Hari Jadi ke-279 Sragen : Nostalgia Irama Jadul Bangkitkan Semangat Gen Z Menghayati Atmosfer Tempo Dulu

9 hours ago 8

Trend Dangdut Jadul Menggema di Festival Hari Jadi ke - 279 Kabupaten Sragen || dok Pemkab SragenTrend Dangdut Jadul Menggema di Festival Hari Jadi ke - 279 Kabupaten Sragen || dok Pemkab Sragen

SRAGEN,JOGLOSEMARNEWS.COM – Suasana berbeda terasa di sejumlah desa di Kabupaten Sragen dalam beberapa pekan terakhir. Sebuah gelombang nostalgia musik dangdut klasik kembali menggema lewat pentas budaya yang digelar dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-279 Kabupaten Sragen. Namun yang mencuri perhatian bukan hanya alunan musik era 70-an dan 80-an, melainkan juga antusiasme generasi muda yang tak disangka begitu menghayati atmosfer tempo dulu.

Festival Seni Budaya yang digelar Pemerintah Kabupaten Sragen ini tak sekadar menjadi ajang peringatan hari jadi, tetapi juga momentum kebangkitan orkes melayu dengan sentuhan klasik. Sejumlah desa seperti Kadipiro, Srimulyo, Jambanan, dan Sidodadi telah menjadi tuan rumah dari pertunjukan yang kini ditunggu-tunggu warga. Gelaran ini rencananya masih akan berlanjut di Desa Sambiduwur, Kecamatan Tanon, pada Selasa (13/5/2025).

Panggung sederhana, lagu-lagu lama, dan busana ala 80-an menjadi magnet tersendiri. Dari celana cutbrai, kemeja bermotif mencolok, hingga sepatu pantofel dan kacamata hitam, para penonton bahkan datang dengan gaya totalitas. Tidak sedikit pula yang membawa atribut lawas seperti radio usang dan pompa sepeda sebagai pelengkap penampilan.

Yang lebih mencengangkan, banyak remaja usia belasan hingga 20-an tahun ikut tenggelam dalam dentuman kendang fiber dan petikan mandolin. Mereka bukan sekadar menonton, tetapi turut berdendang, berjoget, dan larut dalam nuansa musik yang mungkin belum pernah mereka alami sebelumnya.

Kehadiran Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, dan Wakil Bupati Suroto menambah semarak suasana. Keduanya bahkan sempat naik ke panggung dan berdendang bersama, membawakan lagu-lagu legendaris seperti Tamban Ban, Singkong dan Keju, hingga Sekuntum Mawar Merah. Dengan gaya joget khas era lawas, mereka menunjukkan bahwa dangdut jadul mampu menyatukan semua kalangan.

Menurut Bupati Sigit, kembalinya musik dangdut klasik ini mencerminkan kerinduan masyarakat terhadap hiburan yang sederhana dan merakyat. Ia menilai, genre ini justru mampu meruntuhkan stigma negatif terhadap musik dangdut selama ini.

“Banyak yang ingin bernostalgia, tapi yang mengejutkan, banyak juga anak muda yang penasaran dan akhirnya jatuh cinta,” ujarnya dalam sebuah pernyataan di Desa Jambanan, Selasa (6/5/2025).

Ia juga menyampaikan kekagumannya karena penonton terlihat benar-benar menikmati pertunjukan tanpa terganggu gawai. “Terlihat tidak banyak yang sibuk dengan ponsel mereka, semua asyik bernyanyi dan menikmati. Tidak ada gerakan joget yang mengganggu, semuanya tampak sederhana, dan penuh kebahagiaan,” tutupnya. (*)

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |