TEMPO.CO, Jakarta - Tanaman daun kelor telah dikenal luas karena manfaat kesehatan yang luar biasa. Tanaman dengan nama ilmiah Moringa oleifera ini berasal dari kaki Himalaya di Asia Selatan, namun kini tumbuh subur di banyak daerah tropis, termasuk Indonesia.
Dilansir dari International Tree Foundation, tanaman kelor sering dijuluki “The Miracle Tree” atau "Pohon Ajaib". Mengapa demikian? Mari simak alasannya.
Dijuluki Pohon Ajaib
Kelor sering disebut sebagai "Pohon Ajaib" karena kandungannya yang sangat kaya akan nutrisi dan manfaatnya yang luar biasa. Daun kelor dikenal memiliki lebih banyak kalsium daripada susu sapi, lebih banyak vitamin C daripada jeruk, dan protein yang setara dengan kacang-kacangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam 100 gram daun kelor kering, terdapat sekitar 3000 miligram kalsium, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi yang hanya mengandung 143 miligram kalsium per 100 gram. Selain itu, kelor juga kaya akan vitamin A, potasium, dan antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Kandungan flavonoid dalam kelor juga sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran lain seperti bayam atau brokoli. Flavonoid ini memiliki potensi sebagai antioksidan, anti-inflamasi, serta dapat membantu mencegah berbagai penyakit seperti kanker, diabetes, dan gangguan jantung. Tidak hanya itu, kelor juga memiliki sifat antibakteri, yang menjadikannya tanaman yang sangat bernilai dalam dunia kesehatan.
Budidaya Kelor
Selain khasiatnya yang luar biasa, kelor juga mudah dibudidayakan. Tanaman ini dapat diperbanyak melalui dua cara, yakni secara vegetatif dengan stek batang atau generatif dengan biji.
Perbanyakan dengan stek batang menghasilkan daun dan buah lebih cepat, namun memiliki kelemahan pada kekuatan akar yang cenderung lebih lemah. Sementara itu, perbanyakan dengan biji lebih tahan lama dan cocok untuk budidaya dalam skala besar.
Tanaman kelor tumbuh subur di daerah tropis dan dapat bertahan di kondisi kering, menjadikannya sangat cocok untuk wilayah dengan curah hujan rendah. Di Indonesia, kelor sudah dibudidayakan hampir di seluruh pulau, mulai dari Sumatera, Jawa, hingga Papua.
Pengolahan yang tepat pada kelor dapat menghasilkan daun dengan kandungan flavonoid dan antioksidan yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan kesehatan atau produk herbal.
Perawatan tanaman kelor pun cukup mudah, namun perlu diperhatikan agar tidak terjadi genangan air yang dapat menyebabkan busuk akar. Penyiraman yang tepat dan pemilihan lokasi yang cocok untuk tanaman ini sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Potensi Kelor dalam Menangani Malnutrisi
Menurut situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) pernah mencanangkan program menanam kelor sebagai upaya untuk mengatasi masalah malnutrisi.
Tanaman ini dipercaya memberikan manfaat luar biasa bagi ibu hamil dan menyusui, karena kandungan gizi yang tinggi. Tidak hanya di Indonesia, tetapi berbagai negara juga mulai melihat potensi kelor dalam mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh pasokan makanan bergizi.
Kelor kini menjadi alternatif yang sangat menjanjikan, bahkan beberapa negara dan organisasi internasional mengakui potensi tanaman ini dalam memerangi malnutrisi. Selain itu, kelor juga berpotensi menjadi komoditas global yang dapat bersaing dengan produk-produk terkenal seperti ginseng dari Korea Selatan.
Dengan semua manfaat luar biasa yang dimilikinya, tanaman daun kelor memang layak mendapat julukan “Pohon Ajaib”. Tanaman ini tidak hanya berguna sebagai sumber pangan yang bergizi, tetapi juga memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan dan pertanian.