TEMPO.CO, Jakarta - Minyak goreng kemasan MinyaKita tengah ramai dan jadi bahan obrolan di segenap penjuru negeri. Maklum, minya goreng merupakan salah satu bahan pokok dalam memasak yang hampir selalu ada di dapur rumah tangga Indonesia.
Selain memberikan rasa yang nikmat, minyak goreng juga berperan dalam proses memasak berbagai hidangan, seperti menumis, memanggang, hingga menyajikan hidangan penutup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, tidak semua minyak memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan. Beberapa jenis minyak goreng mengandung senyawa yang tidak baik dicerna tubuh.
Dikutip dari WebMD, ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan ketika memilih minyak goreng sehat.
Berikut kiat memilih minyak goreng sehat.
1. Dominasi asam lemak dalam minyak goreng
Semua minyak goreng mengandung berbagai jenis asam lemak, seperti asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) seperti omega-3 dan omega-6, serta asam lemak jenuh (SFA) dalam proporsi yang berbeda. Kandungan dominan dalam minyak memengaruhi stabilitasnya ketika dipanaskan dan dampaknya terhadap kesehatan
MUFA cenderung menghasilkan produk sampingan dari oksidasi lipid, sedangkan PUFA rentan terhadap degradasi disebabkan stabilitasnya yang rendah. Di sisi lain, SFA adalah jenis lemak yang paling stabil terhadap panas, tetapi berpotensi menimbulkan kadar kolesterol LDL.
Minyak goreng sehat umumnya memiliki kadar lemak jenuh yang lebih rendah dari pada kandungan lemak tak jenuh, sebagaimana dilansir dari situs Cleveland Clinic.
2. Proses ekstraksi dan pemurnian
Semakin sedikit minyak gorengan melewati proses pemurnian, semakin baik kualitas nutrisinya. Psikiater nutrisi lulusan Harvard dan penulis This Is Your Brain on Food, Uma Naidoo, menyarankan untuk menggunakan minyak yang tidak dimurnikan atau hanya melalui proses pemurnian alami. Proses ini mempertahankan lebih banyak nutrisi, fitokimia, serta cita rasa alami minyak.
Beberapa jenis minyak goreng biasanya tidak dimurnikan, seperti minyak zaitun, alpukat, serta minyak dari biji-bijian dan kacang-kacangan. Minyak tersebut diekstraksi menggunakan metode cold-pressed atau expeller-pressed tanpa melalui proses pemurnian kimiawi. Sedangkan minyak yang sangat murni sering kali diproduksi dengan pelarut kimia, serta melalui pemanasan dan tekanan tinggi untuk menghilangkan kotoran yang dapat menimbulkan rasa yang tidak diinginkan atau titik asap yang lebih rendah.
Namun, proses pemurnian tersebut berisiko merusak struktur lemak dan menghasilkan produk sampingan oksidasi lipid serta mengurangi kandungan fitokimia dan nutrisi secara signifikan. Oleh karena itu, minyak goreng yang tidak dimurnikan atau diproses secara alami cenderung lebih sehat dibandingkan minyak yang melewati berbagai proses pemurnian minyak.
3. Titik asapnya
Terakhir, perhatikan titik asap minyak. Setiap minyak memiliki susunan kimia yang unik, jadi ada yang tepat digunakan untuk menumis, membakar, hingga minyak yang digunakan tanpa panas.
Menurut WebMD, pemanasan minyak melewati titik asap dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas pro-inflamasi dan senyawa yang disebut akrolein, yang sering dikaitkan sebagai penyebab berbagai penyakit kronis.
Perlu diperhatikan saat memilih minyak goreng sehat, umumnya minyak olahan memiliki titik asap yang tinggi, tetapi itu tidak selalu berarti lebih sehat. Selain itu, tidak semua jenis masakan mengggunakan minyak goreng dengan titik asap tinggi.
Pilihan editor: Profil 3 Produsen MinyaKita yang Diduga Terlibat Penyunatan Isi Kemasan MinyaKita