REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap kasus financial scam atau penipuan keuangan digital di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi atau Kiki menyampaikan dalam data OJK periode November 2024 hingga September 2025 terdapat 274.722 laporan scam atau rata-rata 874 laporan setiap hari.
"Total kerugian masyarakat sudah Rp7 triliun," ujar Kiki saat pembukaan Financial Expo Bulan Inklusi Keuangan 2025 di Rita Supermall, Kecamatan Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (18/10/2025).
Kiki memaparkan jumlah laporan scam di Indonesia melampaui negara-negara lain seperti Kanada sebanyak 138.197 laporan atau 217 laporan per hari, Malaysia dengan 253.553 laporan atau 242 laporan per hari. Kemudian, ada Hong Kong sebanyak 65.240 laporan kasus per hari dan Singapura sebanyak 51.501 laporan scam sepanjang periode 2024.
Kiki menyampaikan terdapat setidaknya sepuluh modus scam terbesar, mulai dari transaksi belanja online, mengaku pihak lain (fake call), investasi, penawaran kerja, penipuan undian, hingga penipuan melalui media sosial. Kemudian, ada modus phising, social engineering, pinjaman online fiktif, serta APK Ilegal via WhatsApp.
"Penipuan transaksi belanja online yang banyak menjadi korban itu ibu-ibu," ucap Kiki.
Kiki pun meminta masyarakat mewaspadai modus mengaku atau menyerupai pihak lain (fake call) dengan AI. Kiki bahkan pernah mengalami serangan scam model ini, namun langsung menyadari potensi penipuan.
"Saya sudah tahu itu scam menggunakan AI, wajahnya sama, ucapan berbeda, tapi khawatirnya semakin lama inovasi teknologi juga semakin besar, orang bisa menyerupai dengan sangat mirip. Dan ini adalah hal-hal yang perlu kita antisipasi bersama," sambung Kiki.
Kiki menyampaikan tingginya intensitas keuangan digital di Indonesia merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan dalam mengantisipasi ancaman scam. Kiki menyebut tingkat literasi dan inklusi keuangan menjadi benteng tangguh masyarakat dalam membendung ancaman berbagai modus scam.
"PR kita semua meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Tingkat literasi sudah mencapai 66,46 persen. Tingkat inklusi industri yang diawasi OJK itu sudah 80 persen. Sementara yang mencakup berbagai hal lainnya sudah mencapai 92 persen," kata Kiki.