CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam sejarah hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan, sebuah momen penuh makna tercatat pada awal Februari 2025. Kala itu, Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menyerahkan sebuah lukisan istimewa berjudul Siti Maryam kepada Paus Fransiskus di Istana Apostolik, Vatikan. Lukisan ini, yang menggambarkan Bunda Maria dalam balutan kebaya merah khas Indonesia, kini dikenang sebagai salah satu kenangan terakhir sebelum wafatnya Paus Fransiskus pada April 2025.
Karya seni ini bukan sekadar hadiah biasa. Ia mengandung makna mendalam tentang diplomasi budaya, rasa hormat lintas agama, dan persahabatan antarbangsa. Melalui lukisan ini, Indonesia menyampaikan pesan cinta, kedamaian, dan penghargaan terhadap nilai-nilai universal yang dijunjung tinggi oleh Tahta Suci.
Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri didampingi Bendahara Umum PDIP, Olly Dondokambey yang juga Gubernur Sulawesi Utara dan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani yang juga Ketua DPR RI memberikan hadiah lukisan Bunda Maria karya Fransiskus Sigit Santoso kepada Pemimpin Umat Katolik Sedunia, Paus Fransiskus di Istana Apostolik, Vatikan, Roma, Italia, Jumat, 7 Februari 2025. Dok. PDIP
"Siti Maryam": Simbol Kasih Abadi dan Budaya Nusantara
Lukisan Bunda Maria berkebaya Merah yang dinamai Siti Maryam adalah karya seniman Indonesia, Sigit Santoso, yang menggambarkan Bunda Maria dalam busana kebaya merah, lengkap dengan mantila berwarna putih dan kain batik motif truntum. Truntum sendiri dalam budaya Jawa melambangkan cinta kasih yang tak pernah padam, sangat selaras dengan citra Bunda Maria yang dikenal luas sebagai lambang kasih dan pengharapan.
Menariknya, unsur budaya Indonesia begitu kental dalam setiap detail lukisan ini. Biasanya, dalam ikonografi Katolik tradisional, Bunda Maria digambarkan menginjak seekor ular sebagai simbol kemenangannya atas dosa. Namun, dalam Siti Maryam, ular digantikan dengan bunga melati, yang di Indonesia bermakna kemurnian dan penghormatan terhadap perempuan.
Pilihan ini menunjukkan pendekatan kreatif Indonesia dalam menyampaikan nilai-nilai universal melalui simbol-simbol lokal. Melati, dengan keharuman dan keindahannya yang sederhana, menggantikan kesan agresif, dan memperkuat pesan tentang kedamaian dan cinta kasih yang melintasi batas agama.
Sambutan Hangat dari Paus Fransiskus
Paus Fransiskus menerima lukisan ini dengan penuh penghargaan dan ketulusan. Dalam suasana hangat di Casa Santa Marta, beliau mengungkapkan kekagumannya terhadap rakyat Indonesia, menyebut mereka sebagai "beautiful people". Ungkapan ini menjadi salah satu kenangan bersama Paus Fransiskus yang mencerminkan kedekatan dan penghormatan beliau terhadap nilai-nilai kebaikan, toleransi, dan budaya luhur yang dijunjung oleh masyarakat Indonesia.
Momen penyerahan lukisan ini terasa begitu spesial, karena mempererat hubungan Indonesia dan Vatikan dalam bingkai diplomasi budaya. Di tengah dunia yang penuh ketegangan, langkah kecil seperti ini menjadi jembatan penting untuk membangun dialog antaragama dan saling pengertian lintas bangsa.
Kenangan Terakhir untuk Seorang Paus yang Dicintai Dunia
Hanya beberapa bulan setelah pertemuan itu, dunia dikejutkan dengan kabar wafatnya Paus Fransiskus. Sosok yang dikenal karena kesederhanaan, kepedulian terhadap kaum marjinal, dan upaya kerasnya membangun perdamaian lintas iman, berpulang pada April 2025.
Dalam konteks ini, lukisan Siti Maryam menjadi lebih dari sekadar simbol diplomasi. Ia kini menjadi salah satu kenangan terakhir yang mengabadikan persahabatan, penghormatan, dan harapan akan dunia yang lebih damai, harapan yang selalu dihidupi Paus Fransiskus sepanjang masa pontifikatnya.
Lukisan tersebut, yang kini menjadi bagian dari koleksi Vatikan, adalah warisan nyata hubungan budaya antara Indonesia dan Tahta Suci. Ia berbicara tentang kekuatan budaya dalam mempererat tali persaudaraan umat manusia, melampaui perbedaan geografis, ras, dan agama.
Sebuah Warisan untuk Masa Depan
Kenangan ini mengajarkan bahwa diplomasi tidak selalu harus berbentuk perjanjian formal atau kesepakatan politik. Terkadang, sehelai lukisan, sepotong budaya, dan ketulusan hati bisa menjadi jembatan yang lebih kuat, menghubungkan jiwa-jiwa dari latar belakang berbeda dalam semangat perdamaian dan cinta kasih.
“Siti Maryam” kini tidak hanya berdiri sebagai karya seni, tetapi sebagai simbol abadi tentang bagaimana keindahan budaya lokal Indonesia mampu bersuara di panggung dunia. Sebuah kenangan manis untuk Paus Fransiskus, dan sebuah pesan kuat bagi dunia: bahwa dalam keberagaman, kita bisa menemukan persatuan.
Pilihan Editor: Prosesi Pemakaman Paus Fransiskus: Momen Haru yang Mengubah Sejarah Dunia
ANTARA | TEMPO (Sukma N Loppies)
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika