Cap Siswa Nakal Ala Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi

4 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengirimkan siswa nakal ke barak militer. Lantas kriteria seperti apa yang dicap sebagai siswa nakal menurut Dedi?

Dedi membeberkan sejumlah kriteria yang membuat seorang siswa dianggap “nakal” dan layak dikirim ke barak militer. Kategori pertama mencakup siswa yang sering terlibat dalam tawuran, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua, siswa yang diketahui mengonsumsi alkohol atau terlibat dalam aktivitas mabuk-mabukan juga masuk dalam daftar. Selain itu, siswa yang terlalu sering bermain game seperti Mobile Legends hingga begadang, sehingga kesulitan bangun pagi dan malas bersekolah, juga dianggap bermasalah.

Kriteria lainnya adalah perilaku membangkang terhadap orang tua termasuk siswa yang bersikap kasar atau bahkan mengancam keluarga di rumah. Menurut mantan Bupati Purwakarta ini, anak-anak yang kerap menciptakan kekacauan di sekolah dan mengganggu proses belajar juga akan dikirim ke barak militer.  Tak ketinggalan, siswa yang gemar membolos tanpa alasan jelas, bahkan yang meninggalkan rumah namun tidak pernah sampai ke sekolah, juga dianggap memerlukan pembinaan khusus ala militer.

Menurut Dedi, para siswa yang dikirim ke barak militer bukanlah mereka yang baru satu-dua kali melanggar aturan melainkan yang sudah berkali-kali melakukan pelanggaran berat dan tidak berhasil dibina oleh orang tua maupun pihak sekolah. Tujuan utama program ini bukan untuk melatih siswa menjadi militer melainkan untuk membentuk karakter yang lebih baik, membangun kedisiplinan, serta memperbaiki kondisi fisik dan mental mereka.

Selama masa pembinaan enam bulan di barak, para siswa tetap akan menerima pelajaran sebagaimana di sekolah pada umumnya. Namun, mereka juga akan mengikuti jadwal hidup yang lebih terstruktur, mulai dari bangun pagi, membersihkan lingkungan, mengikuti kegiatan belajar, olahraga, hingga latihan fisik dan baris-berbaris. Guru tetap akan memantau perkembangan mereka, dan kebutuhan sehari-hari para siswa akan dijamin oleh pihak penyelenggara.

Setelah program selesai, siswa akan dikembalikan ke orang tua masing-masing dengan harapan sudah mengalami perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dedi mengaku, inisiatif ini muncul dari banyak keluhan orang tua dan guru yang merasa kewalahan menangani anak-anak dengan perilaku negatif. Ia berharap, pendekatan disiplin seperti ini mampu menanamkan rasa tanggung jawab dan memperbaiki kebiasaan buruk para siswa.

Beberapa pihak seperti Komnas HAM dan organisasi perlindungan anak menyarankan program Dedi Mulyadi ini ditinjau kembali karena bertentangan dengan prinsip-prinsip perlindungan anak. Namun, Menteri HAM Natalius Pigai menyatakan bahwa selama tidak ada kekerasan fisik dan program ini murni bertujuan membentuk karakter maka tidak bertentangan dengan hak asasi manusia.

Dian Rahma dan Ervana Trikarinaputri berkontribusi pada penulisan artikel ini

Pilihan Editor: Kepolisian Tangkap Puluhan Massa Aksi Hari Buruh

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |