TEMPO.CO, Jakarta - Sejak pukul tujuh pagi, deru mesin kendaraan tempur jenis tank amfibi milik TNI Angkatan Laut sudah terdengar di Pantai Tanjung Pasir, Teluknaga, Tangerang, Banten. Pada hari yang mendung itu, tim gabungan lintas instansi menargetkan 5 kilometer pagar laut di pesisir utara Banten bisa terbongkar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Personel TNI AL langsung memindahkan deretan perahu karet yang berada di depan dua unit kendaraan tempur amfibi LVT-7 dan kendaraan amfibi pengangkut artileri (KAPA). Tujuannya untuk menyeterilkan lintasan bagi kendaraan berat itu memasuki laut.
Tidak jauh dari bibir pantai, personel dari TNI AL, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Keamanan Laut (Bakamla) sudah siap menggelar apel pagi. Di tengah persiapan itu, mobil pikap berisi rombongan nelayan memasuki area lapangan. Mereka datang sambil meneriakkan yel-yel, “cabut pagar laut, cabut pagar laut.”
Berdasarkan brief note yang Tempo terima, ada lebih dari 2 ribu personel gabungan termasuk nelayan yang terlibat dalam kegiatan pembongkaran pagar laut di pesisir Pantai Tanjung Pasir. Pagar laut dari batang bambu yang disusun sepanjang lebih dari 30 kilometer itu sebagian berada di pesisir kawasan ini.
Pagi itu, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama I Made Wira Hady mengatakan pembongkaran akan dimulai sekitar pukul 11.00. Namun ternyata agenda dimulai lebih cepat. Sekitar 9.30, setelah sejumlah pimpinan Komisi IV DPR RI tiba, mereka langsung diarahkan naik ke unit LVT-7. Kendaraan amfibi itu langsung masuk ke perairan tak lama setelahnya.
Tempo bersama rombongan wartawan langsung diarahkan menaiki kapal nelayan yang berada di dermaga sisi barat pantai. Rombongan langsung berpencar menaiki empat kapal yang disediakan. Terburu-buru tanpa peduli air laut. Alhasil, alas kaki dan separuh celana kami basah saat hendak menaiki perahu.
Proses pembongkaran pagar laut
Pagar laut berada sekitar 1 kilometer dari bibir pantai. Namun, jaraknya cukup variatif mengingat batang-batang bambu itu tidak terhampar sebaris lurus. Semakin mendekat, tampak bahwa pagar itu cukup acak. Namun seperti mengepung area pesisir utara Banten.
Hari ini merupakan pembongkaran kali kedua. Sebelumnya, TNI AL sudah mengklaim telah berhasil mencabut deretan batang bambu sepanjang 2,5 kilometer pada Sabtu, 18 Januari 2025 lalu.
Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) III Jakarta Brigen TNI Harry Indarto mengatakan hari ini ada sejumlah evaluasi supaya pelaksanaan lebih efisien. Salah satunya, terkait dengan unit armada yang diturunkan. Pada Sabtu lalu, penarikan menggunakan tug boat tidak efisien lantaran terhambat perairan yang dangkal.
Perlahan, kapal yang membawa rombongan wartawan mulai mendekati area pagar laut. Di sekeliling perahu awak media, perahu karet dan speed boat TNI AL, KKP, dan Bakamla hilir mudik menyuplai personel untuk mencabut batang-batang bambu.
Bambu-bambu ini dicabut secara manual. Metodenya, personel di perahu akan melempar tambang ke sekitar pagar. Ada regu khusus yang berenang dengan pelampung di leher mereka, terkatung-katung di tengah gelombang yang sedang pasang. Regu perenang ini lalu mengikat tali di deretan bambu. Selepas terikat kencang dan tersambung ke beberapa batang, speed boat akan menarik pagar bambu itu. Proses penarikan juga dibantu sukarelawan dari kalangan nelayan.
Ada percobaan yang langsung berhasil mencabut bambu. Namun sebagian lain tampak harus melakukan percobaan beberapa kali. Menurut keterangan Harry, bambu-bambu ini memang sudah tertancap dalam dan diperparah dengan sedimentasi.
Di tengah proses itu, hujan turun. Regu yang berenang di perairan pun tampak kewalahan. Perahu yang ditumpangi wartawan juga hanya mengitari pagar itu tak sampai setengah jam. Awak media kembali menepi untuk melakukan konferensi pers bersama Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono, Menteri ATR/BPN Nusron Wahid, Kepala Staf Angkatan Laut Laksmana Muhammad Ali, dan sejumlah pejabat lainnya.
Harry mengatakan pembongkaran ini maksimal sampai sekitar pukul 17.00. Namun praktiknya juga menyesuaikan kondisi cuaca. “Faktor cuaca (menentukan). Kalau menurut BMKG pagi ini hujan dan siang nanti berawan,” kata dia.
Setelah pagar bambu dicabut
Usai agenda konferensi pers, Tempo kembali berkesempatan untuk masuk ke perairan sekitar pukul 14.00. Tempo menaiki perahu karet milik KKP bersama sejumlah wartawan lain menuju Kapal Pengawas ORCA 2 yang berada sekitar tiga kilometer dari pesisir. Kapal itu menjadi armada terbesar yang dibawa KKP.
Di atas kapal, Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Pung Nugroho Saksono mengatakan hingga pukul 14.00 sudah 4,5 kilometer deretan pagar bambu yang berhasil dicabut. “Nanti sore targetnya 5 kilometer,” kata dia.
Sosok yang akrab disapa Ipunk ini menargetkan dalam 5 hari semua pagar laut di pesisir utara Banten sudah tercabut. “Kalau lebih dari itu, ya sudah itulah ketentuan tuhan,” kelakar dia.
Ipunk mengaku sudah berkoordinasi dengan nelayan terkait pemanfaatan bambu yang sudah dicabut. Menurut dia, bambu itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan warga pesisir. Kecuali untuk digunakan menjadi pagar kembali.
Saat kembali menuju pesisir, tampak beberapa warga yang sedang mengumpulkan bambu-bambu. Mereka bawa ke permukaan. Di tepi dermaga, sore itu deretan bambu juga tampak tertata rapi. Namun jumlahnya tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan klaim KKP yang sudah membongkar sekitar 4,5 kilometer pagar pukul 14.00.
Tanda tanya anggaran pembongkaran
Pemerintah belum kunjung mengungkap dalang di balik pemasangan pagar bambu ilegal ini. Namun sudah ada titik terang mengenai penerbitan sertifikat atas petak-petak di atas laut.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid sebelumnya memaparkan ihwal Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) dan Sertifikat Hak Milik (SHM) di kawasan pagar laut Tangerang, Banten.
Ia mengatakan setidaknya terdapat 263 bidang tanah dalam bentuk SHGB dengan kepemilikan sebanyak 234 bidang tanah atas nama PT Intan Agung Makmur dan sebanyak 20 bidang tanah atas nama PT Cahaya Inti Sentosa serta 9 bidang tanah atas nama perorangan. Selain itu terdapat SHM sebanyak 17 bidang.
Meski sudah terang pemilik sertifikat atas bidang-bidang tersebut, Nusron belum mau menyatakan secara jelas dalang di balik pemagaran laut. Begitu pula pejabat lain seperti Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono yang memilih bungkam saat ditanya perihal pelaku pemagaran.
Kendati pemasangannya ilegal, proses pembongkarannya mengerahkan cukup banyak sumber daya dari lintas instansi, termasuk juga anggarannya. Kadispenal TNI AL mengatakan masing-masing instansi yang membongkar secara swadaya mengeluarkan biaya operasional untuk melakukan pembongkaran pagar laut.
Sementara Trenggono menyatakan biaya pembongkaran pagar laut saat ini masih berasal dari dana gotong royong. “Ini masih gotong royong ya untuk dananya,” ujarnya dalam konferensi pers di Pantai Tanjung Pasir. Proses pembongkaran pagar laut terus berjalan dengan sejumlah pertanyaan.