Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi Tekanan Darah Rendah

7 hours ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan darah rendah atau hipotensi kerap dianggap remeh karena gejalanya sering kali datang tanpa disadari. Tapi saat tubuh tak lagi mampu berkompensasi, keluhan ringan seperti pusing atau pandangan buram bisa berubah jadi kondisi yang membahayakan.

Namun, ketika gejala muncul, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan membahayakan nyawa. Tekanan darah dikatakan rendah jika berada di bawah 90/60 mmHg. Bila dibiarkan, aliran darah ke organ vital bisa terganggu dan menimbulkan masalah yang lebih serius.

Gejala Tekanan Darah Rendah

Gejala utama dari tekanan darah rendah biasanya muncul ketika aliran darah ke otak dan organ vital tidak mencukupi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari laman Cleveland Clinic dan WebMD, berikut beberapa tanda yang umum dirasakan ketika tekanan darah rendah:

1. Pusing dan Pandangan Kabur

Ketika tekanan darah turun drastis, suplai oksigen ke otak ikut menurun. Akibatnya, seseorang bisa merasa ringan di kepala, sulit fokus, hingga penglihatan menjadi kabur.

2. Kelelahan Berlebihan dan Lemas

Tubuh terasa lemah, letih, dan tidak bertenaga karena jaringan tidak mendapat pasokan darah dan oksigen yang cukup.

3. Pingsan

Pada kasus yang lebih serius, tekanan darah rendah bisa menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran secara tiba-tiba.

4. Mual dan Jantung Berdebar

Hipotensi juga bisa menimbulkan sensasi mual, muntah, hingga detak jantung yang terasa terlalu cepat atau tidak beraturan.

5. Kulit Pucat dan Dingin

Sirkulasi darah yang tidak optimal bisa membuat kulit tampak lebih pucat dan terasa dingin, terutama di ekstremitas seperti tangan dan kaki.

Penyebab Tekanan Darah Turun

Menurut laman Cleveland Clinic, ada banyak faktor yang dapat memicu penurunan tekanan darah, baik bersifat sementara maupun kronis. Di antaranya:

  • Kehilangan cairan tubuh karena muntah, diare, atau perdarahan besar bisa menyebabkan volume darah menurun drastis.
  • Beberapa obat seperti diuretik, antidepresan, atau pengobatan Parkinson dapat menurunkan tekanan darah sebagai efek samping.
  • Gangguan pada irama jantung, serangan jantung, hingga penyakit tiroid dan Addison’s disease dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
  • Reaksi alergi ekstrem dapat menyebabkan pembuluh darah melebar secara tiba-tiba, memicu penurunan tekanan darah yang berbahaya.

Jenis-Jenis Hipotensi

Ada beberapa tipe hipotensi yang dikenal dalam dunia medis. Salah satunya adalah hipotensi ortostatik, yakni penurunan tekanan darah yang terjadi saat seseorang berdiri dari posisi duduk atau berbaring. Jika tekanan tetap rendah selama lebih dari tiga menit setelah berdiri, kondisi ini bisa memicu pusing atau bahkan pingsan. 

Jenis lainnya adalah hipotensi postprandial yang umum dialami lansia. Tekanan darah turun satu hingga dua jam setelah makan besar karena aliran darah terkonsentrasi ke sistem pencernaan. 

Ada juga hipotensi karena gangguan sistem saraf otonom, seperti pada pasien Parkinson atau penderita diabetes dengan kerusakan saraf. Pada kasus yang lebih langka, tekanan darah bisa turun saat sedang berbaring, kondisi yang disebut multiple system atrophy dengan hipotensi ortostatik. Masing-masing tipe ini punya mekanisme berbeda, tapi semuanya bisa menimbulkan gejala yang sama jika tidak dikenali sejak awal.

Cara Mengatasi Tekanan Darah Rendah

Langkah pertama adalah mengidentifikasi penyebabnya. Jika disebabkan oleh obat, dokter mungkin akan mengubah dosis atau mengganti jenis obat. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi darah rendah adalah sebagai berikut. 

  • Perbaiki pola makan dan hidrasi dengan menambah asupan garam sesuai anjuran dokter dan memperbanyak konsumsi air putih bisa membantu menaikkan tekanan darah.
  • Gunakan stoking kompresi. Alat ini membantu mendorong darah kembali ke tubuh bagian atas, mencegah darah mengumpul di kaki.
  • Bangun secara perlahan. Hindari berdiri mendadak dari posisi duduk atau berbaring untuk mencegah pusing mendadak.
  • Makan dalam porsi kecil dan kurangi karbohidrat, berguna untuk mencegah tekanan darah turun setelah makan, terutama bagi lansia.
  • Jika mengalami gejala berat seperti pingsan, denyut jantung tak beraturan, atau kesulitan bernapas, segera konsultasikan ke dokter.

Hipotensi yang berlangsung terus-menerus dan disertai gejala bisa menjadi tanda penyakit serius, seperti gagal jantung, syok septik, atau pendarahan internal. Jika tekanan darah turun tiba-tiba dan disertai kulit pucat, napas cepat, serta denyut nadi lemah, kondisi ini bisa mengarah pada syok dan memerlukan pertolongan medis segera.

Menjaga tekanan darah tetap stabil penting untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Jika tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda hipotensi, sebaiknya segera dikenali dan ditangani. Sebab, kesehatan yang tampak sepele hari ini bisa jadi persoalan besar di kemudian hari.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |