TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi III DPR Habiburokhman mengunggah video ucapan terima kasih kepada Polri di akun Instagram resminya @habiburokhmanjkttimur pada Senin, 24 Februari 2025.
“Untung ada polisi. Coba kita bayangkan, di suatu malam, kota tanpa penjaga. Jalanan macet, kejahatan merajalela, dan orang-orang hidup dalam ketakutan,” kata dia dalam potongan video tersebut. Habiburokhman telah mengizinkan Tempo mengutip pernyataan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam video tersebut, Habiburokhman menyebut polisi sebagai sosok penegak hukum. Ia menilai, polisi memiliki tugas yang berat. Tidak hanya menjaga ketertiban masyarakat, tetapi juga menjadi pelindung bagi masyarakat di saat-saat sulit.
“Saya ingat ya, saat pandemi Covid-19 melanda. Ketika semua orang cemas, rumah sakit penuh dan bantuan harus segera disalurkan, untung ada polisi, mereka garda terdepan,” ucap Wakil Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Habiburokhman juga mengatakan, polisi sangat sering bekerja di luar panggilan tugas mereka. Seperti membantu korban terdampak banjir, mengawasi perjalanan mudik, mengawal proses pemilu, hingga memberikan bantuan kepada anak-anak yang miskin dan terlantar.
Ia juga menyinggung bagaimana peran polisi membantu terungkapnya kasus kekerasan seksual yang marak terjadi. Menurut Habiburokhman, polisi berhasil menjawab kerumitan dalam kasus-kasus tersebut dan menghukum para pelaku dengan setimpal.
“Untung ada polisi, mereka bisa mengungkap kasus-kasus tersebut yang tingkat kerumitannya sangat amat tinggi. Sehingga para pelaku dari berbagai profesi, orang-orang biadab tersebut bisa diseret untuk dimintai pertanggungjawabannya,” ujarnya kembali.
Unggahan video tersebut kemudian mendapat respon dari warga digital. Dalam kolom komentar, terlihat beberapa komentar justru mempertanyakan klaim dari Habiburokhman. Kebanyakan dari mereka menunjukkan ketidakpercayaannya terhadap institusi kepolisian.
“Maaf, pak. Kata bapak untung ada polisi, hukum tegak. Tapi nyatanya adik saya dibantai oleh polisi dengan tembakan gas air mata yang sampai saat ini penembaknya masih dilindungi,” tulis akun @yunilestari5234.
Ketika dikonfirmasi maksud dari unggahan tersebut, Habiburokhman mengatakan bahwa pernyataannya itu merupakan bagian dari kebebasan berekspresi. Ia ingin masyarakat menilai kinerja polisi secara obyektif.
"Kita harus obyektif dalam menilai kinerja Polri," katanya ketika dihubungi lewat aplikasi perpesanan pada Selasa, 25 Februari 2025.
Sebelumnya, institusi kepolisian memang sedang banyak disorot oleh publik, terutama setelah band bergenre punk Sukatani mengunggah permintaan maaf mereka kepada institusi tersebut. Sukatani meminta maaf terkait lagu buatan mereka “Bayar Bayar Bayar” yang mengkritik keras polisi.
Dugaan represi atau penekanan dari anggota kepolisian terhadap band Sukatani juga sempat mencuat. Media sosial Indonesia dihebohkan dengan kabar dugaan penangkapan dua personel band Sukatani.
Namun, gitaris band tersebut, Muhammad Syifa Al Lutfi membantah isu tersebut melalui story atau cerita WhatsApp (WA)-nya. Tempo menerima tangkapan layar status tersebut. "Gaes kami berdua aman, sedang dalam perjalanan menuju rumah menggunakan kereta, terima kasih," tulis Syifa dalam status WA-nya.
Tak lama setelah kejadian tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengajak band Sukatani menjadi Duta Polri guna perbaikan institusi serta mencegah terjadinya perilaku personel yang masih menyimpang. Karena itu, Sigit pun berharap band Sukatani berkenan dijadikan duta atau juri untuk institusi Polri.
"Nanti kalau band Sukatani berkenan, akan kami jadikan juri atau band duta untuk Polri terus membangun kritik demi koreksi dan perbaikan terhadap institusi," ucap Sigit dalam keterangan resminya, Ahad, 23 Februari 2025.
Linda Trianita ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.