TEMPO.CO, Jakarta - Kebotakan atau penipisan rambut yang dialami banyak orang membuat mereka memutuskan untuk melakukan transplantasi rambut. Tak sedikit tokoh publik Tanah Air berbondong-bondong ke Turki untuk melakukan prosedur tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter Spesialis Dermatovenereologi & Estetika; Scalp & Hair Expert Klinik Permata Wong, Jakarta Selatan Ivan Wong menjelaskan, kebotakan adalah hal yang sangat umum terjadi, baik di pria maupun wanita. Kebotakan dapat menimbulkan kesan penuaan dini sehingga tentu akan memberikan dampak yang signifikan pada penampilan dan kepercayaan diri seseorang.
Lebih lanjut, Ivan Wong, menuturkan bahwa kebotakan pada dasarnya berhubungan erat dengan kondisi genetik, namun juga dipengaruhi antara lain oleh faktor lingkungan, stres, dan kesehatan kulit kepala.
Transplantasi rambut sendiri merupakan metode memindahkan folikel atau akar rambut dari area donor (umumnya berada di kepala bagian belakang) ke bagian yang botak (bisa di kepala bagian atas, bagian depan atau hairline, atau area lain seperti kumis, jenggot, jambang dan alis). Menurut Ivan, pada saat proses pemindahan rambut ini, biasanya layanan di hampir semua klinik kecantikan dunia akan melakukan pola pencukuran terlebih dahulu di area donor.
Hal ini tentu saja akan mempengaruhi penampilan. Namun Ivan Wong mengatakan cara transplantasinya yang tanpa cukup bisa menghasilan rambut yang natural dan tidak tampak seperti menggunakan wig. "Dengan teknik tanpa cukur ini, tidak diperlukan pencukuran sama sekali pada area donor, sehingga setelah tindakan pasien dapat beraktivitas normal dengan lebih mulus,” ujar Ivan Wong.
Lalu, kapan seseorang perlu melakukan transplantasi rambut?
Ivan waktu terbaik orang melakukan transplantasi rambut adalah saat rambut mulai menipis di area depan garis rambut atau daerah tengah kepala alias ubun-ubun. Selain itu, bagi yang dahinya lebar, garis rambut depan juga bisa diturunkan sehingga tampak lebih muda. "Transplantasi rambut pun bisa dilakukan di daerah pitak akibat luka. Atau, transplantasi rambut juga bisa untuk orang yang ingin membuat atau menebalkan alis dan jenggot,” kata Ivan Wong.
Ivan Wong melanjutkan, mayoritas pasien transplantasi rambut yang pernah dia tangani adalah penipisan rambut atau kebotakan, baik di daerah depan maupun tengah, baik pada pria maupun wanita. “Beberapa kasus lain yang pernah kami tangani adalah penanaman janggut dan alis. Tingkat keberhasilan yang kami targetkan adalah 90-95 persen rambut yang ditanam akan tumbuh,” katanya.
Suami Tya Ariestya, Irfan Ratinggang, merupakan salah satu tokoh publik yang telah merasakan langsung manfaat dari metode Transplant Rambut Tanpa Cukur di Klinik Permata Wong. "Saya memilih metode tanam rambut tanpa cukur karena setelah perawatan tidak ada bekas yang terlihat, sehingga saya bisa langsung beraktivitas seperti biasa. Pengalaman saya juga sangat nyaman, tindakan yang dilakukan tetap dalam batas wajar dan tanpa rasa sakit,” kata Irfan.
“Sekarang, saya merasa jauh lebih percaya diri karena rambut kecil mulai tumbuh menutupi area yang sebelumnya tipis, terutama di bagian depan yang kini tampak lebih maju dan natural. Saya sangat puas dengan hasilnya dan pasti akan merekomendasikan treatment ini kepada teman-teman yang memiliki masalah serupa,” sambung Irfan.
Ivan Wong mengklaim para pasien akan dilakukan asesmen terlebih dahulu untuk menentukan bentuk garis rambut dan perawatan pasca tindakan. "Supaya hasil tanam rambut bisa tetap optimal dalam jangka panjang,” katanya.
Selain itu, menurutnya, teknik tanam rambut tanpa cukur sama sekali ini membutuhkan keahlian khusus, sehingga sangat sedikit dokter yang dapat mengerjakannya dengan baik. Ivann mengklaim pelayanan tanam rambut tanpa cukur pada transplantasi rambut baru ada di kliniknya. "Tentu juga karena dilakukan di Indonesia, monitoring dan perawatan pasca tindakan dapat dilakukan dengan optimal. Selain itu waktu dan biaya akan lebih efisien karena tidak harus bepergian ke luar negeri,” kata Ivan Wong.