TEMPO.CO, Jakarta - Kasus keracunan massal terjadi di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jumlah korban dilaporkan mencapai 160 orang, dengan 44 orang di antaranya masih menjalani perawatan intensif di Puskesmas maupun rumah sakit.
Informasi terbaru mengenai jumlah korban itu disampaikan Kepala Puskesmas Gantiwarno Andi Markoco. Menurutnya, data warga terdampak keracunan massal tersebut diperoleh berdasarkan hasil penyisiran yang dilakukan oleh tim medis Puskesmas Gantiwarno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Misalnya ada pasien yang sakit tapi belum melapor. Jadi dari hari pertama hingga sweeping yang kami lakukan hingga saat ini totalnya ada 160 warga yang terdampak. Adapun yang dirawat ada 44 orang. Untuk data pasien yang masih dirawat atau sudah diperbolehkan pulang nanti kami update kembali," ucap Andi kepada wartawan, Kamis, 17 April 2025.
Andi mengungkapkan kondisi warga terdampak keracunan massal itu kini sudah berangsur membaik, begitupun untuk warga yang menjalani rawat jalan. Lebih lanjut, berikut fakta-fakta mengenai kasus keracunan di Klaten.
Kronologi Keracunan Massal
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Syahruna mengungkapkan lebih dari 100 warga Desa Karangturi mengalami keracunan setelah menghadiri pementasan wayang kulit dalam acara halalbihalal yang digelar di RT 13, RW 4, Dukuh Bendungan pada Sabtu malam, 12 April 2025.
Gejala keracunan mulai dirasakan warga keesokan harinya, Ahad, 13 April. Beberapa warga yang menghadiri acara tersebut merasakan mual dan pening. Dugaan sementara, penyebabnya berasal dari makanan yang disajikan saat acara berlangsung. "Pada Senin, rasa mual dan pening dirasakan oleh semakin banyak warga, dan akhirnya dilaporkan ke perangkat desa," ujar Syahruna pada Selasa, 15 April 2025.
Merespons kejadian tersebut, tim dari Puskesmas, Dinas Kesehatan, BPBD, TNI, serta Polres Klaten langsung turun ke lapangan. Aparatur dari Kecamatan Gantiwarno dan Desa Karangturi turut membantu dalam proses identifikasi korban.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, tercatat ada 103 orang yang mengalami gejala seperti diare, muntah, dan demam. Dari jumlah itu, 31 warga dirujuk ke rumah sakit, sementara sisanya ditangani di Pos Kejadian Luar Biasa yang didirikan di lokasi kejadian.
Penyebab Keracunan Masih Menunggu Hasil Uji Lab
Mengenai penyebab kasus keracunan massal tersebut, Syahruna menjelaskan proses penyelidikan akan dilakukan oleh tim Laboratorium Forensik Polri bersama Inafis dari Polres Klaten. "Atas petunjuk Kapolres Klaten, agar dilakukan pos pemantauan lebih lanjut atas kejadian ini di lokasi RT 13 RW 4 tersebut," tuturnya. Selain itu, tim dari BPBD Klaten juga akan terus melakukan pemantauan kondisi di lapangan.
Camat Gantiwarno, Veronica Retno Setyaningsih, menyampaikan pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab utama keracunan. Sampel makanan telah diambil beberapa hari sebelumnya dan kini tengah diuji untuk mengetahui kandungan yang memicu kejadian tersebut.
Balai Desa Siapkan Pelayanan Pengobatan
Di hari keempat setelah peristiwa keracunan massal, Veronica Retno menyampaikan posko penanganan di wilayah Dukuh Bendungan resmi ditutup karena situasi dinilai mulai membaik. Meski begitu, pelayanan kesehatan bagi warga yang terdampak tetap diberikan di balai desa.
"Alhamdulillah saat ini tidak ada penambahan kasus baru. Tapi kami tetap melayani. Yang kemarin sudah diobati tapi belum sembuh tetap kami layani di balai desa nakesnya sudah ready. Untuk yang membutuhkan perawatan khusus dilayani di Puskesmas yang dibuka 24 jam," kata Retno, Kamis.
Ia mengimbau warga yang masih merasakan gejala agar menghubungi petugas atau tenaga kesehatan. Retno mencontohkan, jika obat yang diberikan telah habis namun kondisi belum membaik, atau jika muncul kasus baru, warga diminta untuk segera melapor. "Kan, yang namanya keracunan itu daya tahan tubuh manusia berbeda-beda. Ada yang langsung berhasil atau belum. Bagi yang belum ini silakan melapor," tuturnya.
Korban Meninggal adalah ODGJ
Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo mengungkapkan dalam insiden keracunan massal tersebut, satu orang dinyatakan meninggal. Dia adalah Suparno yang diduga merupakan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang kerap hadir dalam acara-acara di desa tersebut.
"Menurut informasinya, beliau ODGJ yang ikut menikmati sajian yang ada. Beliau ini memang kalau ada acara pasti datang. Di sisi lain, beliau ini ternyata rajin, sregep bantu-bantu, cuci piring, dan segala macam," ungkap Hamenang saat meninjau lokasi keracunan massal bersama jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Selasa, 15 April 2025..
Ia menuturkan saat acara, Suparno mendapatkan dua nasi boks. Satu boks disantap Suparno pada saat acara berlangsung, satu boks lagi akan diberikan kepada istrinya. "Tapi karena acara wayangan selesai jam setengah 3 pagi, istri masih tidur kemudian dimakan sendiri dan ternyata kemudian mengalami sesak napas," kata dia.
Korban sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis, namun nyawanya tak tertolong. Atas kejadian itu, Hamenang menyampaikan turut berduka cita kepada keluarga korban. Ia juga memberikan bantuan untuk korban berupa uang dan sembako.
"Semoga bisa meringankan bagi keluarga korban. Dan kami berpesan kepada ibu (istri Suparno) agar ikhlas, tentu ini yang terbaik karena ini takdir Gusti Allah dan tidak ada yang mau musibah. Kami juga mendoakan agar korban husnul khotimah," ucapnya.
Dikategorikan Sebagai KLB
Hamenang menyatakan insiden keracunan massal yang menimpa warga Desa Karangturi dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Meski begitu, ia menegaskan penanganan terhadap kasus ini telah dilakukan secara cepat dan berada dalam kendali.
"Ini kasus luar biasa, tapi ditangani jadi masih dalam kontrol. Kami menunggu asesmen dari Dinkes dan BPBD. Syukur-syukur hari ini langsung dicabut," ujar dia, Selasa.
Sebagai bentuk respon lanjutan, pada Kamis, 17 April 2025, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah juga menyalurkan bantuan sosial bagi para warga yang terdampak kejadian tersebut.
Septia Ryanthie berkontribusi dalam penulisan artikel ini.