RAAMADAN telah berakhir 30 Maret 2025 ini dan umat Muslim pun bersiap menyambut Idul Fitri yang telah ditetapkan pada 31 Maret 2025. Hari raya ini dinantikan bukan hanya karena momen kebersamaan tetapi juga hidangan Lebaran yang khas dan lezat.
Hidangan Lebaran khas Indonesia misalnya rendang, opor ayam, gulai, dan sayur pepaya atau labu siam untuk teman makan ketupat. Semua makanan Lebaran itu memiliki kesamaan, menggunakan santan sebagai bahan campuran atau kuahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun santan kelapa memberi cita rasa lezat pada makanan, mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Karena itu, tetap atur porsi makan agar bisa menikmati hidangan Lebaran tanpa harus menghadapi masalah kesehatan setelahnya.
Nutrisi Santan
Santan adalah cairan yang diperas dari kelapa tua yang sudah diparut dan ditambahkan air. Teksturnya bisa kental atau cair, tergantung kebutuhan dan jumlah air yang ditambahkan. Bedanya dengan air kelapa yang mengandung 94 persen air, santan hanya mengandung 50 persen air.
Dilansir dari Healthline, santan kelapa sebenarnya termasuk makanan bergizi, termasuk kandungan vitamin C dan zat besi, namun tinggi kalori. Sekitar 93 persen kalorinya berasal dari lemak. Berikut kandungan dalam semangkuk santan (sekitar 240 gram):
Kalori: 552
Lemak: 57 gram
Protein: 5 gram
Karbohidrat: 13 gram
Serat: 5 gram
Vitamin C: 11 persen dari rekomendasi kebutuhan harian (RDI)
Folat: 10 persen RDI
Zat besi: 22 persen RDI
Magnesium: 22 persen RDI
Potasium: 18 persen RDI
Tembaga: 32 persen RDI
Mangan: 110 persen RDI
Selenium: 21 persen RDI
Selain itu, santan kelapa juga diklaim bebas laktosa sehingga aman buat penderita intoleransi laktosa, indeks glikemik rendah sehingga tak menyebabkan kenaikan kadar gula darah dengan cepat.
Adakah Manfaatnya buat Kesehatan?
Dikutip dari Medical News Today edisi 19 Januari 2024, ada beberapa manfaat santan kelapa bagi kesehatan. Salah satunya kesehatan jantung, berkat kandungan sejenis antioksidan bernama asam laurat, yang bisa membantu mencegah stroke dan penyakit jantung. Namun, belum terlalu banyak penelitian yang membuktikannya.
Santan juga disebut mengandung antioksidan yang disebut fenol yang bisa membantu melindungi tubuh dari penyakit akibat paparan radikal bebas. Sebuah penelitian pada 2015 menyebut santan mengandung lebih tinggi antioksidan dibanding susu sapi dan kambing. Santan juga mengandung lipid yang disebut asam laurat yang mengandung zat antimikroba dan antiperadangan sehingga bisa membantu memperkuat sistem imun.
Santan juga mengandung sejenis lemak yang disebut trigliserida rantai menengah (MCT). MCT merangsang energi melalui proses yang disebut termogenesis atau produksi panas. Penelitian menemukan MCT dapat membantu mengurangi berat badan dan penumpukan lemak, menyebabkan orang merasa kenyang lebih lama setelah makan, meningkatkan sensitivitas insulin yang dapat meningkatkan penurunan berat badan, dan meningkatkan ketahanan olahraga.
Dampak Negatif Konsumsi Santan
Kelezatan makanan bersantan memang menggugah selera, apalagi setelah sebulan penuh berpuasa. Banyak orang cenderung "balas dendam" dengan menyantap makanan dalam jumlah besar tanpa memikirkan dampaknya. Sayangnya, konsumsi santan yang berlebihan dapat membawa berbagai risiko kesehatan, yang sering kali baru terasa setelah perayaan usai.
Keluhan seperti perut kembung, kolesterol tinggi, hingga gangguan pencernaan sering muncul setelah Lebaran. Karena itu, penting untuk memahami dampak negatif konsumsi santan berlebihan agar tetap bisa menikmati hidangan khas tanpa mengorbankan kesehatan. Berikut beberapa risiko yang perlu diwaspadai, dikutip dari Antara pada 25 Maret 2025.
Gangguan pencernaan
Terlalu banyak mengonsumsi makanan bersantan bisa menyebabkan berbagai masalah pencernaan seperti perut kembung, diare, hingga sembelit. Santan mengandung lemak yang sulit dicerna tubuh, apalagi jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Hal ini bisa memperlambat proses pencernaan dan menyebabkan ketidaknyamanan di perut.
Risiko asam lambung
Bagi penderita maag atau gangguan asam lambung, konsumsi santan berlebihan bisa memperburuk kondisi. Santan dapat merangsang produksi asam lambung berlebih, yang berujung pada sensasi perih di dada (heartburn) dan rasa mual.
Kenaikan berat badan
Santan mengandung lemak dan kalori yang cukup tinggi. Jika dikonsumsi berlebihan, terutama saat Lebaran ketika pola makan tidak terkontrol, berat badan bisa naik dengan cepat. Apalagi jika makanan bersantan dikombinasikan dengan karbohidrat tinggi seperti ketupat atau nasi, risiko penambahan berat badan semakin besar.
Meningkatkan kolesterol dalam darah
Santan mengandung lemak jenuh yang jika dikonsumsi dalam jumlah besar bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL). Kolesterol tinggi dapat memicu berbagai penyakit kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, stroke, dan penyakit jantung.
Risiko alergi
Meski jarang terjadi, beberapa orang bisa mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi santan. Gejalanya bisa berupa ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, bahkan gangguan pernapasan, terutama bagi yang memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu seperti kacang atau kelapa.