Lika Liku Pelarian Bashar Al Assad: Berkat Perjanjian Rusia dengan Pemberontak Soal Pangkalan Militer

1 month ago 58

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Suriah Bashar al Assad berada di Moskow bersama keluarganya setelah Rusia memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan, kata sumber Kremlin kepada kantor berita Rusia pada Ahad. Kesepakatan atas keselamatan Assad sekeluarga dilakukan untuk menjamin keamanan pangkalan militer Rusia.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan sebelumnya bahwa Assad telah meninggalkan Suriah dan memberikan perintah untuk peralihan kekuasaan secara damai, setelah pejuang pemberontak menyerbu Damaskus tanpa perlawanan pada Ahad. Ini mengakhiri hampir enam dekade pemerintahan tangan besi keluarganya.

“Presiden Suriah Assad dari Suriah dan anggota keluarganya telah tiba di Moskow. Rusia telah memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan,” kantor berita swasta Interfax dan media pemerintah mengutip sumber Kremlin yang tidak disebutkan namanya seperti dilansir Reuters.

Interfax mengutip sumber Kremlin yang sama yang mengatakan Rusia lebih menyukai solusi politik terhadap krisis di Suriah, di mana Moskow mendukung Assad selama perang saudara yang panjang.

Sumber itu mengatakan perundingan harus dilanjutkan di bawah naungan PBB.

Mikhail Ulyanov, duta besar Rusia untuk organisasi internasional di Wina, mengatakan melalui saluran pesan Telegramnya: "Berita terkini! Bashar al-Assad dan keluarganya di Moskow. Rusia tidak mengkhianati teman-temannya dalam situasi sulit."

Para pemimpin oposisi Suriah telah sepakat untuk menjamin keamanan pangkalan militer dan lembaga diplomatik Rusia di Suriah, kata sumber tersebut kepada kantor berita.

Namun, beberapa blogger perang Rusia mengatakan situasi di sekitar pangkalan itu sangat tegang dan sumber tersebut tidak mengatakan berapa lama jaminan keamanan tersebut berlaku.

Moskow, pendukung setia Assad yang ikut campur tangan pad 2015 dalam serangan terbesarnya di Timur Tengah sejak runtuhnya Uni Soviet, sedang berjuang untuk menyelamatkan posisinya. Pengaruh geopolitiknya di wilayah yang lebih luas dan dua pangkalan militer penting yang strategis di Suriah berada dalam bahaya.

Kesepakatan untuk mengamankan pangkalan udara Hmeimim Rusia di Provinsi Latakia Suriah dan fasilitas angkatan lautnya di Tartous di pantai akan melegakan Moskow.

Fasilitas Tartous adalah satu-satunya pusat perbaikan dan pengisian ulang di Mediterania, dan Moskow telah menggunakan Suriah sebagai pos persiapan untuk menerbangkan kontraktor militernya masuk dan keluar Afrika.

Kehilangan Tartous akan menjadi pukulan serius bagi kemampuan Rusia untuk memproyeksikan kekuatan di Timur Tengah, Mediterania dan Afrika, kata para analis militer Barat.

Pangkalan Militer Rusia di Ujung Tanduk

Blogger perang Rusia yang berpengaruh, "Rybar", yang dekat dengan Kementerian Pertahanan Rusia dan memiliki lebih dari 1,3 juta pengikut di saluran Telegram-nya, mengatakan situasi di sekitar pangkalan merupakan penyebab kekhawatiran yang serius, apa pun pernyataan resmi Moskow.

“Kehadiran militer Rusia di kawasan Timur Tengah tergantung pada seutas benang,” kata Rybar.

“Apa yang diputuskan oleh siapa pun di jabatan tinggi sama sekali tidak relevan di lapangan,” tambahnya, menunjukkan bahwa pasukan Rusia di pangkalan tersebut tidak mengambil inisiatif untuk mempertahankan posisi mereka jika tidak ada perintah dari Moskow.

Kapal perang Rusia telah meninggalkan Tartous dan mengambil posisi di lepas pantai karena alasan keamanan. Pangkalan udara Hmeimim secara efektif telah diputus setelah pemberontak menguasai kota terdekat, pasukan Kurdi mulai memblokir fasilitas Rusia di luar Sungai Eufrat, dan posisi Rusia di sebuah kota yang berdekatan dengan fasilitas minyak di Homs telah diblokir, kata Rybar.

Reuters tidak dapat secara independen mengkonfirmasi pernyataan Rybar.

Sebelumnya pada Ahad, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua fasilitas militer tersebut telah ditempatkan dalam status siaga tinggi, namun mengecilkan risiko apa pun.

“Saat ini tidak ada ancaman serius terhadap keamanan mereka,” kata kementerian tersebut ketika mengumumkan lengsernya Assad dari jabatannya dan dari Suriah.

“Sebagai hasil perundingan antara B. Assad dan sejumlah peserta konflik bersenjata di wilayah Republik Arab Suriah, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan dan meninggalkan negara itu, memberikan instruksi untuk peralihan kekuasaan secara damai,” tambahnya, mengatakan Rusia tidak berpartisipasi dalam perundingan tersebut.

Kementerian Luar Negeri mengatakan Moskow khawatir dengan kejadian di Suriah.

“Kami mendesak semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dari penggunaan kekerasan dan menyelesaikan semua masalah pemerintahan melalui cara-cara politik,” kata pernyataan tersebut. “Dalam hal ini, Federasi Rusia melakukan kontak dengan semua kelompok oposisi Suriah.”

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |