TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI Ahmad Dhani menjadi sorotan usai menyampaikan usulannya soal naturalisasi sejumlah pemain sepak bola untuk memperkuat Timnas Indonesia. Musisi Tanah Air itu mengatakan apabila pemerintah akan kembali melakukan naturalisasi, lebih baik memilih pemain yang berasal dari Korea atau Afrika.
“Yang mirip-mirip kita, enggak masalah banyak, yang penting warna kulitnya masih sama seperti kita,” kata dia dalam rapat kerja Komisi X DPR RI bersama Kemenpora dan PSSI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di samping itu, dia juga menyatakan bahwa naturalisasi tidak harus dilakukan untuk pemain. Dirinya mengusulkan agar naturalisasi dilakukan kepada pesepak bola yang sudah berusia tua untuk kemudian menikah dengan WNI.
“Bisa juga, misalnya, pemain-pemain bola yang sudah di atas usia 40, itu bisa juga kita naturalisasi pemain bola yang hebat, lalu kita jodohkan dengan perempuan Indonesia. Nah, anaknya itu yang kita harapkan menjadi pemain bola yang bagus juga," ujarnya.
Atas usulannya ini, ia menerima kecaman dari berbagai pihak. Tempo menghimpunnya pada Jumat, 7 Maret 2025.
1. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) APIK Jakarta
Staf Lembaga Bantuan Hukum (LBH) APIK Jakarta Christine Constanta, menilai usulan Ahmad Dhani merendahkan harkat dan martabat perempuan Indonesia.
“Menjadikan perempuan dan tubuh perempuan seolah-olah sebagai alat untuk 'mencetak' keturunan untuk menjadi pemain bola yang bagus,” ujarnya melalui pesan tertulis saat dihubungi Tempo, Kamis, 6 Maret 2025.
Di samping itu, pendapat Dhani tidak kontekstual atau substansial dengan topik utama rapat, yakni naturalisasi pemain sepak bola dengan tujuan memperkuat Timnas Indonesia. Pernyataannya tersebut, kata Christine, malah terkesan membebani peran perempuan Indonesia, yang dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan permasalahan soal keputusan pemerintah di bidang olahraga tersebut.
2. Pemimpin Redaksi Konde.co
Founder dan Pemimpin Redaksi Konde.co, Luviana Ariyanti, mengatakan pernyataan Ahmad Dhani ihwal naturalisasi pesepak bola berusia tua tak berempati terhadap perempuan.
“Ahmad Dhani sebagai wakil rakyat sangat nirempati, berkomentar seperti ini di tengah kondisi para perempuan yang sedang berjuang menghadapi banjir, bencana, dan lain-lain,” ujarnya ketika dihubungi Tempo melalui aplikasi perpesanan pada Kamis, 6 Maret 2025.
Luviana menilai terdapat tendensi misoginis di dalam pernyataan Dhani. Berdasarkan perspektif gender dan kesehatan, kata dia, pernyataan Ahmad Dhani menempatkan perempuan sebagai objek dan memposisikan perempuan sebagai kelas dua serta hanya sebagai alat reproduksi.
3. Komnas Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menilai pernyataan Ahmad Dhani melecehkan perempuan karena menempatkan perempuan sekadar mesin reproduksi anak dan pelayan seksual suami. Dhani juga menyebutkan jika pemain sepak bola yang dinaturalisasi itu beragama Islam, maka bisa dinikahkan dengan empat perempuan.
Komisioner Komnas Perempuan, Theresia Sri Endras Iswarini, mengatakan bahwa Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam mengatur ketentuan dan prasyarat yang ketat. “Untuk mencegah perkawinan lebih dari satu orang menjadi sekadar menguntungkan satu pihak dan mengeksploitasi lainnya,” kata Komisioner Komnas Perempuan, Theresia Sri Endras Iswarini, melalui siaran pers yang dikirim kepada Tempo pada Kamis, 6 Maret 2025.
Pernyataan bernada rasis itu, kata Theresia, juga merendahkan martabat Indonesia karena seolah kualitas laki-laki pesepak bola dari luar negeri memiliki sifat genetik yang lebih baik ketimbang orang Indonesia. Kalimat rasis tampak dalam penekanan agar naturalisasi tidak kepada yang “bule” karena ras Eropa yang berbeda.
Pernyataan Dhani juga, menurut Theresia, berpotensi melanggar hak asasi perempuan, mencederai citra, kehormatan, dan kewibawaan DPR, khususnya Komisi X yang mengawal bidang pendidikan.
Shinta Maharani dan Hanin Marwah berkontribusi dalam tulisan ini.