Kisah Kemacetan Parah di Tanjung Priok

3 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Kemacetan panjang terjadi di Terminal NPCT 1 Pelabuhan Tanjung Priok pada Kamis, 17 April 2025, akibat lonjakan volume kendaraan yang melakukan aktivitas receiving dan delivery peti kemas.

Juru bicara Gubernur DKI Jakarta, Chico Hakim, menjelaskan bahwa kemacetan tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah truk yang keluar-masuk pelabuhan hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Biasanya, ada sekitar 2.500 truk yang beroperasi setiap hari, namun pada hari itu jumlahnya melonjak menjadi 4.000 unit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Chico menyebut peningkatan ini terjadi karena penumpukan arus barang peti kemas dan aktivitas bongkar muat yang bertepatan dengan masa arus mudik Lebaran serta setelah diberlakukannya pembatasan lalu lintas barang.

Ia juga menyoroti dampak negatif dari kemacetan tersebut, salah satunya adalah potensi munculnya praktik pungutan liar oleh oknum preman terhadap sopir truk yang tengah mengantre masuk atau keluar dari kawasan pelabuhan.

Pelindo Meminta Maaf Atas Kemacetan

PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menyampaikan permohonan maaf atas kemacetan panjang yang terjadi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Kamis, 17 April 2025.

Executive General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok Adi Sugiri, menjelaskan bahwa lonjakan aktivitas pengiriman barang terjadi bersamaan dengan berakhirnya masa arus mudik Lebaran dan usai diberlakukannya pembatasan lalu lintas barang. Selain itu, peningkatan volume juga dipicu oleh upaya percepatan kegiatan sebelum memasuki masa libur bersama yang berlangsung dari Jumat hingga Minggu pekan ini.

Adi menegaskan bahwa kemacetan tersebut bukan disebabkan oleh gangguan sistem, melainkan murni karena tingginya aktivitas bongkar muat di pelabuhan. “Kami menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat, mitra, dan pihak terkait atas dampak kemacetan yang terjadi akibat lonjakan kegiatan di Pelabuhan Tanjung Priok,” ujar Adi dalam pernyataan tertulisnya pada Kamis.

Tanggapan Gubernur Jakarta Pramono Anung

Gubernur Jakarta Pramono Anung menilai bahwa permintaan maaf dari Pelindo tidak cukup untuk menyelesaikan masalah kemacetan yang terjadi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Pramono menegaskan bahwa Pelindo harus memikul tanggung jawab penuh atas kemacetan di Terminal NPCT 1 yang telah berlangsung selama beberapa hari. “Pelindo memang sudah menyampaikan permintaan maaf kepada kita semua, tetapi bagi saya itu belum memadai,” ujar Pramono saat memberikan keterangan di Balai Kota Jakarta, Sabtu, 18 April 2025.

Ia menilai pihak pengelola lalai dalam mengatur lalu lintas keluar-masuk truk di kawasan pelabuhan, yang menyebabkan terjadinya antrean panjang dan kemacetan parah.

Mantan Menteri Sekretaris Kabinet di era Presiden Joko Widodo atau Jokowi itu telah memerintahkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk memberikan teguran tegas kepada Pelindo. Bahkan, ia berencana untuk mengirim surat langsung kepada jajaran direksi Pelindo. Langkah ini diambil agar kemacetan panjang yang terus berlanjut tidak terulang lagi.

"Dampak kemacetan terhadap pengguna transportasi di Jakarta sangat besar," kata Pramono.

Ia juga mendesak Pelindo untuk segera mengatasi masalah kemacetan di sekitar kawasan Pelabuhan Tanjung Priok. Pramono menegaskan bahwa Pelindo perlu segera melakukan perbaikan dan tidak hanya berdalih dengan alasan libur panjang sebagai penyebab kemacetan tersebut.

Ratusan Truk Terjebak Macet

Dikutip dari Antara, ratusan truk peti kemas masih terjebak dalam kemacetan panjang saat mencoba memasuki kawasan Pelabuhan Tanjung Priok pada Jumat pagi.

"Saya kira karena ini hari libur, kemacetan sudah berkurang, tapi ternyata masih parah," ujar Yusman (53), seorang sopir truk, di Jakarta pada Jumat.

Yusman mengungkapkan bahwa ia sudah terjebak di Jalan Yos Sudarso selama lebih dari tiga jam, mulai pukul 04.00 WIB hingga pagi hari.

Yusman, yang mengaku datang dari Bogor untuk mengantar barang ke Pelabuhan Tanjung Priok, harus menunggu lama karena terjebak dalam kemacetan selama beberapa jam.

"Kami terpaksa mematikan mesin mobil untuk menghemat bahan bakar," ujarnya.

Yusman juga menceritakan bahwa ia telah mendapat informasi dari rekan sopir lainnya yang terjebak kemacetan di kawasan tersebut hingga enam jam lamanya.

Sultan Abdurrahman, Annisa Febiola, dan Dian Rahma Fika ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |