Indonesia Kerja Sama dengan BUMN Rusia Bangun PLTN

4 hours ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia akan memanfaatkan nuklir sebagai energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN pada 2030.

Agenda menggunakan nuklir sebagai pembangkit listrik sudah dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2025-2030.

“Untuk PLTN kita mulai on itu pada 2030 atau 2032. Jadi mau tidak mau kita harus mempersiapkan semua regulasi yang terkait dengan PLTN,” kata Bahlil saat memimpin sidang Dewan Energi Nasional (DEN), berdasarkan keterangan tertulis, pada Senin, 21 April 2025.

Bahlil menjelaskan bahwa RUPTL sedang dalam berada pada tahapan finalisasi dan akan segera diserahkan kepada Presiden. Rancangan tersebut nantinya berisi rencana Cadangan Energi Penyangga atau CPE.

Kerja Sama dengan BUMN Rusia

Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) menerima Rosatom corp, Badan Usaha Milik Negara Rusia untuk berinvestasi pada sektor industri nuklir melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Dilansir dari

Antara, Musri Mawaledha selaku anggota DEN bersama Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Hugua, selesai melakukan pertemuan dengan Kantor Perwakilan Dagang Rusia di Jakarta dan mengatakan bahwa PLTN tersebut ramah lingkungan, efisien, dan murah secara ekonomi pada Kamis, 17 April 2025.

"Investasi pengembangan PLTN ini 100 persen dari pihak Rosatom yang akan membiayai, tidak akan membebani APBN apalagi APBD," ujar Musri.

Musri menjelaskan bahwa nuclear power plant (NPP) merupakan langkah terbaik dalam menjawab tantangan energi terbarukan saat terdapat kemungkinan terjadi krisis energi dan komitmen Indonesia dalam mengembangkan energi bersih sesuai dengan komitmen global. “"Indonesia sangat potensial dalam pengembangan NPP karena bahan baku yang tersedia serta lokasi yang strategis.”

Sementara itu, Hugua mengungkapkan bahwa pertemuan dengan Kantor Perwakilan Dagang Rusia merupakan bentuk tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya dengan Duta Besar Rusia di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Kepala Kantor Perwakilan Dagang Rusia Alexander Masaltev memfasilitasi pertemuannya dengan pihak Rosatom corp. Hugua mengatakan bahwa dirinya tertarik mengenai penjelasan Rosatom dan DEN.

"Atas nama Gubernur Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, kami sangat tertarik dengan presentasi yang disampaikan pihak Rosatom Rusia. Ini peluang bagi Sulawesi Tenggara untuk menjadi provinsi yang maju," katanya.

Produk Nuklir dan Reaktor Riset

Dilansir dari laman resmi Portal Informasi Indonesia, Indonesia saat ini memiliki tiga reaktor riset yang ditujukan untuk riset bahan bakar nuklir, radiografi neutron, analisis aktivasi neutron, riset berkas neutron, pendidikan ahli nuklir, dan produksi radioisotop.

Reaktor tersebut berlokasi di tiga tempat, yaitu Reaktor Bandung di Bandung, Jawa Barat dengan daya 2 MWth, Reaktor Kartini di Yogyakarta, dengan daya 100 KWth, dan Reaktor G. A Siwabessy, Serpong, Tangerang Selatan berdaya 30 MWth. Saat ini, nuklir tersebut dikelola oleh Badan Nuklir Nasional (BATAN).

Salah satu upaya dalam mengembangkan energi dari nuklir adalah membangun kerja sama dengan Rosatom State Atomic Energy Corporation oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

“Kita berharap kerja sama dengan Rosatom bisa mempercepat laju pengembangan teknologi dalam produksi radioisotop, yang menjadi concern (perhatian) kita, baik berbasis reaktor maupun akselerator,” kata Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimeteri (PRTRRB) BRIN Tita Puspitasari pada Minggu 13 Oktober 2024.

Nandito Putra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: BRIN dan BMKG Kaji Potensi Ancaman Tsunami di Lokasi PLTN

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |