Arab Saudi menilai Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump tak akan memperparah risiko perang Iran - Israel.
22 Januari 2025 | 09.00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, menilai Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump tidak akan berkontribusi pada risiko perang Iran - Israel. Sebaliknya, Trump telah menyatakan ia tidak mendukung konflik.
Pangeran Faisal menuturkan, perang Iran-Israel maupun perang apa pun di kawasan Timur Tengah merupakan sesuatu yang harus dihindari oleh semua pihak. Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan internasional tahunan Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) di Swiss, Selasa, 21 Januari 2025.
“Saya tidak melihat pemerintahan AS yang baru sebagai pihak yang berkontribusi terhadap risiko perang. Sebaliknya, Presiden Trump telah cukup jelas menyatakan ia tidak mendukung konflik,” ujarnya, seperti dikutip oleh Reuters.
Pangeran Faisal berpandangan Timur Tengah memiliki banyak faktor risiko, tetapi juga memiliki potensi yang besar. Ia bahkan berharap Iran dan AS dapat berinteraksi dengan baik di bawah pemerintahan Trump, salah satunya dalam hal program nuklir.
“Saya berharap pendekatan (pemerintahan Trump) akan disambut, dari pihak Iran, dengan mengatasi masalah program nuklir,” ucapnya.
Arab Saudi optimistis terhadap kemungkinan masa depan yang lebih cerah di kawasan Timur Tengah. Terutama setelah kesepakatan gencatan senjata di Gaza, yang seharusnya mengakhiri serangan Israel di wilayah kantong Palestina tersebut.
“Di kawasan yang lebih luas, masalahnya adalah, dapatkah kita membangun kawasan berdasarkan kerja sama dan integrasi? Saya pikir kita bisa. Saya harap orang Iran juga berpikir demikian. Dan Anda tahu, kami siap untuk melakukan itu,” kata Pangeran Faisal, dikutip oleh Al Arabiya.
Berbicara tentang agendanya, Pangeran Faisal mengumumkan ia akan mengunjungi Lebanon pada akhir pekan ini. Rencana perjalanan tersebut akan menandai kunjungan pertama menteri luar negeri Arab Saudi ke Lebanon selama lebih dari satu dekade.
Kerajaan Arab Saudi telah menjauhi Lebanon selama bertahun-tahun akibat pengaruh kuat kelompok Hizbullah yang didukung Iran terhadap urusan negara.
Pangeran Faisal juga berkomentar tentang pemilu presiden Lebanon yang berakhir pada awal Januari ini. Ia menilai pilpres tersebut, setelah kekosongan jabatan yang berkepanjangan di Lebanon, merupakan hal yang positif. Tetapi, Arab Saudi perlu melihat reformasi nyata untuk meningkatkan keterlibatannya di negara itu.
Parlemen Lebanon memilih panglima militer Joseph Aoun – seorang jenderal yang mendapat dukungan Amerika Serikat – sebagai kepala negara awal bulan ini, mengisi jabatan presiden Lebanon yang telah lama kosong.
Sumber: Reuters | Al Arabiya
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini
PODCAST REKOMENDASI TEMPO
- Podcast Terkait
- Podcast Terbaru