Eks Telemarketer Ungkap Cara Situs Judi Online Mencari Mangsa

12 hours ago 10

TEMPO.CO, Jakarta - Intan, bukan nama sebenarnya, baru saja kembali dari Kamboja. Dua bulan ia berada di negeri Angkor Wat itu bekerja di perusahaan judi online.

Selama bekerja di perusahaan judi online di Kamboja, perempuan 32 tahun asal Cianjur ini menjadi seorang telemarketer. Tugasnya mencari pemain baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya kemarin tinggal follow up kontak-kontak yang diberikan (atasan) dan mengajak mereka untuk bergabung ke situs kami melalui aplikasi perpesanan,” katanya saat ditemui Tempo di bilangan Jakarta Barat pada Kamis, 1 Mei 2025, satu hari usai ia mendarat di Indonesia.

Dalam pertemuan itu, Intan menceritakan rincian tugas yang ia lakukan selama bekerja di sana. Telemarketer di industri judi online, kata dia, bertugas mencari ID atau pengguna untuk bergabung dengan situs mereka sebagai anggota baru. “Kalau saya kemarin tinggal follow up kontak-kontak yang diberikan (atasan) dan mengajak mereka untuk bergabung ke situs kami melalui aplikasi perpesanan,” tuturnya.

Setiap telemarketer diminta menghubungi para target menggunakan 20 gawai yang berbeda. Banyaknya gawai yang digunakan untuk menyiasati kemungkinan munculnya gangguan, spam, hingga pemblokiran.

Perusahaannya juga menyediakan satu gawai lain khusus berisi data-data warga Indonesia pemain judi online. Data itu berupa nomor telepon dan identitas pemilik. “Kami tinggal copy paste (data tersebut) untuk dimasukkan ke handphone kami untuk follow up,” ujarnya. 

Intan dan tim telemarketing ditargetkan menggaet sebanyak 150 pemain setiap bulan. Untuk mencapai target, Intan mengiming-imingi targetnya dengan janji memberikan kemenangan

Untuk meyakinkan korban, Intan biasanya memperkenalkan diri terlebih dahulu lewat pesan-pesan yang mereka kirim. “Kalau pesan berbalas, baru kami ajak ngobrol. Bisa telepon, tapi tdak bisa video call,” kata ibu tiga anak tersebut.

Seluruh pekerja di sana, baik perempuan atau laki-laki, memiliki nama samaran yang ditetapkan perusahaan. Nama-nama yang diberikan identik dengan identitas seorang perempuan.

Saat beraksi, para pekerja juga menggunakan akun dengan foto orang lain. Umumnya foto perempuan. “Mungkin karena perempuan memiliki daya tarik yang lebih besar, ya, jadi lebih gampang menarik pengguna," ujar Intan.

Jika para target setuju untuk bergabung, Intan akan meminta mereka untuk memberikan deposito awal minimal Rp 100 ribu. Nominal ini termasuk besar untuk mendaftar menjadi pemain di sebuah situs judi online. Menurut dia, banyak situs yang mematok deposito dengan angka yang jauh lebih kecil, Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. “Karena target memang sering kali berasal dari masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah,” kata dia.

Putuskan Kabur dari Perusahaan

Intan memilih kabur dari perusahaan judi online tempatnya bekerja setelah gaji yang didapat jauh lebih kecil dari penawaran yang diberikan.

Saat menjalani wawancara kerja, dia dijanjikan gaji Rp 6 juta selama tiga bulan pertama kerja. Setelah itu, pemberi kerja menjanjikan ada tambahan gaji Rp 500 ribu pada bulan-bulan selanjutnya. "Kenyatannya, gaji pertama yang saya terima hanya Rp 1,5 juta dan Rp 500 ribu untuk gaji saya di bulan kedua,” katanya.

Di samping jumlah upah kerja yang tidak sesuai, terdapat perbedaan ketentuan lama jam kerja dari yang disebutkan dalam kesepakatan dengan kenyataan yang ia jalani. “Di perjanjiannya, jam kerjanya mulai pukul 12 siang hingga 12 malam, tapi kenyataannya, saya sudah mulai kerja pukul 11 siang sampai pukul 2 hingga 3 pagi,” tuturnya.

Ketidaksesuaian tersebut yang membawa Intan untuk melaporkan pengalamannya ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Phnom Penh pada 8 April 2025. Ia perlu melalui proses mediasi dengan perusahaan judol tempat ia bekerja sebelum diizinkan kembali ke Indonesia menggunakan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |