa kilometer jauhnya dari tempat pasukan Israel beroperasi hingga beberapa hari yang lalu, ratusan aktivis bersenjata muncul. Tampaknya, Hamas menunjukkan kekuatan militer dan aspirasi untuk mendirikan kembali pemerintahan sipil," katanya.

"Namun ini belum merupakan fait accompli; pengaturan lain untuk masa depan Jalur Gaza mungkin akan menjadi agenda dalam beberapa bulan ke depan," ujarnya.

"Hamas pada Minggu berusaha untuk melakukan unjuk kekuatan ketika pasukan Israel menarik diri dari titik-titik gesekan di Jalur Gaza."

Rekrut anggota baru

Kekhawatiran para analis Israel ini sejalan dengan apa yang dikemukakan mantan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam pidato perpisahannya, Selasa, 14 Januari 2025, di The Atlantic Council di Washington DC, seperti dilaporkan Middle East Eye.

Dalam kesempatan itu, ia menyatakan Hamas telah mampu merekrut pejuang baru hampir sebanyak jumlah pejuang baru yang terbunuh oleh Israel selama serangan ganasnya di Jalur Gaza. Pernyataan ini memberikan sebuah jendela yang langka ke dalam penilaian intelijen AS terhadap kekuatan Hamas. Penilaian ini kemungkinan akan mengacak-acak posisi Israel setelah gencatan senjata, mengingat tujuan yang dinyatakannya sebagai "kemenangan total dan pembasmian Hamas".

Meskipun Israel berhasil memenggal kepemimpinan Hamas di Gaza, Lebanon dan Iran, Blinken berpendapat bahwa kelompok ini tetap menjadi kekuatan di Jalur Gaza dan dapat memperumit rencana pemerintahan pasca-perang di daerah kantong tersebut.

Pidato Blinken disampaikan pada penghitungan mundur terakhir masa jabatan pemerintahan Biden. Pidato tersebut sangat blak-blakan dan penuh dengan kritik terhadap sekutu AS.

"Warga Israel harus meninggalkan mitos bahwa mereka dapat melakukan aneksasi de facto tanpa biaya dan konsekuensi terhadap demokrasi Israel," kata Blinken, seraya menambahkan bahwa Israel memperluas permukiman dan menasionalisasi tanah "dengan kecepatan yang lebih cepat daripada kapan pun dalam dekade terakhir". Ia juga mengatakan bahwa "serangan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim ekstremis terhadap warga sipil Palestina telah mencapai rekor tertinggi."

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |